Before I Disappear bisa jadi seperti sebuah teriakan dari Shawn Christensen kepada para produser
besar untuk menaruh perhatian padanya di masa depan, atau mungkin memberikan
kepercayaan padanya untuk menangani proyek yang lebih besar dari film ini. Dari
short film berjudul Curfew yang tahun
lalu berhasil meraih Oscar di
kategori Best Live Action Short Film,
Before I Disappear mendapat perlakuan
yang sangat tepat oleh Shawn Christensen, ia dipanjangkan tanpa melukai hal-hal
yang membuat film pendeknya itu terasa menyenangkan.
Richie (Shawn Christensen) sedang berada dalam titik terendah dalam
kehidupannya, berbagai masalah termasuk peristiwa yang di sebuah kamar mandi
klub malam tempat ia bekerja, Richie memutuskan ia akan mengakhiri penyesalan
yang ia alami dengan cara sederhana, mengakhiri hidupnya. Namun ketika sedang
bersiap melakukan niatnya tadi Richie menerima sebuah panggilan telepon yang
berasal dari kakaknya, Maggie (Emmy Rossum). Maggie mengatakan ia sedang berada
dalam situasi darurat, dan meminta Richie untuk menjemput anak perempuannya, Sophia (Fatima Ptacek), gadis muda yang
mengubah arah hidupnya.
Film pendek yang kemudian di daur ulang jadi sebuah
film yang lebih panjang punya resiko yang cukup tinggi, salah satunya sering
kali kenikmatan yang kita peroleh dari hiburan pendek yang ia berikan tidak
semuanya hadir di fitur panjangnya, ada saja hal-hal yang hilang atau mungkin
hal-hal baru yang tidak penting untuk sekedar memanjangkan durasi saja.
Menariknya itu tidak terjadi di film ini, dan kecermatan Shawn Christensen
dalam merakit cerita adalah kunci utamanya. Dasarnya masih sama, tapi Shawn Christensen kreatif dalam
mengembangkan alur cerita yang sederhana dengan memberikan beberapa subplot
baru yang menarik, tapi disisi lain fokus kita pada kekacauan karakter utamanya
tetap kuat, dan emosi di pusat cerita tetap menarik.
Melakukan hal tadi bukan pekerjaan yang mudah, bukan
hanya memerlukan imajinasi tapi juga keterampilan ketika merangkainya, hal yang
pernah saya saksikan sendiri pada seorang rekan yang mencoba menciptakan script dari film pendek miliknya.
Penonton masih mendapatkan dasar sinopsis
yang serupa, pria dewasa yang tersiksa, seorang keponakan yang dewasa
sebelum waktunya, dan dari situ kita mulai diajak berbicara tentang cinta,
keluarga, hingga tanggung jawab yang digambarkan dengan natural, bahkan
interaksi mereka membuat saya merasa sedang melihat paman dan keponakan yang
nyata. Teknik bercerita yang ia gunakan juga membuat narasi yang dihasilkan
Christensen terasa mulus, di bagian awal memang sedikit kasar tapi setelah itu
semua berkembang dengan baik, usahanya untuk membuat kita merasa kehidupan ini
sangatlah berharga juga terbilang dicapai dengan baik.
Sulit untuk mengatakan ini permata kecil di tahun ini,
tapi jelas Before I Disappear adalah
salah satu kejutan paling menarik tahun ini. Punya banyak subplot tapi tetap
terjaga kepadatannya tanpa pernah terasa menumpuk, banyak humor yang ia gunakan
juga berfungsi dengan baik dan menghasilkan tawa menyenangkan, tapi ia juga
punya drama yang memberikan emosi melankolis yang manis, membuat saya merasa
peduli dengan apa yang dialami oleh karakter, serta terus membuat rasa
penasaran pada apa yang akan terjadi selanjutnya tidak pernah hilang. Dynamic
duo pada dua pemeran utama juga memiliki andil yang besar pada hal tersebut, Fatima Ptacek sukses membuat tingkah
menjengkelkannya itu terasa menarik, bahkan tidak jarang ia memberikan sinar
yang lebih terang ketimbang Shawn Christensen yang aktingnya terhitung aman.
Dalam kalimat sederhana, Before I Disappear adalah film menyedihkan yang terasa
menyenangkan. Pusatnya lembut tapi kuat, ia punya momen yang akan membuat
penonton tertawa, tapi ia juga punya emosi yang akan membuat kamu mengingat
betapa kejamnya kehidupan di dunia ini, dan itu ia berikan dengan cara yang
berani karena ia punya banyak subplot yang berhasil di bentuk dengan cermat dan
bijak, serta semakin lengkap dengan cerita yang dinamis berkat penampilan dua
karakter utamanya yang terasa manis.
Screened at Jakarta International Film Festival 2014
.bener bangetvaq nontonya aja sanpe netesin air mata pada saat richie menceritakan masa kecilnya dulu dgn adiknya diakhir cerita , terlihat richie sangat mendalami karakternya
ReplyDelete