Ada satu kalimat dari Lady Tremaine yang sepertinya sudah
cukup untuk dapat mewakili cara film ini membawa kamu berpetualang kedalam
kisah yang sangat familiar ini. Bunyinya adalah: this thing is so old-fashioned. Ya, semoga film ini dapat menjadi
awal untuk membuat para filmmaker di Hollywood
sana untuk berpikir ulang dalam mengubah sebuah dongeng klasik kedalam bentuk live-action, perlahan mengurangi
modifikasi sana-sini yang lebih sering menciptakan kesan kurang impresif dan
mulai mencoba membentuk kembali dongeng tersebut dengan treat yang lebih lembut
untuk membawa penonton merasakan kekuatan utama dari sebuah dongeng: magic. Please welcome, Cinderella: Or (The Virtue of Have Courage And Be
Kind).
Pertama ia harus
ditinggal oleh ibunya yang meninggal dunia, dan berikutnya ia kembali harus
kehilangan ayah tercintanya, namun sikap untuk memegan teguh pesan orangtunya
untuk have courage and be kind justru membawa sebuah keajaiban menghampiri
wanita muda bernama Ella (Lily James). Setelah
kebahagiaannya di rebut oleh ibu tirinya, Lady
Tremaine (Cate Blanchett), serta dua saudara tirinya, Ella bertemu dengan The Fairy Godmother (Helena Bonham Carter)
yang kemudian membantunya menemukan kehidupan yang lebih baik yang sepatutnya
ia peroleh dengan cara menghadiri pesta yang diselenggarakan oleh Prince "Kit" Charming (Richard
Madden).
Nilai positif paling
besar dari film ini adalah keputusan sang sutradara Kenneth Branagh dan juga penulis naskah Chris Weitz untuk tidak mau mencoba melukai kisah yang sangat
populer ini. Hal tersebut yang sangat saya sukai dari film ini, ketimbang
mencoba membuat kamu terpesona dengan berbagai hal baru yang luar biasa kita
lebih seperti di ajak untuk merayakan kembali apa yang kita cintai dari film
animasi karya Disney: magic. That’s
it, sederhana dan tidak mau tampil over-the-top
nyatanya hasil yang Cinderella berikan justru berada di level top. Cinderella
punya apa yang kita inginkan dari sebuah dongeng Disney, bukan modifikasi
dengan bantuan CGI yang sudah biasa
seperti Mirror Mirror dan Snow White and the Huntsman, bukan pula
eksperimen berani seperti Once Upon a
Time ataupun Maleficent, tapi
sebuah dongeng yang menjadi dongeng dan kemudian meninggalkan penonton dengan
pesan bersahaja.
Menyaksikan film ini
seperti membaca buku dongeng Cinderella itu sendiri, saya sudah tahu apa yang
akan hadir selanjutnya tapi ketika hadir mereka mampu menciptakan impresi yang
memikat. Rasa terpukau kamu akan terbangun sedikit demi sedikit disini, dari
tertarik hingga mencintai karakter, lalu mulai merasakan seolah berada
disekitarnya, merasa sedih ketika sebuah kemalangan menimpanya tapi juga dapat
tertawa atau setidaknya tersenyum lepas ketika hal-hal lucu seperti lelucon
slapstick dari empat ekor tikus itu misalnya hadir kehadapan kamu. Disitu kita
dapat melihat kehandalan Kenneth Branagh,
dengan sedikit rasa Shakespeare ia tidak hanya berhasil menghadirkan ketulusan
untuk eksis didalam cerita tapi juga membuat mereka bertahan bahkan bertumbuh,
sehingga rasa tertarik penonton tidak pernah lepas dari cengkeramannya.
Tapi satu hal yang
sangat menarik bagi saya dari film ini adalah bagaimana mereka bukan hanya
berkali-kali mengingatkan kamu pada kalimat have
courage and be kind itu tapi ia berhasil menciptakan sebuah semangat yang
elegan bagi penontonnya terkait kehidupan, dan dalam hal saya tidak hanya
berbicara tentang penonton dewasa namun juga penonton yang sangat muda. Ambil
contoh pada isu terkait cinta dan kasih sayang yang disini diperlakukan dengan
sangat hormat oleh Branagh, kamu bisa saja menilai Ella sebagai wanita yang
hanya sedang beruntung saja tapi disini kita menilai keajaiban yang menghampiri
Ella sebagai sebuah hadiah dari ketulusan dan semangat yang ia terapkan selama
ini, begitupula dengan tentang cinta yang apa adanya, bukannya cinta yang ada
karena harta dan tahta. Hal ini yang membuat Cinderella terasa sangat manis, ia mampu menggabungkan hal klasik
dengan sedikit sentuhan modern tapi tanpa kehilangan dan merusak kekuatan dari pesan
yang ingin ia sampaikan.
Memang masih terlalu
awal tapi Cinderella seperti telah
mencuri sebuah spot dalam daftar film favorit saya tahun ini. Departemen teknis
berhasil mendukung cerita dan karakter untuk menyuguhkan pertunjukkan yang
mengagumkan (Sandy Powell kembali ke Oscars tahun depan), begitupula dengan
para pemeran yang memberikan kehidupan pada karakter mereka, HBC yang singkat
namun memikat, Blanchett yang tidak pernah tenggelam dibalik pesona yang
diberikan dengan sangat baik oleh Lily
James bagi karakter Ella. Tapi dibalik itu keputusan yang sejak awal ingin tampil
sederhana dan bersahaja dalam bercerita yang merupakan kunci kesuksesan Kenneth Branagh tim miliknya di film
ini, membawa kembali kita kedalam sebuah dongeng yang bercerita tentang
semangat dan ketulusan sebagai kunci sebuah kesuksesan lengkap dengan hal utama
yang kita cari dari kisah animasi Disney:
magic. Super enchanting!
0 komentar :
Post a Comment