Saya memulai movie
experience di tahun 2014 lalu dengan sebuah film asal Inggris berjudul The Selfish Giant, dan dua suku kata
dari judul film tersebut dapat menjadi clue dari penilaian saya pada apa yang
blog ini raih tahun 2014 yang lalu. Giant, raksasa, mungkin sekarang blog ini
belum berada di level tersebut tapi syukurlah masih berada di lintasan yang
tepat. Kemudian selfish, mementingkan diri sendiri, namun yang saya alami
justru sebaliknya, semakin “terbuka” pada banyak "rasa" baru meskipun jumlah film
yang saya saksikan tidak mengalami loncatan yang besar, dan akhirnya berani
untuk menerima sosok baru untuk bergabung. Hasilnya, sebuah kerumitan yang
menyenangkan. So, please welcome, Top 12
Films of 2014.
Film-film yang berada
di daftar berikut ini tidak hanya merupakan film-film yang menjadi favorit kami
berdasarkan penilaian subjektif namun secara objektif juga merupakan 12 film
yang berhasil memberikan movie experience
yang sangat menyenangkan di tahun 2014 lalu. Mereka adalah film yang berhasil
memanjakan mata kami dengan visual menyenangkan, mereka adalah film yang
cerdas, cerdik, dan cermat dalam membodohi kami penontonnya, mereka adalah film
yang membuat kami jatuh hati dan terpesona pada cerita dan juga karakternya,
mereka adalah film yang berhasil meninggalkan pesan dan kesan yang mendalam ketika
telah selesai menjalankan tugas mereka. Tidak hanya itu karena mereka juga
merupakan film yang mampu menjadikan kami terombang-ambing dalam sebuah
petualangan bersama narasi yang bukan hanya konsisten dalam menjaga agar cerita
terus mengalir dengan baik namun juga sukses menjaga daya tariknya untuk terus
terasa menarik dan menyenangkan. Itu semua merupakan tinjauan utama yang kami
gunakan dalam penilaian ini.
And here troubles.
Dengan memiliki kontributor ternyata blog ini bukan hanya menjadi lebih
berwarna namun ternyata disamping itu juga menimbulkan beberapa problema (not
much). Ya, sudah diantisipasi memang dan oleh karena itu sejak pertarungan pada
babak akhir seperti ini sudah di persiapkan. It’s like a game for us, awalnya kami menerapkan sistem “special card” dimana kami menuliskan
dua film favorit dari 35 buah film di daftar yang masing-masing telah kami
susun secara terpisah sebelumnya, dua buah film “we can’t miss it” yang secara otomatis akan masuk kedalam daftar
final, dan disini faktor subjektifitas berperan besar saat menentukan pilihan.
Mungkin terasa aneh karena dengan begitu masing-masing harus rela jika pilihan
rekannya tidak sesuai dengan selera mereka, tapi yang dikarenakan sejak awal
tidak ada perbedaan yang ekstrim pada selera diantara kami maka hal tersebut
tidak menjadi masalah yang berarti. Hasilnya? Empat film yang berbeda. Ini
adalah babak yang paling tricky karena masing-masing dari kami sudah dapat
menebak jagoan masing-masing sehingga dapat mengambil pilihan di luar jagoannya
yang mungkin saja juga di pilih sisi lainnya.
Langkah berikutnya adalah
masing-masing memilih empat film yang menurut kami “we shouldn’t miss it”, yang sama masuk, yang berbeda out, dan
menariknya diperoleh tiga film yang sama. So, dengan lima dari 12 slot yang
tersedia bersama dengan film yang tersisa kami maju ke langkah ketiga dengan
kembali menerapkan metode irisan yang kita pelajari di matematika dasar tadi,
upaya untuk mencari kesamaan dari dua himpunan yang berbeda. Nah, yang mungkin
menimbulkan pertanyaan adalah bagaimana caranya dapat diperoleh kesamaan jika daftar
film favorit saja banyak perbedaan? Tidak, list tersebut tidak menjadi patokan
tunggal karena dengan “kehadiran” film-film yang haus awards di awal tahun ini
menjadikan daftar film yang saya bawa juga mengalami banyak perubahan, meskipun
memang banyak di untungkan dengan kondisi dimana kontributor sudah menyaksikan
film-film tersebut di tahun 2014 sehingga “eligible”
atau dapat ikut dalam penilaian. Hasilnya diperoleh 18 buah film yang sama.
Darisana kami masuk ke langkah final, sistem point, menyusun peringkat dengan
nomor peringkat digunakan sebagai point, darisana kemudian di pilih lima film
dengan point terkecil.
Namun ada dilemma yang
tertinggal dari proses yang tampak rumit namun sesungguhnya hanya berlangsung
selama 30 menit itu. Masalah ini mungkin akan dialami oleh penikmat film yang
juga menyusun daftar film terbaik mereka bahwa film-film rilisan tahun sebelumnya akan menjadi semakin mudah terlupakan. Langkah ke empat tadi memakan dua korban
dari list saya, dua film yang faktanya merupakan film yang memikat, Nebraska dan Inside Llewyn Davis, situasi yang juga dialami oleh banyak film
rilisan tahun ini. Memang hadir sedikit perasaan kecewa terutama pada Inside Llewyn Davis namun sangat sulit pula untuk menampik bahwa
ada film dari daftar “eligible” yang
berhasil memberikan pengalaman menonton sedikit lebih menyenangkan ketimbang Inside Llewyn Davis. Pengalaman yang
baru ini juga menjadikan saya semakin ragu untuk menambah kontributor karena
dengan memiliki selera yang sama saja anda akan menemukan banyak perbedaan kecil
yang dapat menghasilkan dampak yang signifikan.
Sangat panjang lebar
namun setidaknya menurut kami itu tadi bukan sebuah nonsense melainkan upaya penjabaran sistem agar daftar film terbaik
ini tidak dinilai sebagai sebuah sentuhan “magic”
ataupun sistem dictatorial. Aturan yang diterapkan masih sama dimana film yang
dapat masuk kedalam top 12 merupakan film yang saya maupun kontributor tonton
dari tanggal 1 Januari hingga 31 Desember, serta merupakan film dengan batas
tahun rilis -3 dari tahun ini (untuk tahun ini berarti 2012). Last but not
least sepuluh dari 12 film terbaik tadi sudah dipastikan menjadi kompetitor
utama di PnM Awards 2015. So without further ado, this is it, Top 12 Films
of 2014.
(Note: Ketika post ini di rilis rorypnm mungkin sudah mencapai 1 juta pageviews. Thank you for your love. Terima kasih. :) )
0 komentar :
Post a Comment