"Everyone's searching for a better connection."
Film ini bisa dikatakan menjadi salah satu film yang
paling diantisipasi di tahun ini, dengan alasan utama tentu saja Jason Reitman. Oke, selain kegagalannya
di Labor Day yang membosankan itu apa
dihasilkan oleh Jason Reitman sebagai sutradara selalu terasa menarik, dari Thank You for Smoking, Juno, Up in the Air, hingga
Young Adult. Ada satu kesamaan
diantara mereka, teknik bercerita yang dingin. Hal itu kembali hadir di film
terbarunya ini, Men, Women & Children,
tapi sayangnya sedikit terlalu dingin.
Teknologi kini telah menjadi bagian primer dalam
kehidupan manusia, dan hal tersebut coba di eksplorasi film ini. Don (Adam Sandler ) dan Rachel Truby (Rosemarie DeWitt) sedang
mengalami kebuntuan dalam pernikahan mereka, dan celakanya anak mereka Chris
memiliki obsesi pada pornografi. Ada pula seorang bintang sepakbola high
school, Tim Mooney (Ansel Elgert),
yang terjebak dalam permainan game, dan seorang wanita bernama Joan Clint (Judy Greer) yang punya
ambisi untuk terkenal, dan cara yang ia gunakan adalah dengan menggunakan sang
anak, Hannah Clint (Olivia Crocicchia),
anggota cheerleader yang ternyata menjadi incaran Chris untuk melakukan
hubungan intim.
Film-film Jason
Reitman selalu punya rasa dingin yang membuat penontonnya tergoda, tapi hal
tersebut juga ia bantu dengan narasi yang punya pesan tajam meskipun
disampaikan dengan cara yang sederhana dan efektif. Itu yang terasa sedikit
kurang kuat di film ini, ini tidak sederhana dan kurang efektif dalam
menggambarkan bahaya yang kita hadapi dari perkembangan jaman di sektor
teknologi. Sebenarnya hal ini juga sudah pernah ada, contohnya seperti
penggunaan visual untuk menjadi sarana percakapan sudah pernah diterapkan oleh Disconnect, tapi apa yang membuat Men, Women & Children, terasa lebih
menarik adalah ia tidak membawa kita melihat dampak negatif teknologi itu
secara langsung, tapi bertahap, secara perlahan dan sedikit tersembunyi.
Sayangnya sejak awal bekal yang Jason Reitman berikan pada karakter terasa kurang kuat, mungkin
karena jumlahnya juga tidak kecil. Kedalaman mereka terasa kurang, ibarat
jangkar kapal mereka hanya menggantung tidak begitu jauh dari permukaan air,
tidak sampai menyentuh dasar. Terkesan kecil memang, tapi pengaruhnya besar
karena setelah itu kita tidak hanya diberikan drama, ada sedikit komedi gelap
yang juga sesekali mencoba masuk, bahkan ada juga momen hening dimana kita
seolah diberikan kesempatan untuk memeriksa bahaya teknologi tadi. Kombinasi
seperti itu memerlukan karakter yang kuat serta pondasi cerita yang sama
kuatnya, Men, Women & Children
tidak punya itu, sehingga isu-isu yang ia usung mayoritas gagal memberikan hit
yang menarik pada penontonnya.
Hal yang paling mungkin membuat penonton merasa kesal
pada Men, Women & Children adalah
cara ia bercerita yang terkesan menggurui, dan itu hadir dalam pace yang tidak
begitu cepat serta dilengkapi dengan beberapa gerak mondar-mandir. Anda
bayangkan saja seorang dosen yang mengajar materi sangat menarik tapi
disampaikan dengan irama yang lesu dan kekurangan semangat, hasilnya tetap saja
kurang menarik. Isu teknologi, moralitas, masalah sosial, mereka terkesan
dipaksakan untuk tampak serius, tidak halus seperti cara ia ditangkap lewat
gambar-gambar yang terhitung manis. Alur ceritanya memang mengalir dengan
lancar, begitu pula dengan kinerja beberapa aktor seperti Jennifer Garner juga terbilang baik, tapi Jason Reitman kurang
berhasil menggabungkan hal serius yang ia bawa untuk meninggalkan kesan yang
serius pada penontonnya.
Iya, ini seharusnya menjadi film yang membuat kamu
memikirkan kembali dampak dari teknologi terhadap interaksi di dunia nyata
ketika kamu selesai menyaksikannya. Men,
Women & Children terhitung kurang mampu melakukan hal tersebut, isu-isu
yang ia bawa tergambarkan dengan baik tapi tidak memberikan pukulan yang kuat,
semua merupakan dampak dari cerita dan karakter yang terasa punya kedalaman
yang kurang, terlalu sederhana malah, sehingga usaha untuk tampak serius justru
terasa dipaksakan bahkan terkesan menggurui penontonnya. Tidak membosankan, tapi terlalu dingin.
Menurut saya filmnya cukup menarik.
ReplyDelete