"Don't. Trust. Anyone."
Sangat mudah untuk jatuh kedalam perangkap yang dibuat
oleh sebuah film dengan misteri sebagai jualan utamanya, terlebih dengan kesan
ambigu yang mereka ciptakan kita bukan hanya berperan sebagai penonton yang
menunggu namun secara perlahan akan mencoba untuk ikut mencari tahu jawaban
dari berbagai pertanyaan yang ia berikan. Tapi film tipe seperti selain mudah
untuk mencuri atensi penontonnya juga sangat mudah untuk kehilangan atensi,
kehilangan daya tarik. Penyakit itu dialami film ini, Before I Go To Sleep.
Konsep yang ia bawa manis meskipun memang bukan
sesuatu yang baru, premis yang ia berikan juga tidak begitu buruk terbukti
dengan betapa mudahnya ia untuk membuat penontonnya tertarik dengan masalah
yang berputar-putar di amnesia ini, potensi yang ia pancarkan ketika baru saja
dimulai juga terasa apik, teka-teki dibentuk dengan cekatan terutama pada
misteri utama dan juga tiga karakter utama, tapi sayangnya itu nilai positif
itu tidak cukup untuk membawa kisah yang diadaptasi dari novel karya S. J. Watson ini untuk mendapatkan
potensi terbaiknya sebagai mystery thriller yang menarik.
Masalah utama Before
I Go To Sleep justru berasal dari bagian dimana ia sukses memberikan
sesuatu yang menjanjikan diawal: cerita. Ketika semuanya masih kecil ada
sesuatu yang menarik untuk ditonton, ia berhasil menjaga semangat dan tantangan
bagi penonton sehingga perhatian kita akan teralihkan pada betapa standard cara
yang Rowan Joffé pakai, terutama pada
kesan bermain aman yang sulit untuk hilang. Tapi ketika irama itu telah
terbangun ternyata film ini punya ambisi lain, ia ingin menjadi sesuatu yang
sangat besar, sesuatu yang dapat membuat penonton terpukau dan berkata wow, dan
itu ia lakukan dengan keterbatasan pada sisi cerita yang sejak awal sudah
dibentuk dengan "murahan".
Iya, "murahan", Before I Go To Sleep adalah film misteri
yang "murahan", mencoba tampil eksploitatif agar terkesan pintar tapi cara ia
bercerita yang terkesan seenaknya itu menjadikan berbagai tikungan yang
seharusnya mampu membuat penonton merasa di curangi justru malah terkesan
membodohi pada level negatif, ia tidak berhasil membuat kita berkata “wah, saya
salah,” tapi terkesan “Oh, kamu salah? Bodoh kamu!” Film yang berhasil membuat
penonton merasa dibodohi bukanlah sesuatu yang buruk, asalkan mereka berhasil
mencapai hal tersebut dengan cara yang tidak bodoh. Film ini mengalami itu,
ketegangan seperti terasa seadanya, dan ia terlalu sibuk menjadikan berbagai
twist itu seperti sebuah shock yang memukau.
Memang sangat jauh dari status sebagai film terburuk
tahun ini, tapi Before I Go To Sleep mungkin
layak diberikan predikat sebagai salah satu film paling menjengkelkan di tahun
2014. Punya dua senjata besar juga tidak mampu menyelamatkan cerita yang sejak
awal seperti tidak ingin bergerak bebas itu, Colin Firth dengan kesan ambigu pada motif yang ia bawa, dan Nicole Kidman yang punya momen
mengesankan tapi juga momen datar, sehingga sulit untuk merasakan apa yang ia
rasakan, terlebih dengan cerita sendiri yang tampaknya memang sengaja tidak
memberikan kita kesempatan untuk masuk terlalu jauh didalam cerita, tapi disisi
lain terus memaksa kita untuk terpesona dengan penceritaan yang kurang menarik
dan menyenangkan itu.
0 komentar :
Post a Comment