Salah satu hal paling
menyakitkan jika berbicara tentang kekerasan atau hal-hal brutal adalah ketika
mereka di tampilkan kepada kita secara tenang, rasa sakit yang dihasilkan kerap
lebih besar ketimbang jika kekerasan tersebut di kemas dengan cepat dan
kemudian berlalu. Yann Demange seperti mencoba menerapkan konsep tersebut dalam
film debutnya ini, '71, mencoba
mengurung penonton bersama karakter yang sedang dalam kondisi terkurun untuk
kemudian berjuang hingga merasakan sakit yang ia alami. Well, itu cukup
berhasil.
Gary Hook (Jack O'Connell)
memutuskan untuk bergabung dengan tentara Inggris, menjalani pelatihan yang
instensif dengan fokus utama pada kerjasama tim serta menempa daya tahan serta
keterampilan bersenjata miliknya. Tapi tiba-tiba Gary bersama unitnya dikirim
menuju pusat Belfast dalam upaya menjaga perdamaian yang memaksa mereka
harus berhadapan dengan penduduk yang sedang berada dalam kondisi marah karena
tidak terima akan kedatangan pasukan tersebut. Masalah bagi Gary tidak berhenti
disitu karena ketika pasukan Inggris terpaksa mundur ia justru kehilangan
posisi dan terpaksa melarikan diri sendirian.
Bagaimana ketika kamu
yang sejak awal bergabung didalam sebuah tim yang menerapkan kerja sama sebagai
hal yang harus kamu junjung sangat tinggi suatu ketika justru ditinggal pergi
oleh tim milikmu. Tidak hanya itu, dengan status kamu yang masih baru justru
datang rintangan yang begitu besar yang harus kamu lewati. Itu menakutkan. '71 berhasil membuat saya merasakan
sesuatu yang mengerikan dari kondisi yang dialami oleh Gary, berjuang bertahan
hidup dalam keadaan yang sangat menakutkan dimana saya tidak hanya bisa diam
menunggu namun harus berhadapan dengan berbagai hal yang datang menguji. Yann Demange berhasil menciptakan arena
bermain yang baik disini, namun tercapainya nilai positif tadi lebih banyak
dikarenakan performa yang menarik dari seorang Jack O'Connell.
Saya kurang suka
dengan penampilan Jack O'Connell di Unbroken
tapi disini ia seperti kebalikan Eric
Love namun dengan intimitas bersama penonton yang sedikit lebih baik
ketimbang ketika ia menjadi Louis
Zamperini. Ketakutan dan kepanikan serta rasa frustasi yang ia tampilkan
punya kontribusi yang besar pada kemampuan ’71
mempermainkan penonton didalam cerita yang sesungguhnya tidak begitu special.
Ternyata setelah mampu membuat kita terperangkap bersama Gary yang Yann Demange lakukan setelah itu adalah sebuah
aksi survival yang terlalu formulaic.
Potensi yang tampak solid ternyata perlahan berubah menjadi sebuah film action
dengan shaky cam yang bermain-main dengan identitas yang kurang jelas. Bukan
berarti buruk tapi film ini terlalu sering memberikan kesan ambigu yang
perlahan terasa melelahkan.
Andai saja Yann Demange menempatkan potensi besar
yang ia miliki dimana ’71 dapat
menjadi film yang mencoba menampilkan kisah patriotic
mungkin isu-isu seperti loyalitas dan moralitas misalnya dapat tampil dengan
kegelisahan bahkan impact yang menarik. Ini terlalu tenang, intim memang tapi
kurang intens, tidak pernah jatuh ke level buruk tapi disisi lain ia seperti
tidak mencoba untuk menerobos naik ke level diatasnya. ’71 seperti di set untuk memberikan penggambaran yang realistis
tapi sayangnya justru menjadi terlalu nyaman sehingga gelora perang itu sendiri
tidak besar. Ini seharusnya bisa memberikan kita keputusasaan perang, tapi dari
permainan kucing dan tikus yang kita peroleh justru mondar-mandir yang menunggu
datangnya konklusi, meskipun seperti yang disebutkan tadi ia tidak pernah jatuh
menjadi buruk bahkan ia terhitung sukses menjaga momentum.
Seandainya Yann Demange memompa sedikit saja energi
dari cerita yang ia punya, ini pasti akan lebih menarik, karena meskipun
berhasil menjadi sebuah film action yang stabil dari awal hingga akhir, ’71 pada dasarnya punya materi yang akan
lebih menarik jika dikemas dengan urgensi yang mumpuni meskipun memilih tampil
tenang, sehingga hasil akhir punya impact yang lebih kuat ketimbang konklusi
yang terburu-buru itu.
0 komentar :
Post a Comment