"If you can take it, you can make it."
Pernyataan terkait
keinginannya untuk pensiun dari dunia film sebagai aktris tentu saja menjadikan
kita semakin yakin bahwa Angelina Jolie
sudah jatuh cinta untuk berkarya di balik layar sebagai sutradara, profesi yang
sudah ia mulai tiga tahun yang lalu. Ada sebuah pertumbuhan yang menarik dari
seorang Angelina Jolie di film
keduanya sebagai sutradara ini namun sayangnya ibarat seorang pematung ia
merupakan sosok yang mampu mengolah sebongkah kayu menjadi berbagai bentuk yang
menarik tapi celakanya ia belum mampu memolesnya untuk tampak menarik dan
memikat dalam jangka waktu yang lama. Unbroken,
a stiff biography which can't toying his audience.
Di masa kecilnya Louis Zamperini (Jack O'Connell)
merupakan anak laki-laki yang terbilang nakal, sering membuat kekacauan,
mencuri dan merokok, hingga mengintip rok anak perempuan. Tapi kelakuannya yang
terakhir tadi justru menjadikan bakat dari pria dengan nama panggilan Louie ini
menangkap atensi keluarganya. Dengan dorongan dari abangnya Louie memutuskan untuk menjadi seorang pelari dan
hebatnya bakat yang berhasil membawanya menuju Olimpiade dan meraih julukan sebagai
“The Torrance Tornado”, meskipun pecahnya
Perang Dunia II menjadi penghalang
yang memaksanya untuk bergabung dengan Angkatan Udara.
Di profesi barunya itu
Louie dengan cepat memperoleh teman baru, Russell
"Phil" Phillips (Domhnall Gleeson), Francis "Mac" McNamara
(Finn Wittrock), dan Charlton Hugh
Cupernell (Jai Courtney). Namun celakanya mereka pula yang membawa Louie
kedalam masalah baru ketika pesawat yang mereka katakana layak terbang untuk
digunakan dalam operasi search and rescue mengalami kerusakan pada mesin dan
menyebabkan mereka terombang-ambing di Samudra
Pasifik. Tapi sudah jatuh masih pula tertimpa tangga, setelah mengalami
kecelakaan Louie dan teman-temannya kini berada didalam kekuasaan tentara Jepang yang meskipun memberikan
pertolongan namun dibawah komando Mutsuhiro
Watanabe (Miyavi) tetap menaruh curiga pada mereka.
Setiap tahunnya pasti
akan selalu ada film dengan tipikal seperti ini, film yang memiliki komposisi
awal sangat menjanjikan baik itu dari segi sutradara, penulis, cerita, hingga
para pemeran serta sosok-sosok lain di divisi teknis, akhirnya menjadikan
banyak orang mulai mengantisipasinya dan tenggelam dalam hype, namun ketika ia
benar-benar muncul boom hiburan yang ia berikan terasa tidak istimewa. Oscar bait, begitu panggilan yang akrab
digunakan oleh para moviegoers, film yang disokong dengan hype tinggi dengan
incaran utama tentu saja menjadi bagian besar dari ajang-ajang penghargaan di
akhir tahun. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut dan jika menilik
komposisi dasar film ini juga sangat layak untuk mencoba melakukan hal tadi
namun yang menjadi masalah adalah ia tidak berakhir di posisi teratas. Tengah?
Urgh, mungkin hampir.
Dengan durasi dua jam
lebih yang ia miliki Unbroken kurang
berhasil memberikan hiburan yang sesuai dengan materi yang ia miliki. Ada Angelina Jolie di posisi terdepan
sebagai senjata utama, kemudian ia juga punya Richard LaGravenese dan William
Nicholson, dua penulis dengan nominasi Oscar di kantong mereka, dan semua
semakin menjanjikan ketika Joel Coen
dan Ethan Coen masuk kedalam tim untuk memberikan sentuhan di naskah
setelah Jolie bergabung. Hanya itu? Tidak, di score ia punya Alexandre Desplat, dan itu semakin
lengkap karena tatanan visual berada di tangan Roger Deakins, serta editing berada di bawah kendali dua sosok yang
pernah ambil bagian di Argo, Zero Dark
Thirty, Life of Pi, hingga Transformers.
Terus apa gunanya membahas hal-hal teknis tadi? Karena apa yang mereka berikan
secara individual pada dasarnya tidak mengecewakan, namun cara Angelina Jolie mengendalikan mereka yang
terasa mengecewakan.
Membosankan? Mungkin.
Monoton? Ya. Ini seperti menyaksikan dongeng tentang putri salju tanpa
didampingi tujuh kurcaci, menarik tapi tidak mampu menjadikan objek yang ia
gambarkan terus menerus mencuri perhatian. Kita punya alur maju dan mundur
disini yang pada dasarnya dapat dimanfaatkan untuk menampilkan dramatisasi yang
lebih baik lagi, tapi celakanya disini ia hanya berfungsi sebagai sebuah media
yang menyampaikan hubungan sebab akibat. Babak awal terhitung oke tapi setelah
itu sulit untuk merasakan urgensi dalam cerita, Jolie terasa kurang tangkas dan
cekatan dalam mempermainkan materi-materi lezat yang ia miliki. Terlalu kaku
dan kemudian salah fokus, mungkin itu dua masalah utamanya, Jolie seperti ingin bercerita banyak
termasuk dengan highlights untuk
menangkap perjuangan yang dilakukan oleh Zamperini,
itu berhasil tapi celakanya tidak meninggalkan kita sesuatu yang
benar-benar menakjubkan.
Bukan berarti saya
tidak menghargai rasa percaya diri dari seorang Angelina Jolie untuk kembali mencoba mengendalikan sebuah film,
bahkan di percobaan keduanya ini ia menunjukkan sebuah pergerakan ke arah
positif, tapi sayangnya ia memilih proyek yang salah. Unbroken punya materi yang masih terlalu berat untuk di tangani
oleh seorang Angelina Jolie, dan
hasilnya ia gagal menjadi sebuah biografi yang meskipun tidak mampu
menginspirasi tapi at least harus mampu meninggalkan semangat perjuangan yang
menarik. Cerita yang bergerak maju dan mundur tidak begitu buruk, bahkan dari
segi visual ia juga sangat mudah untuk di nikmati dan di kagumi, namun setelah
pembukaan yang menarik itu Unbroken
tidak berkembang dengan baik, karakter dan cerita terasa stuck, banyak momen
yang terasa monoton bahkan hambar, ada grafik menurun yang konsisten hingga
mencapai titik akhir yang juga tidak berhasil meninggalkan dampak yang besar.
Mungkin hal menarik
lainnya dari film ini di luar nilai positif dari beberapa elemen teknis adalah
penampilan Jack O'Connell. Dari segi
karakterisasi mungkin tidak ada sebuah gebrakan baru yang Jack tampilkan disini
karena dari This Is England, Skins,
hingga yang terbaru Starred Up sudah
cukup hafal bahwa peran keras dan pemberontak merupakan makanan lezat baginya.
Yang menarik perhatian adalah kemampuannya untuk terus menjaga perhatian
penonton pada karakter Louie dibalik “kekacauan” yang terjadi di sekitarnya.
Beberapa peristiwa tentang kehidupan seorang Louie berhasil ditampilkan dengan
baik oleh Jack O'Connell meskipun
memang kesan penting dari apa yang ia alami itu tidak terbakar dengan baik
karena tidak mampunya Angelina Jolie
mengatur dinamika cerita, terkesan terburu-buru di satu bagian yang memerlukan
kedalaman tapi justru memilih berlama-lama di bagian yang tidak membutuhkan
kedalaman yang berlebihan.
Overall, Unbroken adalah film yang kurang
memuaskan. Visi menjadi masalah utama dimana walaupun telah menunjukkan
pertumbuhan yang positif sebagai sutradara namun disini Angelina Jolie masih
kaku dan bingung pada seperti apa kisah ini ingin ia sampaikan sehingga
menyebabkan petualangan yang seharusnya meninggalkan kesan mendalam terkait
kehidupan ini seperti menyia-nyiakan materi empuk yang ia miliki sejak awal.
Tidak ada kesalahan fatal dari segi teknis bahkan berhasil menyelamatkan film ini dari jurang kehancuran total, tapi eksekusi yang tampak bermain
aman dan terasa kurang bertaji dari seorang Angelina
Jolie menjadikan Unbroken berakhir
sebagai biografi yang terasa biasa saja, lemah di visi dan miskin imajinasi dan sensasi.
tapi kok ane menikmati banget ya gan?, malah dapet motivasi tingkat tinggi wktu nnton film ini. Apa gara2 ane skip2 ya nntonnya??
ReplyDeleteItu pertanyaan yang aneh, karena "cara" setiap orang menikmati film berbeda-beda, jadi hasil akhir yang mereka peroleh juga akan berbeda. :)
Delete