“Congratulations, you’re
a criminal.”
Tema yang ia bawa
memang tidak begitu istimewa terlebih dengan sokongan sinopsis yang dapat dikatakan cukup sulit untuk dengan mudah
menarik atensi penonton, namun dibalik itu justru ada fokus lain yang terasa
lebih menarik dari film terkait dua bintang utamanya. Apakah Will Smith dapat kembali kedalam trek
yang “sehat”? Apakah Margot Robbie
berhasil memanfaatkan kesempatan yang ia miliki untuk terus bergerak maju
setelah The Wolf of Wall Street?
Uniknya fokus yang kurang fokus tadi ternyata tidak hanya menjadi sajian
pembuka bagi film ini. Focus: an
undynamic trick picnic.
Yang menarik adalah
meskipun gagal Jess ternyata berhasil menarik perhatian Nicky setelah insiden
di kamar hotel tersebut, yang kemudian menjadi jalan masuk baginya untuk
diterima dan bergabung bersama tim milik Nicky. Masalah lainnya adalah pertama
tim Nicky tersebut bukan sebuah kelompok biasa, terdiri dari puluhan pencopet
dan penipu yang mampu bekerja dalam gerak cepat dan rapi meskipun berada di
tengah keramaian, dan kedua tidak ada loyalitas didalamnya, hal yang menjadikan
Nicky dan Jess tiga tahun kemudian bertemu dalam kondisi berbeda di Buenos
Aires lewat bantuan tidak langsung pria bernama Garriga (Rodrigo Santoro).
Focus
sesungguhnya merupakan salah satu kejutan menarik di awal tahun ini jika menilik sebuah faktor yang sebenarnya diawal mampu menarik mundur ekpektasi para calon penontonnya, Will Smith, yang dua tahun lalu berhasil
memberikan sebuah film yang sangat “menyakitkan” berjudul After Earth. Saya yakin anda akan terkejut dengan bagaimana
tampilan di bagian pembuka hasil racikan Glenn
Ficarra dan John Requa, kita
mendapatkan karakter yang menarik dibalik konflik yang seolah mencoba menebar
rasa misterius, dan yang terpenting ada pesona dibalik kesan seksi yang terus
bergerak dengan gesit dan licin itu. Saya sangat suka dengan kesan angkuh dan
sombong di bagian ini, arena show-off
berisikan berbagai aksi pencurian jarak dekat yang mampu menghadirkan senyuman
ketika menyaksikan Jess berputar-putar untuk bermain bersama keterampilannya
yang dikemas dengan cerdik sehingga mampu membuat anda menilai mereka sebagai
orang cerdik.
Ya, ini salah satu hal
paling penting dari sebuah film caper dimana mereka harus mampu menjadikan
penonton untuk menilai karakter sebagai sosok yang cerdik, dan Focus berhasil
menjalankan kewajiban tersebut. Kecerdikan itu tidak berhenti sampai disana
sebenarnya karena dengan setting yang sederhana Glenn Ficarra dan John Requa
terhitung mampu mencampur segala macam senjata klasik komedi berbalut romance
menjadi sebuah kemasan yang halus, dari mencoba bermain tarik ulur dengan
menggunakan misteri pada kemana karakter akan melangkah selanjutnya kita yang
perlahan telah tenggelam pada pesona karakter kemudian akan kembali dibawa
masuk kedalam aksi “bersenang-senang” yang tadinya terdiri dari berbagai
potongan kecil kini tampil dalam sebuah betting yang membawa karakter dari
terang menuju gelap. Anda akan sadar setelah hal tersebut terungkap film ini
mulai mencoba mempermainkan fokus anda, yang celakanya seperti boomerang yang
menghasilkan hantaman keras bagi Focus sendiri.
Bagaimana caranya
sebuah film berjudul Focus dengan
misi utama mencoba mempermainkan fokus dari penontonnya justru membuat penonton
merasa bahwa pertunjukkan yang ia berikan perlahan mulai kehilangan fokus. Ya,
sebuah ironi yang menggelikan karena ketika ia masih mondar-mandir bersama
hal-hal kecil Focus terasa menarik, Focus
terasa menawan, tapi ketika ia mulai mencoba melangkah maju untuk menjadi
sebuah film caper ataupun heist dengan trik yang lebih besar, ia kehilangan
daya tariknya. Dimana masalah utamanya? Dinamika cerita. Ia memang memiliki
beberapa humor moment yang sukses memberikan hit menyenangkan, ia juga
terhitung masih mampu memanfaatkan keunggulan dari karakter yang ia miliki
untuk membuat penonton tersenyum di beberapa bagian, namun bukannya naik level
menjadi sebuah presentasi yang kompleks di babak kedua perlahan Glenn Ficarra dan John Requa justru membawa Focus
tenggelam menjadi sebuah piknik yang berantakan.
Benar, berantakan, anda
bayangkan saja anda sedang duduk sendirian dibawah pohon rindang di sebuah
taman bersama perlengkapan piknik yang telah anda set bersama kekasih anda
untuk kemudian menyaksikan kekasih anda tadi sedang asyik berbincang dengan
teman tidak jauh dari posisi anda berada. Menarik untuk disaksikan tapi mode
menunggu yang kita alami tidak sama menyenangkannya jika dibandingkan dengan
tarik ulur di bagian awal tadi, liku-liku dengan gerak yang tidak dinamis dan
celakanya tampak seperti sebuah perpanjangan yang kekurangan energi. Ya, kurang
energik, Glenn Ficarra dan John Requa tampak menaruh atensi yang
lebih besar pada trik yang yang mereka miliki ketimbang pada plot utama yang
kehilangan tajinya. Hasilnya, ekpektasi awal pada caper atau heist
tenggelam dan kita dibawa piknik bersama kisah romansa dua karakter utama yang
dibiarkan bergerak bebas, dan well terlalu santai! Ya, terlalu santai sehingga
ketika ia moment dimana thrill itu muncul tidak ada punch yang memikat.
Seandainya Focus berani untuk menaruh atensi
sedikit lebih besar pada fokus utama yang ingin ia gunakan sebagai senjata
andalan, mungkin ia akan berhasil menjadi sebuah kejutan besar di awal tahun
ini secara keseluruhan kemasan, bukan hanya babak satu yang menawan untuk
kemudian disambung dengan babak kedua yang “cukup berantakan”. Cukup
disayangkan memang karena dapat dikatakan ketika ia mulai bertransisi menjadi dark comedy yang lebih rumit dan ketika
cerita mulai tidak lagi menarik satu-satunya yang mampu menjaga atensi penonton
adalah chemistry dua pemeran
utamanya. Will Smith tampil santai
tapi ia mampu menjaga agar Nicky terus mampu mengikat perhatian penonton, hal
yang berhasil dilakukan dua kali lebih
besar oleh Margot Robbie. She’s a babe here, bukan hanya dari
tampilan fisik tapi Margot Robbie
berhasil menjalankan dua topeng dari karakter Jess: menjadi wanita lucu dan
konyol, menjadi wanita seksi dan elegan. Scene
stealer: Adrian Martinez.
Overall, Focus adalah film yang cukup memuaskan.
Kehilangan urgensi memberikan masalah besar bagi Focus yang sesungguhnya berhasil memberikan sebuah pertunjukkan
licin bersama humor yang mengasyikkan di babak pertama, karena setelah itu ia
terlalu sibuk berupaya menipu penonton dengan berbagai trik yang mencoba
menebar kesan misterius namun celakanya tampil kurang dinamis, terlalu santai,
sehingga perlahan kehilangan daya tarik dan yang paling mengejutkan kehilangan
fokus. Penampilan dua pemeran utamanya memang berhasil menyelamatkan Focus dari kehancuran, tapi selain itu
ia akan lebih menarik dikenang sebagai sebuah an undynamic trick picnic.
0 komentar :
Post a Comment