"Sometimes it is the people no one imagines anything of who do the things that no one can imagine."
Film yang berada di baris terdepan pada pacuan untuk
menjadi film terbaik di tahun 2014 ini sukses besar memberikan saya sebuah
pukulan besar ketika ia sudah berakhir, karena sepanjang 114 menit durasinya
saya seolah kekurangan kesempatan untuk memalingkan atensi darinya,
biografi dari pria bernama Alan Turing
yang menjadi pahlawan pada perang dunia kedua yang justru kental dengan elemen
spy serta thrill yang terus dijaga dengan ketat, terus membuat apa yang The Imitation Game tampilkan terasa
menarik dengan cara yang cerdas, nakal, tapi juga terasa intim, menjadi salah
satu thriller termanis yang hadir setelah Argo.
Telah terbiasa bekerja sendiri tapi takdir justru
berkata lain pada Alan Turing (Benedict
Cumberbatch), ahli matematika berusia 27 tahun yang bergabung bersama John Cairncross (Alan Leech) dan Hugh Alexander (Matius Goode) sebagai
tim elit yang bertugas untuk memecahkan kode Enigma Nazi pada perang dunia kedua, upaya untuk mempersingkat
durasi peperangan yang otomatis akan menyelamatkan jutaan nyawa. Tapi ternyata
kode yang mereka hadapi berubah setiap 24 jam, menciptakan situasi yang memaksa
Turing mengambil langkah cepat, mengajukan permohonan untuk membangun sebuah
mesin untuk mengalahkan Enigma Nazi, usaha yang semakin mudah ketika Joan Clarke (Keira Knightley) ikut
bergabung.
Saya menemukan ada dua fakta yang mengejutkan ketika
mencoba mencari tahu informasi tentang Alan
Turing, yang pertama adalah ia ibarat silent hero pada perang dunia kedua,
ia punya andil besar yang mampu memperpendek durasi perang tapi sayangnya
upayanya itu seperti kurang dihargai, penyebabnya adalah fakta kedua, ia
seorang homoseksual. Dua hal ini yang sepertinya terus menerus digunakan Morten Tyldum, permainan mata-mata yang
mungkin akan terasa berbelit-belit tapi gerak cepatnya terus terjaga dengan
baik, dan gesekan dari isu kedua tadi tidak pernah menghilang dari pikiran
penonton. Kombinasi dua hal itu juga bisa dibilang menghasilkan kejutan besar
lainnya, kejutan bahwa kisah tentang seorang ahli matematika ternyata tidak
terjebak terlalu dalam dengan hal-hal terkait matematika, hal-hal detail
sedikit ia kesampingkan dan membuat kita mengamati isu yang lebih umum.
Hal tersebut saya rasa akan memberikan rasa kecewa
bagi penonton yang punya ekspektasi pada elemen matematika tadi, tapi bagi yang
tidak begitu mempermasalahkan hal tersebut maka bersiaplah untuk memperoleh
sebuah lovely thriller, film yang
bercerita dengan cepat dan intens tapi disisi lain mampu menciptakan hal-hal
intim yang membuat kamu semakin jatuh hati pada cerita dan tentu saja
karakternya. Yang paling saya suka adalah keputusan Morten Tyldum untuk membuat ini terus bergerak kencang, terasa
dinamis tapi tetap terkendali, jadi kehadiran semua elemen pembentuknya seperti
sebuah peperangan internal, mereka saling bentrok untuk mencuri atensi kamu,
kamu ingat akan isu A, setelah itu isu B juga kembali hadir di ingatan, saling
campur antara perjuangan dan sisi tragis dengan dialog-dialog yang tajam dalam
dramatisasi yang terasa elegan.
Elegant, The
Imitation Game punya pesona yang luar biasa kuat untuk terus mencengkeram
penontonnya, kombinasi drama dan thriller
yang terasa istimewa, tampil padat, cepat, dan di eksekusi dengan tepat. Iya,
tepat, memang tidak semua bagian dapat terjamah oleh Morten Tyldum untuk ia eksplorasi lebih jauh, pendekatannya pada
sosok Alan Turing bahkan bisa
dibilang cukup sempit, tapi apa yang ia pilih berhasil ia gunakan dengan sangat
baik, tidak ada bagian yang terasa dipaksakan, konflik juga ia putar-putar
dengan tidak berlebihan, ketegangan terus tumbuh hingga akhir.
Para aktor yang berhasil tampil memukau, para pemeran
pendukung berhasil dimanfaatkan dengan baik, terutama pada seorang Keira Knightley yang terus mencuri
perhatian. Benedict Cumberbatch? Jika dari sinopsis dan penjelasan diatas tadi kamu dapat menangkap kerumitan masalah pada cerita yang dimiliki oleh film ini, kamu pasti
tidak akan mempertanyakan penampilan Benedict, karena konflik dengan tipikal
seperti ini sudah seperti santapan yang sangat lezat bagi Sherlock Holmes, ekspresi cerdas yang meyakinkan, menjadikan Alan Turing yang diawal terasa dingin
terus terbakar secara perlahan hingga akhir. Memukau. Oscar?
Pasti ada yang merasa kurang puas, saya juga pada
awalnya sempat keget dengan kejutan yang diberikan oleh Morten Tyldum, tapi dengan irama yang mudah di ikuti, cengkeraman
sangat kuat yang ia miliki, hal-hal teknis seperti production dan costume
design, editing, hingga score yang bekerja dengan baik, dan juga penampilan
para aktor yang mumpuni, The Imitation
Game bukan hanya berhasil menggambarkan perjuangan dari seorang pria yang
mengubah salah satu bagian kecil dari dunia, tapi juga menjadi studi karakter
yang intim tapi tetap terasa intens, nakal dan kencang tapi tetap terkendali,
punya isu menarik dan "mengganggu" tapi tetap disampaikan dengan cara
yang mengasyikkan. Cantik. Segmented.
Screened at Jakarta International Film Festival 2014
film yg menginspirasi
ReplyDeletekalo bisa ada lebel buat yg 9/10,
film dr jisung saya tonton semua.. dan semua bagus.. suka bgt..
ReplyDeletekill me heal me, secret, entertainer, protect the boss, defendant
KMHM adalah yg terbaik krena bagi saya lalu secret dan entertainer jg ga kalah bagus..kemampuan aktingnya di film terbarunya "defendant" di tahun ini jg keren.. jisung yg hilang ingatan dan dipenjara krena tuduhan pembunuhan istrinya bner2 aktingnya yg trs teriak2 krena hilang ingatannya. pokoknya wajib tonton