Salah satu sistem dari terciptanya kesuksesan yang
diraih secara tim berasal dari hubungan diantara orang-orang yang bekerja
didalamnya, harus ada pemimpin yang kemudian akan memperoleh dukungan sosok
pendukung dibelakangnya. Contohnya seperti Real
Madrid atau Barcelona, mereka
punya Ronaldo dan Messi yang seolah berada di dunia lain
jika dibandingkan dengan rekan-rekan mereka. Film cross over dari dua karakter
anime idola masyarakat Jepang ini seperti menggabungkan Ronaldo dan Messi di
dalam satu tim. Lupin the 3rd vs.
Detective Conan: The Movie, awkward blended between two of Japan's most beloved
Anime characters.
Kaito Kid berhasil melakukan upayanya mencuri sebuah berlian
yang sangat berharga, namun anehnya aksi tersebut ia lakukan dengan menggunakan
peralatan yang lebih kompleks dari pistol hingga perahu boat ketimbang alat
andalannya hangglider cape. Hal tersebut pula yang menjadikan ia berhasil lepas
dari kejaran Conan Edogawa (Minami
Takayama) yang harus rela usahanya terhenti akibat skateboard miliknya
terbelah menjadi dua bagian. Namun celakanya Conan cepat tanggap pada situasi
aneh diawal tadi dan dengan mudahnya ia mengidentifikasi bahwa pencuri tersebut
bukanlah Kaito Kid, ia adalah Arsène
Lupin III (Kanichi Kurita).
Tapi sayangnya Lupin sendiri tidak sadar bahwa ia
sesungguhnya telah diperalat oleh wanita pujaannya Fujiko Mine (Miyuki Sawashiro) yang menjadi sandera dari seorang
pria misterius dengan tebusan berlian yang berhasil Lupin curi. Berlian
tersebut ternyata masih tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan rencana
pria tersebut mencuri berlian yang jauh lebih berharga bernama Cherry Sapphire. Situasi yang telah
rumit setelah upaya polisi bekerja sama dengan detektif menjadi semakin rumit,
dan sumbernya kali ini adalah penyanyi asal Italia bernama Emilio Baretti, ia mendapat ancaman yang memintanya untuk
membatalkan konser, dan keberadaan Daisuke
Jigen (Kiyoshi Kobayashi) yang berhasil tertangkap mata Conan ketika
menyaksikan berita tentang Emilio Baretti di televisi.
Memang cukup sulit jika harus membahas ini jauh lebih
dalam dan spesifik karena ada beberapa faktor yang menghalangi saya untuk melangkah
ke arah sana. Pertama, saya hanya sebatas tahu ada karakter anime bernama Lupin III sementara tidak pernah membaca
manga miliknya, apalagi menyaksikan series miliknya, dan informasi yang saya
punya darinya hanya sebatas cerita dari sahabat bahwa Lupin III merupakan seorang master thief yang aksinya selalu
mengasyikkan untuk di ikuti. Lain halnya dengan Conan, saya membaca beberapa
komiknya, ketika ia tampil di layar televisi dahulu saya juga cukup sering
mengikuti. Dengan keterbatasan tadi ekspektasi awal saya sayangnya tidak rendah
mengingat karakteristik dari dua sosok utama juga pada dasarnya sangat mudah
untuk menarik perhatian.
Ya, anda bayangkan saja ketika seorang ahli mencuri
kemudian bertarung dengan seorang yang sangat ahli dalam menemukan pencuri,
kita punya pahlawan yang kuat tapi kali ini kita juga memperoleh musuh yang
terbilang sama kuatnya. Sayangnya seperti yang saya sebutkan diawal tadi ini
pada akhirnya seperti memainkan Ronaldo dan Messi kedalam sebuah tim, mereka
punya kemampuan untuk bersinar tapi tidak dengan sinar yang seterang ketika
mereka menjadi bintang tunggal didalam tim itu. Rekan saya mengatakan apa yang
film ini coba gambarkan terhadap karakter Lupin tidak jauh berbeda dengan gaya
khas miliknya, begitu pula dengan Conan, tapi penggabungan dua gaya tersebut
yang menciptakan kondisi canggung, bukannya menciptakan ruang baru dimana Lupin III dan Conan bergabung mereka di buat berdiri masing - masing dengan ruang
gerak yang menjadi terbatas.
Kurang klik, mungkin sederhananya seperti itu. Film
ini tidak mampu menghidupkan potensi miliknya dengan memasukkan dua karakter
kuat miliknya kedalam sebuah petualangan yang menyenangkan. Memang tidak buruk,
tahapan dalam cerita juga terbilang cukup baik, tapi tidak ada aliran yang
memberikan sensasi bagi penonton ketika mereka menyaksikan masing-masing
karakter beraksi di film mereka sendiri. Masih ada gadget canggih, masih ada
aksi kejar-kejaran, humor yang ia suntikkan juga tidak jarang menciptakan tawa,
tapi ketimbang terasa sebagai sebuah kombinasi film ini lebih condong tampak
seperti dua film yang digabungkan menjadi satu, Lupin III diberikan waktu untuk
menghibur penonton dengan aksi eksentrik miliknya dan setelah itu kita dibawa
bergeser menuju Conan dengan sikap seriusnya.
Memang semua tidak keluar dari plot utama tapi
mondar-mandir sebagai upaya mempertahankan dan menggambarkan daya tarik dari
dua karakter utama memakan banyak atensi penonton pada misteri utama. Nah, ini
yang gawat, bukankah hal tersebut yang kita harapkan dari film ini, masalah
yang penuh kesan ambigu, kemudian misteri yang kompleks, berputar-putar mencari
pelaku untuk kemudian diakhiri dengan konklusi menyenangkan di bagian akhir.
Kualitas elemen ini terasa miskin di film ini, terlalu banyak karakter yang
seperti dihadirkan untuk membuat penonton terpesona bahwa mereka juga ambil
bagian dari cross over ini, momentum pada masalah pada akhirnya tidak tercipta,
irama sering hilang. Andai saja fokus lebih besar pada masalah utama pada
cerita ketimbang sibuk menghidupkan banyak kerakter kedalam cerita, mungkin ini
dapat menjadi jauh lebih mengalir dan tentu saja lebih menarik dan misterius.
Overall, Lupin
the 3rd vs. Detective Conan: The Movie adalah film yang kurang memuaskan.
Tidak ada masalah yang berarti dari segi visual, apa yang anda harapkan dari
Lupin III dan Conan akan anda dapatkan dari film ini, dan jika anda merupakan
penggemar dari dua karakter ini rasa puas yang anda raih akan jauh lebih besar
dari mereka yang hanya menjadi penggemar dari salah satu karakter saja. Itu
yang saya rasakan dari film ini, memang berhasil mencuri atensi sejak awal
hingga ketika ia berakhir namun sayangnya terasa minim sensasi, kombinasi yang
kurang klik dan terasa canggung. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment