"Turning fake into real or turning real into fake?"
Tugas sebuah film
memang sederhana, mampu menghibur penonton dengan berbagai metode sepanjang
durasi yang ia miliki, tapi ada hal lain yang sesungguhnya juga inginkan
dicapai oleh semua film, mampu meninggalkan penonton dengan impresi yang kuat
ketika mereka berpisah dengan karakter dan juga cerita. Anda pasti pernah menyaksikan film yang mampu
menghibur anda meskipun dalam kualitas yang sebatas cukup namun ketika ia telah berakhir anda hanya bergumam kecil, “oh,
begitu, okay.” Hal tersebut yang terjadi pada film Korea yang meraup kesuksesan
box-office di negeri asalnya tahun lalu ini. The Con Artists (Gisooljadeul): just a show-off arena for Kim Woo-Bin.
Ji-Hyeok
(Kim Woo-Bin) merupakan pria dengan keterampilan
mencuri yang memikat, seorang safe-cracking
yang mampu menembus sebuah brankas dengan cepat dan tenang untuk kemudian
mendapatkan benda yang menjadi targetnya seperti barang-barang antik dan juga
perhiasan mahal. Ji-Hyeok tidak bekerja sendirian, ia merupakan leader dari sebuah tim yang berisikan
seorang hacker muda bernama Jong-Bae (Lee Hyun-Woo) yang bekerja
dari jarak jauh dan juga Goo-in (Ko
Chang-seok), seorang planner yang
mendampingi Ji-Hyeok saat beraksi. Suatu ketika mereka berhasil menembus sebuah
brankas yang berisikan berlian berharga, tapi dari sana hadir masalah.
Ya, celakanya benda
tersebut yang kemudian membawa mereka kedalam sebuah masalah yang tidak kecil, karena toko
perhiasan yang mereka bobol tersebut ternyata milik President Jo (Kim Young-Chul) yang ternyata bukan seorang pria
biasa. Melalui anak buahnya yang bernama Lee
Jo Hwon (Lim Ju-hwan) ia berhasil menemukan Ji-Hyeok dan timnya, tapi
bukannya memberikan hukuman berat sebagai sebuah pembalasan President Jo justru
memberikan penawaran menarik kepada Ji-Hyeok dan timnya. President Jo
menginginkan uang sebesar US$150 juta yang tersimpan di Bea Cukai Incheon.
Menilik dari perolehan box-office di Korea sana The Con Artists memang termasuk salah satu
hit besar di tahun 2014 lalu dengan pencapaian lebih dari 2,5 juta penonton,
tapi secara kualitas film ini adalah sebuah hiburan yang cukup mengecewakan. The Con Artists seperti di set untuk
memuaskan penonton yang murni menggunakan subjektifitas sebagai tolak ukur
kepuasan mereka, tapi bagi mereka yang mengikutsertakan objektifitas dalam
menilai apakah mereka puas atau tidak ini adalah sebuah kemasan yang hingga
akhir selalu berada di jurang antara baik dan cukup baik. Apa masalah utamanya?
Tidak ada nyawa didalam cerita dan juga karakter yang berhasil tampil konsisten
hingga akhir. Sangat senang sebenarnya dengan keputusan Kim Hong-sun di awal untuk tidak mencoba menyuntikkan hal-hal super
rumit yang memberikan tuntutan lebih pada penonton agar dapat menikmati apa
yang ia berikan, tapi kesan santai yang ia tampilkan justru menyebabkan The Con Artists terasa seperti sebuah
cerita sebelum tidur dengan peragaan menggunakan boneka.
Jika harus menjelaskan The Con Artists secara cepat dan singkat
dalam sebuah kalimat sebenarnya sangat mudah: treat for Kim Woo-bin fans. Bukan sesuatu yang salah memang karena
memanfaatkan star factor yang dimiliki oleh cast juga merupakan pemandangan
yang sudah sangat umum bahkan bukan hanya di perfilman Korea sana, tapi yang menjadi masalah disini adalah selain karakter
Ji-hyuk yang dimainkan oleh Kim Woo-bin
tidak ada lagi karakter yang mampu berdiri disampingnya dalam level yang sama,
karena porsi kecil yang mereka miliki. Ini yang terasa menjengkelkan dari film
ini karena sejak awal The Con Artists
sudah “dijual” sebagai sebuah film dimana tiga orang pria membentuk sebuah tim
untuk melakukan berbagai aksi pencurian, namun pada akhirnya Kim Hong-sun menjadikan The Con Artists sebagai arena dimana Kim Woo-bin melakukan hal-hal standard dan klasik dari sebuah film heist.
Masalah tadi mungkin
terkesan simple tapi ada efek domino yang ia hasilkan. Ketika Ji-hyuk,
Jong-bae, dan Goo-in melakukan aksi bersama apa yang tampil didalam layar
adalah sebuah hiburan yang sangat menyenangkan, ada intensitas yang mampu
menarik penonton untuk seolah-oleh menjadi bagian dari tim yang selalu waspada
pada kemungkinan terburuk yang akan terjadi, tapi ketika salah satu dari mereka
terpisah yang hadir justru sebaliknya, monoton cenderung datar. Ini
mengecewakan mengingat ketika ia telah memanfaatkan banyak waktu untuk
membangun karakter dengan tepat yang dilakukan oleh Kim Hong-sun selanjutnya
justru seperti transisi yang kaku script kedalam layar. Memang kita memperoleh alur cerita yang tersusun
dengan baik tapi seperti yang saya sebutkan sebelumnya banyak bagian yang tidak
mampu menampilkan pesona yang mampu mengikat atensi, atau at least seperti
adegan shower yang dipaksakan itu.
Ya, pesona dari
karakter, itu hal paling penting dari film dengan tipe seperti ini, bukan seberapa pintar ia mempermainkan penonton dengan berbagai trik, tapi sesuatu
yang mampu membuat anda untuk stick bersama cerita dan karakter hingga akhir,
dan celakanya The Con Artists sangat
sangat lemah dalam hal ini. Materi inovatif bukan menjadi hal super penting
dari sebuah film heist, cukup gunakan hal-hal klise dan tampilkan trik dalam
eksekusi yang matang sehingga penonton dapat tersenyum di bagian akhir. The Con Artists pada akhirnya memang
mampu membuat saya tersenyum ketika ia masuk ke proses pengungkapan itu, tapi
senyum itu adalah senyuman miris karena dengan memakan waktu yang begitu besar
seharusnya mereka dapat memberikan kesan “wow” yang lebih besar. Hal tersebut
pula yang menyebabkan ia akan mudah dilupakan, upaya menjadi pintar dengan aksi
mondar-mandir itu tidak menciptakan impact yang kokoh dan memorable di akhir
cerita.
Hey, tunggu dulu,
dengan segala kelemahan tadi bukan berarti film ini merupakan sebuah presentasi
menggunakan hal-hal klise yang buruk, seperti yang di singgung di awal tadi ia
bermain-main diantara baik dan cukup baik. Salah satu yang sukses dilakukan
dengan sangat baik oleh Kim Hong-sun
bagaimana ia membentuk comedy moment
dengan tepat, anda akan mendapatkan banyak momen kecil yang meninggalkan hit
menyenangkan. Pencapaian tersebut tidak lepas dari penampilan memikat Ko Chang-seok yang memberikan performa
terkuat di film ini, punya porsi minim tapi selalu mampu meninggalkan kesan
ketika ia bertugas menyuntikkan tawa kedalam cerita. Kim Woo-bin tidak buruk, tapi sepertinya ia aktor yang memerlukan
waktu lebih lama atau beberapa episode untuk dapat membuat saya terpesona, dan
yang mengecewakan adalah Lee Hyun-woo,
seperti di Secretly, Greatly ia terasa
kaku dalam menampilkan kesan misterius.
Overall, The Con Artists (Gisooljadeul) adalah
film yang cukup memuaskan. Bukan sebuah kemasan yang buruk namun disisi lain
potensi untuk memberikan rasa monoton juga tidak kecil, jika anda datang tidak
sebagai murni sebatas Kim Woo-bin
fans. Memiliki plus dan minus yang berimbang, pesona yang tidak stabil menjadi
masalah utama meskipun beberapa momen menggunakan komedi cukup mampu
mengalihkan perhatian dan rasa kecewa. The
Con Artists adalah disposable movie,
anda tidak akan merasa rugi menghabiskan waktu bersamanya namun ketika ia telah
berakhir impresi yang tertinggal tidak istimewa, bahkan tidak menutup
kemungkinan ditemani dengan sedikit rasa kecewa.
0 komentar :
Post a Comment