The
Gambler adalah contoh atau mungkin pelajaran terbaru bagi
penonton untuk mulai belajar mengurangi pengaruh dari skuad yang di miliki oleh
sebuah film pada ekspektasi awal mereka. Ini merupakan salah satu film yang
paling saya nantikan tahun 2014 yang lalu, dari sutradara yang pernah menukangi
Rise of the Planet of the Apes,
penulis naskah The Departed, hingga
jajaran cast dari Mark Wahlberg, John
Goodman, Brie Larson, sampai dengan Jessica
Lange. Well, underwhelms.
Jim
Bennett (Mark Wahlberg) merupakan seorang professor di
sebuah perguruan tinggi di bidang ilmu sastra, namun celakanya ia punya sebuah
kegiatan yang sangat kontradiktif dengan pekerjaannya tadi. Jim Bennett adalah
seorang pecandu judi, dan masalah yang ia alami dari kecanduan tersebut sudah
berada di level sangat serius. Jim Bennett berutang ratusan ribu dolar pada
pemilik kasino dengan tenggat waktu pelunasan selama satu minggu, dan itu
semakin tidak mudah karena disamping itu ia punya banyak masalah lain, dari
ibunya Roberta (Jessica Lange), dua
orang rentenir bernama Frank (John
Goodman) dan Neville Baraka (Michael
K. Williams), hingga mahasiswa bernama Amy
(Brie Larson).
Kemudahan dan kesulitan
sebuah film dari segi materi awal sebenarnya berimbang, kemudahan contohnya
begitu banyak isu-isu yang bahkan setiap hari terus menghadirkan sesuatu yang
baru untuk di gunakan, dan jikalaupun menggunakan isu lama banyak cara yang
dapat mereka gunakan untuk melakukan daur ulang sehingga terasa lebih segar.
Tapi kesulitannya juga banyak, salah satu yang paling sederhana seperti mampu
atau tidak mereka mengolah isu sederhana untuk terus fokus di perhatian
penontonnya. Masalah itu yang dialami oleh The
Gambler, isu yang menarik perlahan berubah menjadi sesuatu yang tidak
menarik karena ia tidak mampu membuat penonton terus terpaku dengan apa yang
berputar-putar di sekitar Jim Bennett,
dan seperti judulnya kekurangan itu muncul dari sikap gambling pada bagian
cerita.
Jika kamu tidak pernah
menonton film tahun 1974 yang jadi landasan utamanya maka kamu akan menilai ini
sebagai sebuah film yang membahas judi dengan segala intriknya, tapi ternyata
ini merupakan sebuah studi karakter. Bukan sesuatu yang salah tapi yang cukup
disayangkan adalah Rupert Wyatt
kurang berhasil mengendalikan naskah yang di tulis oleh William Monahan untuk memberikan kehidupan yang sama baiknya di dua
bagian besar film ini. Penonton seperti terus di goda dengan gambar-gambar
terkait perjudian tapi disisi lain kita juga tidak mendapatkan karakter yang
benar-benar mampu meyakinkan kita bahwa ini merupakan perjuangan dirinya untuk
keluar dari kehancuran. Berawal dari script tidak begitu bagus sulit untuk merasa berinvestasi
pada karakter, sulit untuk merasakan masalah yang ia hadapi, bahkan yang paling
berbahaya saya sering kali merasa sulit untuk merasa peduli dengan apa yang
sedang ia alami.
Seperti yang disebut
diawal tadi The Gambler terasa tidak
fokus pada satu masalah, dan parahnya itu lahir dari sikap over dalam
mempermainkan konflik didalam cerita. Siapa yang tidak senang menyaksikan film
yang berhasil terus menerus menggoda mereka tapi harus dalam kuantitas yang
tepat. Film ini berlebihan dan itu menciptakan boomerang baginya. Salah satu
yang paling krusial dimana karakter dengan kemampuan berbicara seperti ini
seharusnya mampu menjadikan apa yang ia ucapkan terasa menarik dan menjadikan
ia tampak pintar, tapi disini Jim Bennett sering kali terasa konyol dan yang ia
ucapkan justru terasa seperti sebuah bullshit. Bukan berarti dengan begitu Mark Wahlberg tampil buruk tapi yang ia
tampilkan disini sangat jauh dari harapan, bahkan ia sering hilang di balik
karakter pendukung yang berhasil menjalankan tugas mereka, John Goodman yang mampu menjadi sebuah ancaman yang menarik bahkan
kerap menjadi sumber energi bagi cerita, begitupula dengan Jessica Lange dengan sikap dingin karakternya yang menarik itu.
Bagi beberapa penonton
ini mungkin akan terasa menarik namun dengan ekspektasi yang tidak berada di
level normal apa yang diberikan oleh film ini terasa kurang bagi saya, karena The Gambler dapat menjadi jauh lebih
menarik. Dari pinjaman kemudian taruhan yang menciptakan potensi menarik di
awal kita justru mendapatkan sebuah studi karakter yang terasa palsu, mencoba
menggoda penonton dengan konflik utama tapi gagal mengarahkan atensi penonton
pada modus utamanya.
0 komentar :
Post a Comment