Ketika melangkah keluar
studio seusai menyaksikan film ini saya memperoleh sebuah rasa yang dahulu
pernah saya rasakan ketika menyaksikan film-film animasi di pagi hari. Dengan
segala kesederhanaan cerita dibantu oleh kekonyolan yang mampu menghasilkan hit
menyenangkan film-film animasi tersebut ibarat sebuah teh hangat di pagi hari
yang dingin, memberikan tawa yang mampu mengurangi beban pada apa yang telah
menanti anda. This one is a happy little
pill. Shaun the Sheep Movie: charming and chewy.
Shaun
(Justin Fletcher) dan teman-teman dombanya kembali harus
melakukan rutinitas mereka setiap hari, merasa cemas dibawah jadwal ketat yang
telah disusun oleh pemilik mereka, petani bernama Mr.X (John Sparkes). Suatu ketika Shaun melihat sebuah iklan yang
tertera pada bus yang melintas di depan kandang mereka, dan dari sana muncul
keinginan Shaun untuk keluar dari aktifitas berulang-ulang yang membuat ia dan
teman-temannya bosan dan kesal. Shaun menginginkan hari libur, tapi celakanya
rencan yang telah mereka susun untuk dapat “menghindar” sejenak dari Mr.X
berakhir menjadi sebuah kekacauan yang lebih besar.
Dengan sebuah kelicikan
Shaun dan teman-temannya berhasil membuat Mr.X tertidur dan kemudian menaruhnya
didalam sebuah caravan. Celakanya karena guncangan yang kuat caravan tersebut lepas dan kemudian
bergerak dengan cepat dan liar menuruni bukit meninggalkan Mossy Bottom Farm dan menuju Big
City. Situasi tersebut sesungguhnya menguntungkan Shaun dan teman-temannya,
tapi masalah lain muncul dari para babi yang berhasil terlebih dahulu mencuri
kesempatan untuk menguasai rumah. Bukan hanya Shaun yang kesal tapi begitu pula
dengan Bitzer yang kemudian ikut
melakukan rencana lain yang telah Shaun dan teman-temannya susun, membawa
pulang Mr.X dari Big City, kota yang ternyata telah bersiap menyambut mereka
dengan masalah lainnya.
Jika anda pernah
menyaksikan Shaun the Sheep di
televisi maka anda akan tahu bahwa karakter didalam cerita tidak mengeluarkan
sepatah katapun, interaksi dilakukan lewat gumaman dan gerutu yang menariknya
mampu menggambarkan apa yang terjadi didalam cerita. Sesuatu yang telah menjadi
ciri khas Shaun itu yang kemudian dimanfaatkan dengan sangat baik oleh dua
sutradara, Richard Starzak dan Mark Burton, dimana mereka berhasil
memutar hal yang tampak seperti sebuah disadvantage tadi menjadi senjata utama
untuk membuat penonton terus menerus berjalan riang bersama Shaun. Dari konflik
utama yang sederhana, kemudian ditemani dengan konflik pendukung yang juga
tidak mengganggu konflik utama, narasi sederhana dalam gerak cepat, pada
akhirnya ia memang tidak megah tapi Shaun
the Sheep Movie berhasil meninggalkan penonton dengan rasa sukacita.
Shaun
the Sheep Movie ibarat sebuah boneka yang bukan hanya
memiliki penampilan menarik dan lucu tapi juga berhasil memberikan kelembutan
yang adiktif ketika anda mencoba menyentuhnya. Ya, charming tapi juga chewy,
dari bagaimana anda menyaksikan karakter mondar-mandir tanpa dialog namun tidak
pernah kehilangan ketertarikan pada apa yang akan terjadi selanjutnya meskipun
konsisten di sajikan berbagai slapstick yang berhasil tampil dengan baik. Hal
utama yang menjadi kunci dari kesuksesan film ini adalah kemampuan Richard Starzak dan Mark Burton dalam memanfaatkan momentum didalam narasi sederhana
yang mereka miliki, ada banyak ruang yang sengaja diciptakan untuk
memperpanjang sinopsis sederhana yang
berhasil mereka eksekusi dengan efektif dan praktis. Saya sangat suka dengan
kesan praktis yang mereka ciptakan, berani menggunakan cara paling “bodoh”
untuk kemudian menghasilkan absurditas yang rapi dan menyenangkan.
Ya, absurd tapi
tersusun dengan rapi. Pintar dalam memanfaatkan momentum dan kemudian
menghasilkan dinamika cerita yang
penuh energi, Shaun the Sheep Movie
terus menerus di pompa dengan kuat meskipun disisi lain ia juga tidak pernah
gagal ketika mencoba mencairkan ketegangan dengan menggunakan humor klasik dan
konyol yang akan mengingatkan anda pada Mr.
Bean. Bagaimana caranya anda akan membenci segala materi sederhana dan
klasik itu ketika mereka mampu menjadikan bukan hanya cerita dan karater namun
anda sebagai penonton untuk terus bersemangat meluncur menuju garis akhir. Ada
fokus yang kuat, ada motivasi super sempit yang clear hingga akhir dan berdiri
kokoh di pusat, tapi disekelilingnya kita juga akan menemukan momen-momen kecil
yang mampu meninggalkan kesan menarik, dari ruang operasi hingga salon
kecantikan.
Tapi disamping
keberhasilan yang mereka ciptakan di sisi narasi maupun alur cerita salah satu
faktor lain yang tidak dapat dilewatkan begitu saja karena juga berhasil
memberikan kontribusi yang sama besarnya adalah karakter. Pencapaian yang saya
maksud disini bukan pada bagaimana Richard
Starzak dan Mark Burton berserta
tim dibelakang mereka dalam membentuk karakter secara fisik tapi secara pesona
yang mereka tampilkan, hal penting mengingat mereka tidak memiliki jalan untuk
membuat penonton terpesona dengan pesan yang mereka bawa lewat perputaran
dialog. Hal serupa dengan apa yang terjadi di sector cerita hadir disini, kita
punya Shaun dan tim, Mr.X, serta Bitzer sebagai karakter utama yang terus
memegang kendali tapi ketika karakter pendukung muncul mereka berhasil
menciptakan ledakan tawa yang menyenangkan tanpa harus mengganggu pesona dari
karakter utama tadi.
Lantas apa kelemahan Shaun the Sheep Movie? Mungkin ini akan
terasa aneh tapi Shaun the Sheep Movie merupakan
animasi yang terasa segmented. Ia
punya cerita yang sangat mudah dinikmati oleh penonton muda tanpa menghasilkan
distraksi bagi penonton dewasa, begitupula dengan lelucon yang walaupun
menampilkan absurditas yang gila namun tetap berada di level “sehat” untuk
dinikmati oleh semua umur. Tapi masalahnya adalah hal tersebut akan bekerja
dengan baik jika sejak awal anda telah klik dan tertarik pada karakter dan
cerita, dan jika yang terjadi adalah kondisi sebaliknya maka tidak menutup
kemungkinan film ini akan terasa menjengkelkan. Alasannya sederhana karena Shaun the Sheep Movie bukan animasi yang
menerapkan sistem dimana karakter dan cerita berkembang seiring berjalannya durasi,
ia satu tipe dengan Despicable Me,
anda suka Gru, Margo, Edith, Agnes, serta Minions sejak awal dan yang terjadi
selanjutnya adalah meluncur hingga akhir.
Overall, Shaun the Sheep Movie adalah film yang
memuaskan. Sebuah animasi stop-motion yang bukan hanya memiliki label semua umur sebatas
pada rating yang ia peroleh namun juga memiliki materi yang mampu memikat dan
membuat penonton di semua golongan umur untuk bergembira bersamanya dalam gerak
cepat yang tersusun dengan cermat. Dari masalah sederhana, kemudian
mondar-mandir bersama misi sederhana dengan fokus yang kuat, ditemani dengan
lelucon dan slapstick yang efektif, gerak dinamis dipenuhi kejutan kecil yang
manis, tampil menyenangkan dari awal sampai akhir, tanpa pernah mencoba menjadi
sebuah kemasan yang megah Shaun the Sheep
Movie berhasil meneruskan baton kesuksesan yang diberikan oleh
pendahulunya, The Pirates! In an
Adventure with Scientists. Well done Aardman!
hahaha review yang kereen , mau nonton jugaa .. tapi seruan baymax kali yaa .. aku gabisa move on dari lucu nya baymax :D
ReplyDeleteThanks. :)
DeleteShaun dan Baymax sama-sama pelukable kok. :D
Baru aja selesai nonton film ini.
ReplyDeleteDan saya pun mengalami 'rasa yang dahulu pernah saya rasakan ketika menyaksikan film-film animasi di pagi hari'.
Perasaan hangat yang menyenangkan.
Ijin copas ya, sumber dicantumkan.
Nice review for a good movie ^^