Ia adalah musikal, ia
adalah sebuah film bertemakan keluarga, ia adalah sebuah remake dari film yang
sangat dicintai karena rasa imut dan loveable yang ia hasilkan, ia punya
jajaran cast yang tampak menjanjikan, ia juga dipilih untuk rilis menjelang
liburan akhir tahun yang jelas menjadi periode sangat menjanjikan untuk
menghabiskan waktu bersama keluarga dan sahabat. So, sangat mudah untuk menilai
Annie sebagai sebuah kemasan yang
menjanjikan untuk dinikmati, namun hasil yang ia berikan jauh berbeda. Outstanding misfire.
Ditinggalkan oleh orang
tuanya saat berusia empat tahun, Annie
(Quvenzhane Wallis) tumbuh besar dibawa asuhan Colleen Hannigan (Cameron Diaz), wanita pencinta alcohol, dan terus
percaya kalau suatu saat akan datang orang tua yang hendak mengadopsinya.
Impian itu tiba ketika seorang pria bernama Will
Stacks (Jamie Foxx) menyelematkan Annie dari sebuah insiden yang berhasil
tersebar melalui sebuah video. Dari kejadian tersebut ia bersama assistennya Guy (Bobby Cannavale) dan Grace (Rose Byrne) berniat untuk
menggunakan Annie sebagai senjata baginya dalam upaya merebut atensi publik
dalam kampanye untuk menjadi walikota New York.
Annie ini film musikal
bertemakan keluarga yang bingung caranya menghibur sebagai sebuah film musikal
sekaligus menjadi tontonan yang nikmat untuk keluarga, sulit untuk menemukan
kehangatan dari penggambaran berbagai masalah terkait keluarga dari film ini.
Canggung, kaku, mungkin itu kata yang paling tepat, irama hanya cukup terasa
ketika lagu-lagu yang telah terasa familiar itu hadir di layar tapi selain
momen itu kita tidak mendapatkan petualangan yang mengalir dengan irama yang
baik. Oh, bahkan ketika lagu sedang bersenandung film ini sebenarnya juga
terhitung gagal menciptakan suasana menyenangkan dimana kita dapat ikut
bersenandung dengan karakter, sebuah tugas kecil yang pada dasarnya merupakan
kewajiban paling penting yang harus berhasil dilaksanakan oleh sebuah film
musikal.
Saya juga sedikit
merasa bingung bagaimana cara menjelaskan nilai positif dari film ini, karena
sama seperti yang ia hadirkan saya lebih sering merasa bingung dengan apa inti
utama yang hendak film ini sampaikan, ia hadir tapi tidak di olah dengan
menarik. Lagu-lagu di daur ulang menjadi lebih modern tapi justru terasa
sia-sia karena hanya sebatas dilemparkan saja kedalam cerita, tidak dirangkai
dengan komposisi yang pas, bahkan tidak jarang kita akan merasa bahwa karakter
hanya sebatas mengucapkan kata-kata karena lipsync yang mereka lakukan tidak di
sertai dengan penjiwaan yang memikat, hal yang juga menjadi sumber dari sebuah
pertanyaan menarik mengapa Quvenzhané
Wallis dapat memperoleh nominasi Golden
Globes lewat perannya di film ini.
Tidak mengatakan ia
buruk tapi dengan penampilan yang hanya sebatas efektif itu nominasi tersebut
ibarat seperti sebuah upaya “tanggung jawab” dari Golden Globes atas keputusan mereka yang tidak memberikan Wallis
nominasi pada aktingnya yang jauh lebih baik di Beasts of the Southern Wild. Tidak ada yang special dari penampilan
divisi acting di film ini, Jamie Foxx
dan Rose Byrne terasa canggung,
sedangkan Cameron Diaz justru terasa
kurang dimanfaatkan meskipun kerap mencuri atensi. Mereka seperti bingung cara
menyampaikan apa yang karakter mereka rasakan lewat cara musikal, mereka di
paksa pada sisi drama dan komedi sehingga sulit untuk klik dan berimajinasi
dengan apa yang mereka lakukan, dan itu tidak dapat di tolong oleh lagu-lagu
yang beberapa memang terasa catchy sehingga at least mampu membuat kaki
bergoyang kecil.
Berbicara potensi Annie punya dalam kapasitas yang cukup
besar, pada isu keluarga, sosial, bahkan teknologi, dan itu belum menghitung
jajaran cast yang sangat menjanjikan, tapi nyatanya semua berakhir datar dan
hambar. Tampak bingung ingin menjadi apa hasilnya apa yang ia berikan tidak lebih
dari sebuah petualangan canggung yang tidak imajinatif, dari lagu hingga
acting, dari komedi hingga drama, Annie adalah hiburan manipulatif yang
tidak mampu memanipulasi penonton dengan cara yang menyenangkan.
0 komentar :
Post a Comment