"Hearing voices can be murder."
Film seperti ini selalu
mampu meninggalkan impresi yang baik ketika ia telah berakhir, film yang
awalnya membuat penonton mengira ia akan menampilkan cerita dalam satu genre
tapi setelah itu justru secara berkala memberikan mereka kejutan-kejutan
menarik dengan rasa yang dicampur aduk dan ditampilkan dalam transisi yang
menyenangkan. The Voices punya hal
itu, ia ibarat satu pack atau kemasan permen yang didalamnya berisikan berbagai
rasa yang kemudian akan mengejutkan kamu, sebuah komedi yang “cermat” dan
cerdik dalam beraksi sebagai sebuah komedi.
Jerry
Hickfang (Ryan Reynolds) mungkin terlihat normal tapi pria
yang bekerja di sebuah perusahaan di bagian pengepakan dan pengiriman barang
ini punya memori kelam ketika ia masih kecil. Tapi masalah sesungguhnya hadir
ketika Jerry menolak untuk meminum obat yang disarankan oleh terapis bernama Dr. Warren (Jacki Weaver), dan dari sana
ia mulai bertemu dengan imajinasi yang sangat liar. Jerry mulai berbicara
dengan kucing dan anjing peliharaannya, satu saran positif dan satu lagi saran
negatif kepada Jerry terkait wanita bernama Fiona
(Gemma Arterton).
Sebenarnya sinopsis
yang film ini miliki tidak sesederhana itu, saya bahkan belum memasukkan nama Anna Kendrick yang disini berperan
sebagai Lisa, tapi sebagai upaya menjaga kejutan yang ia miliki maka sinopsis
saya potong di bagian tersebut. Ya, kejutan,
The Voices ini ibarat film bunglon, ia dapat berubah warna dengan cepat
tapi tetap mampu membuat tampilannya di masing-masing bagian tampak menarik.
Topeng awal yang ia pakai adalah komedi tapi ternyata disamping warna-warna
cerah yang ia gunakan film ini akan menuntunmu kedalam cerita yang lebih gelap,
memang tidak pernah berhenti membuat penontonnya merasa geli tapi disamping
lelucon yang mayoritas bekerja dengan baik itu kita akan mendapatkan kejutan
yang jauh lebih menakutkan.
Jika kata menakutkan
terasa berlebihan mari gunakan terror sebagai penggantinya. Ditangan Marjane Satrapi film ini berhasil
menjadi sebuah serial-killer yang lucu, dari rasa kesepian hingga penyakit
mental kita masuk kedalam aksi menebak pada apa yang akan dilakukan oleh Jerry
selanjutnya dengan rasa waspada. Cerita yang ditulis oleh Michael R. Perry terhitung mampu menjaga excitement cerita, kita
dibuat terus berada di sebuah garis yang memisahkan apakah Jerry adalah sosok
gila atau justru pria dengan gangguan fungsional. Sebuah trik yang cermat
karena dengan begitu kita seperti berpindah-pindah antara serius dan konyol
bersama Jerry, ia pernah mencoba menampilkan melodrama tapi tidak jarang pula
kita disuguhkan tindakan keji yang akan membuat kamu terdiam dengan rasa kaget.
Itu yang menjadi
keunggulan utama dari The Voices, dari
awal ia seperti di set untuk menjadi kombinasi antara drama dan komedi, serius
tapi konyol, dan ketika ide tersebut berhasil di eksekusi dengan baik oleh Marjane Satrapi dalam menciptakan
perpindahan diantara kedua bagian itu untuk tidak pernah terasa mengganggu kamu
akan terbawa arus kedalam petualangan yang aneh ini. Iya, aneh, ada
ketidakpastian yang menarik untuk di ikuti bersama berbagai slapstick yang cukup
oke dalam menemani perpindahan warna cerita yang liat itu, dan hal tersebut
semakin lengkap dengan penampilan memikat dari para pemeran, terutama Ryan Reynolds yang sukses menjadikan
Jerry terasa menarik untuk di ikut, mengamati kekacauan yang terjadi didalam
pikirannya.
Mungkin ketika ia telah
masuk di bagian tengah dari segi cerita The
Voices tidak lagi terasa sama segarnya dengan bagian awalnya, tapi ada
pesona yang begitu kuat disini yang akan mampu menjaga kamu untuk terus
mengikuti Jerry hingga akhir. Bukan hanya penuh warna namun The Voices juga penuh dengan kejutan,
sebuah film yang pintar dalam menggoda penonton dengan bermain-main diantara
black comedy dan horror dengan penuh percaya diri, menampilkan hal-hal konyol
yang menggelikan tapi disisi lain ia juga akan membuat kamu terkejut dengan
kehadiran materi yang jauh lebih gelap. Strange
and sly comedy.
Much betterthan scary movie
ReplyDelete