Mereka yang menyebut
dirinya sebagai penikmat film pasti pernah mengalami hal ini, kondisi dimana
anda teringat dengan sebuah judul film tapi hanya sebatas ingat inti paling
besar dan utama yang ia sampaikan. Jika anda bertanya pada saya Rio 2 bercerita tentang apa maka jawaban
saya adalah burung yang tersesat di hutan, Mr.
Peabody & Sherman kembali ke masa lalu, dan Planes: Fire & Rescue hanya sebatas kebakaran hutan. Ya,
menciptakan sebuah film dengan detail memorable yang bukan hanya sekali lewat
saja merupakan sebuah tantangan yang dihadapi filmmaker, dan film ini berhasil
melakukan hal tersebut dengan baik. Wolf
Children (Ōkami Kodomo no Ame to Yuki), a calm, tender, and sharp animation.
Hana (Aoi Miyazaki)
mungkin adalah contoh dari kekuatan cinta yang dapat mengalahkan segalanya.
Wanita yang masih berstatus sebagai seorang mahasiswi ini jatuh cinta pada
seorang pria bernama Ookami (Takao
Osawa), pria dengan kepribadian yang tenang sehingga mudah untuk menilainya
sebagai sosok yang misterius, namun ternyata sikap yang ditunjukkan oleh Ookami
bukan ia lakukan tanpa sebuah alasan yang kuat. Ookami ternyata adalah seorang
werewolf, manusia serigala, sebuah fakta yang uniknya tidak menjadikan Hana
merasa ragu bahkan mundur pada perasaan yang ia miliki pada Ookami.
Pada akhirnya mereka
menikah dan memiliki dua orang anak, anak perempuan bernama Yuki (Haru Kuroki), dan seorang anak
laki-laki yang bernama Ame (Yukito
Nishii). Celakanya karena mash kecil Yuki dan Ame belum mampu mengendalikan
diri mereka sehingga kerap kali melakukan perubahan antara menjadi menusia dan
serigala. Untuk melindungi anak mereka dari bahaya Ookami dan Hana sepakat
untuk menjauhkan mereka dari kehidupan sosial, tapi sayangnya sebuah bencana
yang menimpa Ookami kemudian harus memaksa Hana untuk berjuang membesarkan
keduan anak mereka tersebut seorang diri.
Sebelum bercerita
terlalu jauh ada baiknya sedikit menyinggung sebuah fakta bahwa Wolf Children bukanlah sebuah animasi
yang menyampaikan ceritanya dengan oktan tinggi. Apa maksudnya? Jika anda
mencari animasi dengan segala keceriaan dan tawa besar layaknya beberapa film
animasi rilisan tahun ini seperti How to
Train Your Dragon 2, The Lego Movie, atau Big Hero 6, film ini punya peluang yang cukup kecil untuk dapat
memuaskan anda, namun jika anda tidak memiliki masalah dengan narasi tenang dan
lembut seperti Ernest & Celestine
bersama visual yang tidak kalah tenang dan lembut layaknya The Wind Rises, ini adalah pilihan yang sangat tepat. Ya, ini
adalah film animasi yang segmented karena meskipun ia memiliki visual yang
memanjakan mata namun pendekatan penuh kesan hati-hati yang ia gunakan punya
peluang cukup besar untuk miss dari atensi penontonnya.
Tapi sesungguhnya
perbedaan kecil tadi yang justru menjadikan film ini terasa menarik, ia tidak
memberikan anda tawa besar namun dengan mondar-mandir yang seolah sengaja untuk
memberi kesempatan bagi dua karakter anak itu tumbuh menjadi besar kita selalu
dibuat tersenyum olehnya. Ada keseimbangan yang terasa pas dari Wolf Children, substance dan style, keduanya dipadukan dengan baik
oleh Mamoru Hosoda, pendekatan yang
akan menjadikan anda mengerti mengapa ia disebut sebagai New Hayao Miyazaki. Banyak pola dasar dari animasi miliki legenda
tersebut yang diterapkan disini, cerita yang sederhana namun memiliki sebuah
pesan yang tajam serta penyampaian yang terasa menarik meskipun terus bergerak
tenang, dan itu dilengkapi dengan visual yang sama lembutnya tapi juga mampu
mengakomodasi elemen emosi dari cerita.
Saya suka dengan sikap
percaya diri dari Mamoru Hosoda
disini, mata kita dimanjakan olehnya namun ia juga memberikan kita sebuah
proses dan objek yang menarik untuk di ikuti pada bagian cerita. Ini sebenarnya
sangat sederhana, awalnya memang tampak seperti sebuah kisah cinta namun pada
dasarnya ia adalah sebuah drama keluarga yang mencoba menangkap system datang
dan pergi yang kita alami dalam kehidupan nyata. Perjuangan orang tua
membesarkan anaknya tidak pernah hilang dari ingatan penonton, rasa sepi, rasa
sakit, pengorbanan, sangat suka pada cara Mamoru Hosoda mengemas hal-hal tadi
untuk bukan hanya menangkap atensi namun kemudian bermain-main di pikiran
penontonnya, meskipun faktanya mereka dikemas dengan tenang dan lembut, seorang
ibu dan dua anak yang terus bertumbuh, hal-hal yang berputar dalam cerita terus
terjaga daya tariknya.
Tidak dapat dipungkiri
memang akan timbul kesan biasa ketika kita sudah terjebak dalam alur yang
memang lebih banyak berputar-putar seolah berusaha mempermainkan perasaan penonton,
apalagi hal tersebut juga menjadi sumber dari sebuah minus pada narasi di babak
kedua dimana ketika semuanya telah terbangun dan kita tinggal menunggu apa yang
terjadi pada mereka, namun penutup yang ia berikan memberikan sebuah ledakan
yang besar. Ya, konklusi yang ia berikan akan membuat anda terenyuh jika sejak
awal telah klik dengan maksud utama yang ingin ia sampaikan, sebuah penutup
yang akan menghadirkan rasa bahagia dan sedih secara bersamaan pada penonton
terkait hubungan mereka dengan orang tua mereka. Ada inti yang tajam dan nyata
dibalik semua fantasi yang ia sajikan itu, sebuah penutup yang akhirnya
menjadikan segala perputaran yang ia lakukan terasa memorable berkat kehadiran
emosi yang tepat.
Overall, Wolf Children (Ōkami Kodomo no Ame to Yuki) adalah
film yang memuaskan. Tidak ada sesuatu yang benar-benar baru dari segi visual,
anda mendapatkan apa yang anda inginkan dari animasi tradisional asal Jepang,
namun hal tersebut di lengkapi oleh Mamoru Hosoda dengan sebuah petualangan
yang lembut namun tajam. Apa yang film ini ingin sampaikan sangat sederhana,
namun ada sesuatu yang terasa nyata dibalik segala fantasi yang ia berikan,
sebuah perjuangan dalam kehidupan yang akan membuat senyum anda di bagian akhir
itu seperti sebuah kombinasi antara rasa manis, pahit, dan asam secara
bersamaan.
saya sangat suka dengan film ini, perasaan yang ditimbulkan sama saat saya menonton film my neighbour totoro, ada rasa senang dan kehangatan di dalamnya. Film ini membuat saya seperti kembali ke masa kecil dulu di mana saya sangat nyaman dan menikmati waktu-waktu menonton. Review yang sangat bagus :)) good work!
ReplyDelete