"The sun is God! Ha ha ha!"
Pada dasarnya saya juga
tidak tahu sama sekali dengan sosok J. M.
W. Turner sebelum menyaksikan film ini, seorang pelukis asal Inggris yang
dikatakan memiliki sikap radikal dibalik karya-karya miliknya yang epic. Nah, kondisi tersebut sebenarnya
justru menghasilkan sebuah kesulitan yang besar bagi film ini karena dengan
begitu tugasnya untuk memperkenalkan saya pada sosok Turner menjadi lebih
sulit, tapi menariknya ia berhasil membuat saya menikmati sajian yang ia
berikan tapi juga menjadikan saya mengagumi sosok Turner yang tidak saya kenal
sama sekali di awal tadi. Sebuah pencapaian yang memukau bukan? Gorgeous.
J.
M. W. Turner (Timothy Spall) adalah pria dengan
kepribadian tertutup yang mudah untuk kecanduan dengan pekerjaan favoritnya,
melukis, dan dengan bantuan pembantunya Hannah
Darby (Dorothy Atkinson) serta ayahnya William
(Paul Jesson), ia terus berupaya untuk mencapai impiannya. Namun revolusi
teknologi dan industri sedang berlangsung di sekitar Turner yang lantas
memaksanya berhadapan dengan berbagai rintangan, dari hal terkait intelektual,
para saingan, hingga rasa sabar, Turner tidak berhenti berjuang untuk menangkap
keindahan dunia yang impikan.
Film ini seperti
kombinasi dari dua film terakhir sang sutradara, Mike Leigh, drama yang sedikit lebih kuat dari Another Year digabungkan dengan unsur fun dari Happy-Go-Lucky dengan kuantitas yang lebih sedikit. Bukan berarti
dengan begitu Mr. Turner lantas
menjadi sebuah drama komedi yang membuat kamu tertawa tapi kerja sama diantara
mereka berhasil menjadikan film biografi ini sebagai sebuah studi karakter yang
tidak tidak pernah berhenti menarik dan kehilangan pesona miliknya hingga akhir,
justru sebaliknya ia terus bertumbuh menjadi lebih baik dan lebih menarik
seiring berjalannya durasi. Itu yang terasa aneh bagi saya karena cara yang
digunakan oleh Mike Leigh juga
sebenarnya tidak ada yang benar-benar standout, tapi pendekatan yang sabar
dengan dipenuhi keintiman menyaksikan perjalan tokoh utama itu yang menyebabkan
film ini terasa menyenangkan.
Pintar dalam merawat
materi, itu yang saya rasa jadi kekuatan utama film ini. Tidak ada drama yang
over banget dan mencoba membuat penonton merasakan apa yang karakter rasakan,
tidak dipaksakan, hanya dengan rutinitas dari Turner dan ditemani dengan narasi
yang berputar-putar kita terus di buat penasaran dengan apa yang akan terjadi
selanjutnya. Tunggu dulu, berputar-putar tadi bukan berarti ini akan terasa
repetitif dan membosankan karena bagian-bagian kecil itu tidak ada yang terasa
hampa, mereka punya isi-isi kecil yang menarik sehingga meskipun terasa tenang
film ini punya alur yang terus mengalir dengan halus dan menarik, tidak monoton
seperti penyakit film biografi. Mr.
Turner memiliki lapisan-lapisan yang menarik untuk di ikuti, dan disertai
gambar-gambar dengan rasa mewah racikan Dick
Paus semakin mudah untuk merasa dekat dengan Turner dan memahami keindahan
yang terjadi didalam kehidupannya.
Apakah ini
menginspirasi? Ya, dan itu tersebar merata dalam bentuk mini sepanjang narasi
yan terasa natural. Dan seperti yang saya sebutkan di awal tadi film sukses
menghasilkan pencapaian yang sangat baik dari sebuah biografi, membuat penonton
yang awalnya benar-benar awam terkait tokoh utama berubah menjadi mengaguminya.
Saya suka dengan cara Turner mencapai ambisinya, keras dan terasa aneh namun
tidak pernah berhenti bekerja untuk mencapai apa yang ia inginkan. Pencapaian
tersebut juga tidak lepas dari kesuksesan Timothy
Spall dalam menggali daya tarik karakter Turner, bibir dalam wajah yang
cemberut, menonjolkan kesan misterius tanpa merusak pesona, rasa cemas, rasa
penyesalan, kita mendapatkan sebuah kedalaman emosi yang menarik dari Timothy Spall yang juga menjadi salah
satu performa paling menarik tahun ini.
Tentu saja mudah untuk
mengatakan Mr. Turner sebagai film
yang segmented tapi sekali saja kamu klik dengan pesona dari karakter utama
selanjutnya kamu akan mendapatkan sebuah perjalanan panjang yang menyenangkan
untuk disaksikan. Biografi dengan balutan character
study, Mr. Turner adalah sebuah
pekerjaan yang memikat dalam hal pengembangan cerita, tenang tanpa ledakan tapi
terus menyibukkan mata, pikiran, dan perasaan penontonnya, bersama dengan
visual yang dinamis menjadikan penonton berinvestasi dalam perjalanan karakter
utama, serta bersama kesan misterius tanpa kelewatan serius menjadikan penonton
ingin mencoba untuk menangkap keindahan sinar matahari.
Read up about Turner the artist before you see this film. Otherwise it will bore you silly for 2.5 hours.
ReplyDelete