Konsep positif dan negatif yang dibawa oleh film ini
juga memberikan dampak positif dan negatif pada hiburan yang ia hasilkan, ide
liar yang akan langsung mengingatkan anda pada film Upside Down itu berhasil diterjemahkan kedalam visual yang mampu
mempermainkan imajinasi penontonnya, sayangnya kehebatan yang ia ciptakan di
sektor tersebut ternyata tidak membawanya berakhir di posisi tertinggi potensi
yang ia miliki. Patema Inverted (Sakasama
no Patema), bold, beautiful, and a bit banal animation.
Seorang anak perempuan bernama Patema (Yukiyo Fujii) memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar
pada kota bawah tanah tempat ia tinggal, mencoba mengeksplorasi setiap sudut
yang dapat ia raih yang bahkan harus memaksanya terdampar masuk kedalam sebuah
zona terlarang. Suatu ketika Patema bertemu sosok misterius yang menggunakan
topeng dengan mata merah yang bersinar, mungkin terasa biasa namun yang
menjadikan Patema terkejut adalah sosok tersebut berjalan di langit-langit.
Celakanya usaha melarikan diri yang Patema lakukan justru membawanya masuk
kedalam kegelapan dan menuju dunia lain.
Dunia yang baru itu berada dalam posisi yang terbalik
dari dunia yang selama ini menjadi tempat tinggal Patema, kondisi yang
disebabkan oleh permasalahan pada gravitasi yang terjadi ketika sebuah
kecelakaan besar yang pernah terjadi. Disana Patema bertemu dengan seorang anak
laki-laki bernama Age (Nobuhiko Okamoto),
seorang pelajar yang tidak merasa aneh dengan kondisi Patema karena ia telah
paham dengan fakta perbedaan gravitasi tadi. Yang menjadi masalah adalah mereka
kini harus menjadi sasaran pencarian pemerintah karena melanggar aturan yang
berlaku sembari berupaya untuk menemukan jalan bagi Patema kembali ke rumahnya.
Salah satu tugas paling penting dari film fantasy seperti
ini adalah mampu atau tidak ia sejak awal menarik, meraih, dan kemudian
mencengkeram atensi penonton pada imajinasi yang coba ia gambarkan, dan film
ini berhasil melakukan hal tersebut. Konsep magnet atau yang lebih sederhana
konsep terbalik berhasil digunakan dengan baik oleh Yasuhiro Yoshiura terutama pada sisi visual, diawal kita hanya
berkenalan dengan Patema bersama segala rasa ingin tahunya yang besar itu,
kemudian setelah masalah muncul baru kita berkenalan dengan dunia lain
tersebut. Mungkin memang tidak memberikan petualangan sebebas dan sama energik
dengan Castle in the Sky milik Hayao
Miyazaki namun Yasuhiro Yoshiura
berhasil membentuk sistem atas dan bawah yang dibawanya itu bukan hanya dengan
eksekusi yang berani namun juga indah.
Ya, indah, saya suka dengan penggunaan berbagai
bangunan yang detail pada sisi desain, penggunaan view latar yang cermat, serta
permainan sudut gambar yang terbilang pintar. Yasuhiro Yoshiura berhasil membangun bukan hanya satu namun dua
dunia dengan komposisi yang menarik, ketika karakter berada didalam ruangan
penonton dapat merasakan tekanan yang sedang terjadi didalam cerita namun
ketika semua berpindah keluar ruangan kita mendapatkan kebebasan penuh kelegaan
bersama tone warna yang lembut dan manis itu. Kekuatan yang cukup besar pada
pusat cerita itu tadi yang dapat dikatakan menjadi penyelamat film ini dari
jurang kehancuran, kita seperti terombang-ambing dalam permainan perspektif
yang ia terapkan karena disisi lain sesunguhnya narasi tidak memberikan sesuatu
yang benar-benar memuaskan jika menilik potensi yang ia miliki sejak awal.
Dengan konsep awal tadi sesungguhnya film ini memiliki
banyak ruang yang dapat ia gunakan untuk bermain-main, namun sayangnya yang
terjadi justru sebaliknya. Kecermatan dalam eksekusi visual hadir dalam kualitas yang sedikit lebih rendah pada presentasi cerita, di awal ia lucu dan sangat menarik, ketika mereka
bertemu rasa penasaran juga semakin besar, namun setelah itu ternyata aksi
mencari jalan keluar bagi Patema itu menjadi terasa kurang berwarna. Cukup sering
terasa monoton, memang masih ada hal-hal lucu yang sesekali cukup berhasil menjadi
pendamping yang mumpuni namun dari sisi drama Patema Inverted tidak terasa standout, terasa terlalu stabil malah.
Rasa takut karakter, permainan politik, hingga kisah cinta remaja, masalah
muncul ketika tidak ada satu dari mereka yang benar-benar berhasil mencuri spot
utama pada atensi penonton, menjadi pusat dimana kemudian isu kecil lain
bermain-main disekitarnya.
Mengapa itu menjadi masalah? Karena inti dari film ini
sendiri pada dasarnya merupakan sebuah perjuangan dari dua karakter utama untuk
menyelamatkan diri sehingga intimitas penonton pada karakter menjadi sesuatu
yang sangat penting. Patema Inverted kurang dalam hal ini, seperti ada yang
hilang dari hubungan dua karakter utama dan kemudian berimbas pada ketertarikan
kita terhadap eksistensi dan perjuangan yang mereka lakukan, dan itu cukup
disayangkan mengingat panorama yang indah dengan perputaran gambar yang menarik
tadi juga faktanya tidak tampil sangat spektakuler sehingga ia tidak mampu melakukan
contohnya seperti apa yang visual dari Gravity
lakukan untuk sedikit menutupi hasil dari cerita yang tidak standout,
kurang mampu menggunakan berbagai unsur ilmiah misalnya untuk menjadikan cerita
lebih berwarna.
Overall, Patema
Inverted (Sakasama no Patema) adalah film yang cukup memuaskan. Kekurangan
yang ia miliki dari penjelasan tadi faktanya memiliki power yang bergantung
pada perspektif penontonnya, ia menghasilkan dampak yang cukup siginifikan pada
saya namun mungkin akan terasa nol bagi penonton lain. Jika anda mampu
memaafkan minus tadi sejak ia pertama kali hadir maka ini akan menjadi sebuah animasi imajinatif yang akan terus
membawa anda merasa tertarikn dan senang hingga akhir, keindahan visual yang memikat meskipun
memang memiliki narasi dan alur cerita yang terasa sedikit canggung atau kikuk. Good enough.
Ceritanya kok mirip sama film Upside Down yang main Kirsten Dunst sama Jim Sturgess, siapa nyontek siapa ya? :?
ReplyDeleteNgak saling contek kok, hanya sama di ide awal saja. :)
Delete