"Miracles are made by people who refuse to stop believing."
Film terbaru dari sutradara salah satu mantan nominasi Oscar ini, Monsieur Lazhar, mencoba membawa penontonnya untuk melihat sebuah perjuangan sekelompok “orang hilang” untuk menemukan dan membangun kembali kehidupan mereka, usaha bertahan hidup dan lepas dari tragedi kelam dimasa lalu mereka. Efektif memang, ada inspirasi yang berhasil mereka tinggalkan, namun sayangnya berbagai keputusan yang kurang tepat menghalangi The Good Lie untuk mencapai potensi yang ia miliki.
Sekelompok anak muda, Mamere (Arnold Oceng), bersama kakaknya, Theo (Femi Oguns), dan dua anak laki-laki lain Yeremia (Ger Duany) dan Paul
(Emmanuel Jal), yang terjebak dalam konflik perang saudara Sudan, memutuskan untuk mengungsi dan
berjalan sejauh 1000 kilometer menuju sebuah kamp pengungsi di Kenya. Lebih dari satu dekade kemudian
mereka semua memenangkan kesempatan untuk pindah ke Amerika Serikat, dimana
ketika tiba di Kansas mereka bertemu dengan Carrie
(Reese Witherspoon) yang akan membantu The
Lost Boys mencari memulai kehidupan yang baru, yang juga memberikan
tantangan baru.
Seperti judulnya, The
Good Lie, film ini sejak awal saja sudah menciptakan sebuah kebohongan yang
berhasil membuat penonton berada di zona ambigu, akan ada yang kesal namun tidak
sedikit dari mereka yang akan dengan mudah memaafkan hal tersebut. Coba lihat
posternya, ada foto seorang Reese
Witherspoon yang sangat besar disana, seolah film yang mencoba mengangkat
perjuangan hidup ini merupakan film yang akan berpusat pada dirinya. Nyatanya
tidak, karena ceritanya sendiri menaruh fokus pada perjalanan sekelompok
anak-anak Sudan, sedangkan Reese Witherspoon digunakan sebagai
pembuka jalan dari upaya sang sutradara, Philippe
Falardeau, untuk mencoba mengekplorasi berbagai isu yang dimiliki oleh
cerita. Misi yang mereka bawa memang kuat, tapi dari segi visi sayangnya tidak
sama kuatnya.
The Good Lie terasa terlalu berhati-hati saat memperdalam banyak
masalah yang ia punya, dan meskipun Philippe
Falardeau memang harus diakui berhasil memberikan kesan mengerikan yang
cukup efektif dari apa yang dialami karakter-karakter yang melarikan diri itu,
nasib orang-orang tertindas yang dipenuhi rasa cemas, tapi usaha untuk merubah
cerita yang kompleks itu menjadi sebuah tontonan yang ringan dan mudah diterima
penonton luas akhirnya jatuh sedikit datar. Memang ada kesan tulus, ada pula
semangat yang diputar-putar pada masalah keluarga, persahabatan, hingga sikap
tidak pernah berhenti berharap, tapi dramatisasi yang diberikan ke mereka itu
kurang pas sehingga dampak yang dihasilkan pada penonton tidak berupa sebuah
pukulan yang kuat.
Philippe Falardeau seperti ingin agar semuanya seimbang, para Lost Boys
harus punya momen mereka, tapi Reese
Witherspoon juga harus dapat kuantitas yang sama. Hasilnya tidak peduli
seberapa menarik para Lost Boys
tampil atensi juga terbagi pada Witherspoon, dua sisi ini tidak pernah terasa
kuat, dan meskipun memang kita akan terus merasa penasaran dengan apa yang akan
terjadi pada karakter-karakter itu keterbatasan yang karakter miliki membuat
narasi lebih tampak seperti kumpulan sketsa yang jika disatukan terasa
canggung, ada saat-saat menyenangkan, tapi tidak sedikit pula yang terasa
hambar. Masalah lainnya adalah terkadang sulit untuk merasakan ada koneksi
dengan karakter, sebagus apapun para aktor menggambarkan karakter mereka dampak
emosional yang dihasilkan sering kali terasa lemah.
Bukan sesuatu yang buruk memang, tapi fokus utama yang
tidak berdiri kuat ditengah cerita menjadikan The Good Lie tidak memiliki alur yang terus mengalir dengan mulus
hingga akhir, dan itu cukup disayangkan karena di awal ia sudah berhasil
memberikan sebuah kengerian yang efektif. Usaha Philippe Falardeau untuk menjadikan ini sama rata di semua bagian
justru membuat The Good Lie tidak
menghasilkan sesuatu yang benar-benar kuat, benar-benar dalam, karakter terus
menarik untuk diamati tapi tidak jarang pula hal-hal canggung seperti fokus
yang terlalu sering berpindah ke Reese
Witherspoon membuyarkan potensi yang ia miliki untuk menjadi kisah survival
yang kuat.
0 komentar :
Post a Comment