"Coach is the father. Coach is a mentor. Coach has great power on athlete's life."
Jika diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia judul film ini memiliki arti penangkap rubah, dan
menariknya judul tersebut ternyata juga dapat jadi penggambaran secara garis
besar apa yang akan kamu dapatkan dari film ini. Kita berada di posisi sebagai
penangkap dan cerita yang berisikan percakapan dan kejahatan penuh ketenangan
menjadi rubah yang terus bergerak dengan lincah. Paranoia hingga obsesi,
berisikan kesedihan sampai kejahatan, bisnis penuh persaingan dan misteri
sampai character study, ia punya thriller tapi juga cengkeraman layaknya sebuah
horror, Foxcatcher adalah hiburan dua
jam yang memukau.
Mark
Schultz (Channing Tatum) merupakan juara gulat Olimpiade 1984, dan dalam rangka
berupaya mempertahankan pencapaiannya tersebut empat tahun mendatang ia berada
di bawah pelatihan abangnya, Dave Schultz
(Mark Ruffalo). Tapi suatu ketika salah satu orang terkaya di Amerika, John du Pont (Steve Carell), mendatangi mereka.
John du Pont merupakan penggemar gulat dan ia memberikan penawaran pada mereka
untuk melatih dan juga bergabung dengan tim gulat pribadi miliknya, Team Foxcatcher. Mark menerima, namun
Dave menolak, tapi suatu ketika Mark pindah yang lantas memaksa Dave untuk
membantunya, keputusan yang celakanya membawa konsekuensi yang tragis bagi
mereka.
Jujur saja kali ini ada
sedikit perasaan berhati-hati ketika mencoba bercerita terkait film ini karena
hal utama yang menjadikan ia terasa menarik adalah misteri yang seperti terus
menerus menghantui penonton dalam tampilan tenang yang ia berikan. Bukan hanya
itu, karena kejutan yang ia berikan pada dasarnya tidak disertai ledakan besar
bagi visual kamu tapi kemampuannya dalam membentuk imajinasi kita sejak awal
menyebabkan tikungan kecil yang ia sajikan akan meninggalkan kesan yang melekat
dalam waktu lama. Seperti itulah Foxcatcher,
ia seperti sebuah drama penuh misteri denga modus utama yang tidak jelas, tapi
dengan narasi yang mengalir penuh percaya diri semua yang sajikan seiring
berjalannya waktu terus tumbuh menarik apalagi dengan kondisi dimana kita
seperti menjadi karakter lain didalam cerita.
Ini keunggulan dari
seorang Bennett Miller dimana ia
pintar dalam memposisikan kita sebagai penonton untuk lama kelamaan terjebak
bersama karakter dan juga masalah mereka. Bennett
Miller cerdik dalam mengubah sesuatu yang pada awalnya tampak tidak penting
menjadi bukan hanya tampak penting tapi juga menarik, merubah sesuatu yang
gelap menjadi objek dan subjek yang menarik untuk diamati, menyediakan banyak
kesempatan untuk terlibat dalam cerita sehingga membuat kita tidak berhenti
berpikiran tentang hal-hal aneh. Liar tapi dalam setting yang tenang, seperti
menyaksikan sebuah drama dimana masing-masing karakter seolah punya misi jahat
mereka sendiri, seperti ada udang dibalik batu, membuat semuanya tampak samar
dan misterius sehingga berpotensi mengganggu imajinasi penontonnya, dan
gawatnya itu hadir dalam narasi yang terus mengalir dengan baik dan lembut.
Nah, lengkap, seperti
tarik ulur dengan penonton, menaruh hubungan atlet dan sponsornya di pusat
cerita, bisnis dan olahraga yang celakanya juga ditemani dengan kegelisahan
penuh ketidakpastian. Terkadang ia memang terkesan mengulur waktu tapi tidak
ada aksi reflektif yang berlebihan, sama seperti usaha yang ia berikan untuk
menjadikan kita tenggelam bersama konflik milik masing-masing karakter yang
ditampilkan dengan baik oleh para pemeran. Ini juga salah satu kekuatan utama Foxcatcher, kinerja akting yang kuat dan
menghanyutkan. Kerjasama diantara divisi akting terasa pas terutama tiga pemeran utamanya, Mark Ruffalo mampu mencuri beberapa
momen dalam kuantitas yang tepat, Channing
Tatum sukses menjadikan karakter miliknya sebagai fokus cerita dengan putus
asa yang kuat berdiri dipusat, dan Steve
Carell dengan hidung prosthetics mampu mewarnai cerita utama tadi dengan
pertanyaan hingga ambiguitas dan ketidakpastian yang menarik.
Foxcatcher
memang merupakan film yang manipulatif tapi menggunakan hal tersebut untuk
sukses menghasilkan sebuah hiburan yang sangat menyenangkan. Sebuah drama yang
gelap dan liar dalam narasi yang terus mengalir dalam ketenangan, itu adalah
kombinasi yang sangat menarik, dan meskipun sesekali terasa menjengkelkan
karena seolah melakukan tes kesabaran dengan materi-materi yang seolah
mengintai pada penontonnya tapi ketika berakhir yang tersisa dari racikan Bennett Miller ini adalah sebuah drama
mempesona yang menakjubkan. Keren. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment