"We must march, we must stand up!"
Selain segmented
film-film yang mencoba mengangkat kisah masa lalu seorang juga punya dua
penghalang besar yang harus ia taklukan. Yang pertama adalah apakah film
tersebut berhasil menggambarkan sosok atau tokoh yang ia gunakan dalam bercerita
dengan tepat, terutama pada ketepatan kisah yang tokoh tersebut alami. Ya,
riskan, dan pertanggung jawabannya cukup besar. Dan kedua adalah film tersebut
harus berhasil menjadikan tokoh tersebut menarik bagi penontonnya, bukan hanya
ketika ia tampil di layar namun juga setelah ia menghilang dan membuat penonton
ingin lebih jauh mencari informasi tentang tokoh tersebut. Nah, dua hal penting
tersebut berhasil dilakukan oleh Selma
dengan manis.
Pada tahun 1965 Amerika Serikat secara resmi menghapus
segregasi, namun celakanya hal tersebut masih belum dirasakan oleh warga kulit
hitam. Mereka masih merasa keterasingan salah satunya dengan belum diberikannya
hak atau kesempatan untuk ikut dalam pemilihan umum. Hal tersebut membuat
seorang aktivis hak-hak sipil bernama Martin
Luther King, Jr. (David Oyelowo) mencoba melakukan “perlawanan”, memilih
cara tanpa melibatkan kekerasan salah satunya melakukan perjalanan ke Selma dan
mengatur pawai untuk dapat meraih perhatian Presiden
Lyndon B. Johnson (Tom Wilkinson) agar perubahan dapat dilakukan.
Sulit memang untuk
merasakan benar-benar klik dengan biografi yang mengangkat masalah khusus
seperti ini, tapi uniknya Selma berhasil menutup kelemahan tadi dengan cara
yang sangat manis. Ini tenang, terus tenang, dan bahkan ketika ia berakhir kita
juga akan merasakan ketenangan, karena hal utama yang ingin ia sampaikan di
balik segala macam hal-hal terkait kemanusiaan dengan balutan isu-isu politik itu adalah bagaimana
cara menghadapi masalah tanpa menciptakan masalah. Itu yang saya suka dari Selma dimana Ava DuVernay berhasil mengemas masalah yang sesungguhnya berat
terus menerus tampak ringan namun tetap memberikan sesuatu yang serius untuk
penontonnya ikuti, ia berhasil menciptakan sebuah “perang” tanpa harus
menghasilkan kekerasan yang berlebihan.
Benar, ini mungkin
tampak sederhana dimana sekelompok orang membangun rencana, metode yang mereka gunakan juga sederhana, dan apa yang
ingin mereka capai juga tidak rumit yaitu kebebasan, tapi Selma tetap meninggalkan kedalaman yang kental pada masalah utama
sehingga sejak awal hingga akhir saya terus merasakan ketegangan memikat dalam
gerak lambat. Mungkin kuncinya adalah kemampuan Ava DuVernay dalam memposisikan penonton seperti seolah-olah mereka
menjadi bagian dalam upaya MLK dan rekan-rekannya, kita tidak hanya mengamati
dari jarak yang sangat jauh tapi kita seolah-oleh menjadi seorang reporter yang
berada dalam jarak tidak begitu jauh dari mereka. Nah, itu yang tricky karena
pilihannya hanya dua, apakah anda hit atau miss sejak pertama kali ia mencoba
menempatkan anda di posisi tersebut.
Jika anda tidak miss
maka Selma akan memberikan anda
sebuah penyegaran kembali terkait isu-isu sosial yang sudah eksis sejak lama
namun masih begitu besar kekuatannya hingga saat ini. Predictable memang tapi tanpa sekalipun terkesan seperti sebuah
ceramah yang menekan Selma berhasil meninggalkan kesan yang mendalam pada isu
perbedaan, dan menariknya bukan hanya itu namun ia juga menampilkan bagaimana
tidak ada yang tidak mungkin jika anda yakin dan berjuang, bagaimana sebuah
ketidakadilan tidak selalu harus dibalas dengan kekerasan, bagaimana sebuah
kemenangan yang besar tidak hanya anda peroleh jika melakukan perjuangan dengan
bumbu yang berlebihan. Dan satu hal yang menurut saya membuat Selma berhasil berada di level yang sama
dengan 12 Years a Slave adalah ia
berhasil menutup kelemahan di divisi akting (yang secara indivual tidak ada yang terasa benar-benar powerfull) lewat penggambaran yang lebih
berwarna, taktik dan strategi yang di eksekusi dengan cepat, tenang, dan tajam.
Dengan durasi 127 menit
serta isu utama yang terasa sangat khusus Selma
seperti berada tepat di garis yang membatasi yes or no, menarik atau
membosankan, karena bergerak dari isu utama cara ia menggambarkan masalah
tersebut juga cenderung lambat dan tenang meskipun telah ia bekali dengan
intimitas yang kuat. Tapi jika anda merupakan penonton yang tertarik dengan
bagaimana informasi kecil dari sebuah sejarah yang anda ketahui dikembangkan
menjadi lebih luas maka Selma akan
menjadi santapan yang lezat buat anda, sebuah biografi yang bukan hanya
berhasil menjadikan peristiwa dan karakter yang ia miliki terasa menarik namun
juga meninggalkan atau sekedar sebuah penyegaran dari berbagai pelajaran
menarik tentang kehidupan. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment