Perwakilan dari negara Swedia pada ajang Oscar di
kategori Best Foreign Language ini
dapat dikatakan adalah contoh paling baru bagaimana sikap sabar pada apa yang
mereka dapatkan dari sebuah film akan sangat membantu penonton untuk
mendapatkan kepuasan dari yang baru saja mereka saksikan. Tenang cenderung
perlahan, tampak luarnya terkesan sedikit serius, tapi Force Majuere justru berhasil memainkan isu pernikahan yang ia bawa
itu tidak kalah menyenangkannya seperti apa yang dilakukan oleh Gone Girl, bahkan terasa lebih ringan
dan mudah untuk menjangkau penonton yang lebih luas. What a bleak and funny avalanche!
Tomas (Johannes Kuhnke) dan istri Ebba (Lisa Loven Kongsil) sedang membawa
dua anak mereka Vera (Clara Wettergren)
dan Harry (Vincent Wettergren) untuk
berlibur di Pegunungan Alpen, Perancis, liburan selama lima hari di sebuah
resor ski dengan dikelilingi pemandangan indah yang semakin tentu saja akan
semakin memudahkan keluarga asal Swedia ini untuk mendapatkan quality time yang
mereka inginkan. Namun suatu ketika longsoran dari gunung es yang juga menjadi
objek menarik bagi para turis justru hadir dalam keadaan yang jauh lebih buruk,
dan peristiwa yang hanya berlangsung beberapa detik itu justru mengancam
pernikahan keluarga ini, ketika Tomas panik saat sedang menyelamatkan diri sendiri.
Film yang berjudul asli Turist ini pintar sekali bermain tarik dan ulur dengan penontonnya,
ibarat teasing kita terus menerus dibuat gregetan dengan apa yang akan terjadi
selanjutnya pada keluarga itu, dan itu semua tidak menjadi menjengkelkan
dikarenakan Ruben Östlund terampil
dalam merangkai cerita, ia pintar memainkan momen. Terkadang kita diajak untuk
bergerak tenang dan stabil meskipun kesan misterius yang seolah-olah terus
mengintai juga ada disamping kita, berasal dari pernikahan dan kemudian
menyebar kearah psikologis, tapi ia juga punya momen yang membuat kita merasa
liar, mungkin ada yang menilai berantakan tapi ledakan-ledakan kecil digunakan
oleh Ruben Östlund dengan tepat,
terkendali, ia menjadikan bagian itu memberikan sesuatu yang segar tapi tidak
secar frontal.
Itu yang menarik dari Force Majuere, kita seperti di goda olehnya, ada saat-saat intim dimana
kita menyaksikan karakter berhadapan dengan masalah komitmen tapi tetap dikemas
secara bertahap sehingga terus menerus terasa sederhana dengan berpatokan pada
konflik besarnya saja, tapi emosi yang juga terbakar dengan lambat itu juga
diberikan kejutan-kejutan yang terasa licik, ia tidak menghancurkan fokus kita
pada masalah utama sekalipun is sukses membuat kita tertawa besar. Iya,
tertawa, saya juga merasa terkejut karena sejak awal ini tampak sangat serius,
karakter dengan rutinitas sehari-hari yang seolah mengatakan kepada kita kalau
ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi diantara mereka, tapi setelah itu
gesekan itu tidak hanya dicampur dengan pemandangan indah tapi juga komedi yang
lucu.
Bisa dibilang Force
Majuere juga mendapatkan keuntungan dari konsep yang digunakan, sesuatu
yang buruk yang terjadi tiba-tiba. Longsoran dari gunung es itu juga menjadi
contoh yang sederhana tapi tajam banget, pemandangan yang indah yang tiba-tiba
dihampiri sebuah longsor mengejutkan. Sangat sederhana, terasa kurang dalam
malah, tapi itu akan memberikan kamu pukulan yang cukup kuat karena hal-hal
seperti sering kali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika hal
tersebut sudah klik dengan kamu, saya yakin pemandangan yang luas dan indah itu
tidak lagi akan terasa sama, tidak lagi terasa lega dan ringan untuk dinikmati,
bahkan rasa sesak semakin mudah untuk hadir, karena isu tersebut bukan hanya
terbatas pada penikahan tapi juga dapat berkembang lebih luas, ia punya
kekuatan untuk menghantui meskipun tetap memberikan kamu sesuatu yang ringan
dan lucu.
Itu yang saya rasakan dari Force Majuere, bleak,
haunting, sharp, tapi juga terasa funny.
Memang ia menuntut kesabaran di bagian awal meskipun karakter dan cerita
sendiri sebenarnya sangat mudah untuk membuat penonton merasa terikat
dengannya, dan kekurangan lain mungkin ada di bagian akhir yang akan sulit
memuaskan banyak penonton, tapi diantara itu kita akan mendapatkan sebuah
kombinasi antara drama dan komedi yang masing-masing bekerja dengan cekatan,
efektif, dan tajam, mereka saling membantu, drama pernikahan terasa natural dan
membuat kita merasakan cengkeraman yang ia berikan, tapi berbagai hal lucu akan
menggoyahkan kamu yang telah merasa nyaman di bagian drama tadi, menjadikan ini
terasa liar namun terkendali sembari terus menggoda penontonnya.
0 komentar :
Post a Comment