Film pertama dari bagian terakhir trilogy The Hunger Games ini bisa dibilang
sedikit salah langkah dalam memainkan strategi yang mereka miliki, dan pusatnya
seperti mayoritas keluhan dari banyak penonton terletak pada keputusan mereka
untuk membagi satu novel menjadi dua. Kesalahan berasal pada film kedua, Catching Fire, yang secara mengejutkan
menaikkan ekspektasi kita pada trilogy ini secara drastis, memberikan lompatan
yang terbilang cukup besar pada sisi daya tarik jika dibandingkan dengan film
pertamanya, yang juga mempengaruhi penilaian terhadap The Hunger Games: Mockingjay Part 1. We're at the start, the colours disappear.
Setelah berhasil di culik dari arena pertarungan Quarter Quell, Katniss Everdeen (Jennifer
Lawrence) mulai dituntun untuk mengambil peran penting dalam usaha revolusi
untuk merebut Panem dari tangan Presiden
Snow (Donald Sutherland). Rencana yang disusun Distrik 13 dibawah komando
wanita bernama Alma Coin (Julianne Moore)
adalah dengan strategi merebut atensi distrik di Panem untuk bergabung dengan
mereka, salah satu caranya melalui video propaganda yang disebut propo. Tapi
Capitol tidak tinggal diam, karena mereka masih punya Peeta Mellark (Josh Hutcherson) yang sangat ampuh dalam mengguncang
emosi Katniss.
Rasa kecewa terbesar saya pada film ini mungkin sudah
terjabarkan di paragraf pembuka tadi, bagaimana ketika mereka telah menaikkan
ekspektasi kita tapi justru kemudian tidak mampu mempertahankan apa yang telah
mereka berikan di film terdahulunya itu. Harapan awal memang tidak begitu
besar, karena dengan status sebagai film pembuka ini jelas akan lebih fokus
pada proses membangun jalan menuju real ending, bagian penutup yang sebenarnya
di film kedua. Kasarnya part 1 adalah sebuah teaser, itu tugas paling sederhana
yang ia miliki disamping tentu saja sedikit melanjutkan proses membangun cerita
sembari membuat kita menantikan dengan rasa penasaran apa yang akan mereka
sajikan di film keduanya, satu tahun berikutnya.
Yang jadi masalah ada di perkembangan yang dialami
oleh trilogy ini, terasa sangat sangat minim di film ini, bukannya dibuat
semakin penasaran para penonton yang telah membaca novelnya mungkin akan mereka
seolah di ejek oleh orang-orang dibalik layar, terutama pada duo Danny Strong dan Peter Craig yang menangani screenplay. Tidak sampai setengah dari
novel hadir disini, bahkan mungkin hanya sepertiga, kita tidak diberikan
pertarungan manipulatif yang energik diantara Capitol dan Distrik 13, tapi kita
yang justru di manipulasi oleh Francis
Lawrence dan timnya, bagian kecil dengan efek yang kecil mereka jadikan
tampak luas terutama untuk memakan durasi, dan hal-hal penting seperti salah
satu pertanyaan yang di ajukan rekan saya terkait mengapa pada akhirnya Peeta
memberikan respon kurang menyenangkan kepada Katniss juga tidak memiliki
penjelasan yang mumpuni.
Jadi jangan heran ketika selesai menonton seperti ada
perasaan tertinggal di benak kamu, seperti ada sesuatu yang kurang dari apa
yang baru kamu tonton, karena dari misi saja film ini memang terkesan seperti
salah satu lagu yang ia miliki, The
Hanging Tree, terkesan menggantung tapi kelas berat. The Hunger Games: Mockingjay Part 1 seperti di set untuk main di
bagian drama, tapi kenyataannya tidak ada perkembangan yang besar juga di
bagian ini, Katniss seperti membangun kembali koneksi dengan karakter di sekitarnya,
bukan meneruskan apa yang sudah ia miliki selama ini, contohnya seperti Gale
yang kali ini punya waktu tampil lebih besar dari Peeta tapi perannya kurang
dimanfaatkan, terutama pada something yang sebenarnya sangat penting bagi hasil
akhir loveline diantara dirinya, Katniss, dan juga Peeta. Disini ia malah jadi
boneka, sebuah adegan juga terasa sengaja meninggalkan agar segitiga diantara
mereka tampak tetap hidup.
Segala kekurangan terutama pada sektor cerita tadi
tidak lantas membuat saya kehilangan antusias pada bagian keduanya yang akan
hadir satu tahun lagi itu, tapi justru menghasilkan sebuah dilema. Petualangan
lesu yang ia tampilkan disini tentu akan membuat banyak penonton
mempertimbangkan untuk menurunkan ekspektasi mereka pada bagian kedua, tapi
disisi lain fakta bahwa masih sangat banyak materi yang belum digunakan oleh
Francis Lawrence dan timnya, materi yang bisa mereka pakai untuk memberikan
kita perjuangan Katniss dengan tampilan yang merupakan kebalikan dari ini,
bertenaga dan penuh sensasi. So, meskipun sulit untuk menyebutnya sebagai film young-adult yang unforgettable, tapi film ini masih berada dalam level forgivable.
Idem,,kalo gw mngkin lbh kejem dngan ngasih nilai 5,5/10,,utk film skelas boxoffice & lumayan di tunggu2, bner2 mengecewakan, kbanyakan ngomong tp ga bs nge bawa ke alur cerita yg lbh jelas,,,absurd dah,,,Mungkin di bagi karena mao ngikutin kesuksesan Harry Potter and the Deathly Hallows – Part 1 & 2 x yaa,,?
ReplyDelete