"Everything has a price."
Jika anda pernah merasakan kesedihan yang teramat
dalam, anda pasti akan tahu bagaimana rasa kesal ketika disaat yang sama hadir
masalah baru yang mencoba menganggu. Biasanya ledakan yang akan muncul pada situasi
tersebut akan dua, tiga, empat, bahkan n kali lebih besar dari amarah normal
anda. Konsep tersebut yang digunakan film ini untuk memberikan salah satu
hiburan action terbaik tahun ini, John
Wick: don't mess with “siCK” people, especially if he’s a WIzard.
John Wick (Keanu Reeves) masih belum mampu untuk move on dari rasa sedih
akibat ketiadaan istrinya Helen Wick
(Bridget Moynahan) yang baru saja meninggal dunia, berulang kali video
kenangan di ponsel itu ia putar untuk kembali mengenang Helen. Tapi ternyata
Helen telah mempersiapkan rencana berbeda, ia telah membeli seekor anak anjing
menggemaskan yang telah ia atur sedemikian rupa agar dikirim kepada John
setelah ia tiada. Dalam seketika anjing tersebut menjadi sahabat baru sangat
berharga bagi John, dari makan bersama, tidur bersama, hingga jalan-jalan
bersama menggunakan mobil klasik milik John. Benda terakhir tadi ternyata
justru membawa masalah baru bagi John Wick.
Seorang anak muda sombong bernama Iosef Tarasov (Alfie Allen) merasa tertarik dengan mobil tersebut
ketika ia bertemu dengan John saat mengisi bensin. Tentu saja John menolak
karena mobil tersebut salah satu hal benda paling berharga dalam hidupnya,
namun bukannya mundur Iosef justru menekan karena ia percaya semua hal punya
harga yang dapat dibayar. Belum merasa puas, Iosef merencanakan hal yang lebih
besar, yang celakanya justru bukan hanya membawa masalah yang lebih besar bagi
dirinya, namun juga sang ayah, Viggo
Tarasov (Michael Nyqvist) dan kerajaan bisnis mereka, karena John Wick
bukan pria biasa, ia adalah mantan sosok menakutkan yang sedang dilanda
kesedihan.
Alasan utama mengapa John Wick memperoleh sanjungan dari banyak penikmat film sebagai
salah satu kejutan terbesar di tahun adalah karena pada dasarnya ia tidak
memberikan sesuatu yang benar-benar baru di genre action. Ya, standard, apa
yang ia berikan mungkin telah sering anda saksikan, apa yang Derek Kolstad tulis di sektor narasi
bahkan tidak pernah mencoba membawa anda untuk masuk kedalam dunia yang baru di
genre action thriller dengan tema
utama balas dendam yang ia usung, hal yang sama juga dilakukan oleh sang
sutradara, Chad Stahelski.
Orang-orang di balik kendali seperti sepakat pada satu hal, mari tidak mencoba
terlalu keras untuk menjadi sebuah kemasan yang mewah dan pintar dari segi
materi, tapi justru bangun berbagai hal sederhana dan super familiar itu
menjadi sebuah arena bagi satu karakter untuk membawa semua penonton
bersenang-senang bersamanya.
Karena hal tersebut pulalah sehingga tidak peduli
seberapa klasik apa yang anda saksikan didalam layar senyuman akan sulit untuk
lepas dari anda, dari awal hingga akhir. John
Wick adalah film yang bukan hanya dimana ia tahu ingin menjadi apa, tapi ia
juga tahu apa yang harus ia lakukan untuk mencapai keinginan tersebut, melakukan
eksplorasi lewat berbagai sentuhan yang tepat dan presisi pada kekuatan dari
sebuah thriller balas dendam, kemudian menjauhkan berbagai titik lemah yang
sering menghancurkan film tipe seperti ini untuk tidak mengganggu penontonnya.
Dua hal tersebut berhasil di eksekusi dengan baik, kita punya konflik utama yang
kokoh namun tidak di temani dengan hal-hal rumit dan tidak perlu yang dapat
memberikan beban tambahan, kita punya skema atau alur cerita yang jelas, dan
kita punya karakter utama yang benar-benar kuat.
Keberhasilan utama film ini berasal dari karakter
utamanya, John Wick. Chad Stahelski sangat piawai
memanfaatkan berbagai hal kecil untuk kemudian memberikan dampak yang besar
pada power yang dimiliki oleh John Wick.
Bukan hanya dari permainan dialog yang cukup panjang, sebuah kata “Oh” yang
terlontar dari percakapan melalui telepon itu saja punya pengaruh yang besar
dalam memperdalam karakterisasi John Wick,
yang uniknya disisi lain juga ikut di set untuk tampil misterius, tampil dingin
layaknya tokoh sentral klasik yang tinggal menunggu waktu untuk meledak.
Karakter pendukung lainnya juga tidak dibekali dengan tanggung jawab yang
terbatas, mereka punya peran atau fungsi yang sangat efektif, sebut saja Iosef Tarasov yang sukses membuat
penonton geram dan mendukung tindakan John
Wick, belum lagi kehadiran “petugas kebersihan” yang sukses menyuntikkan
humor yang kuat itu.
Bukan berarti dengan hanya mengandalkan karakter
lantas film ini tidak punya isi yang menarik dan terkesan bodoh, ia memang
tidak selalu pintar di semua elemen namun dengan keterbatasan tersebut ia
mampu menjadi sebuah kemasan yang pintar dalam menyenangkan penontonnya. Cukup
tahu ini adalah sebuah film balas dendam, kemudian dekatkan diri anda dengan John Wick, maka anda akan mendapatkan
petualangan layaknya sebuah rollercoaster
yang punya lintasan energik, ia membawa penonton naik dengan berbagai aksi
brutal yang bukan hanya dikemas dengan total, namun juga diberikan sentuhan
stylish yang manis, permainan kamera dan warna yang menarik, hingga soundtrack yang seolah
terus memompa adrenalin cerita dan juga penontonnya, tapi disisi lain drama
yang memiliki keterkaitan dengan kisah kelam John Wick juga terus hidup hingga akhir, sesekali memperkuat emosi
sehingga aksi balas dendam itu tidak hanya sebatas upaya kosong tanpa makna.
Hal lain yang juga menjadi sorotan menarik adalah
kemampuan Chad Stahelski dalam
mempermainkan dinamika cerita. John Wick
adalah kombinasi antara serius dan santai, ada materi gelap yang eksis ditengah
cerita, tapi disekitarnya kita akan menjumpai hal-hal ringan yang menjadi
penyeimbang. Yang menarik adalah transisi antara dua hal tersebut terasa mulus,
seperti ada baton yang secara bergantian terus berpindah sisi dan menariknya
momentum dan fokus tidak pernah rusak, intensitas yang ia miliki terus tumbuh
hingga akhir, yang juga menjadi sumber dari apresiasi yang mereka peroleh
karena hal tersebut mereka tampilkan dalam gerak yang cepat. Ya, berbagai
keunikan itu yang menyebabkan materi yang terasa biasa tadi menjadi tampak tidak
biasa, sebuah pesta menyenangkan dipenuhi dengan materi dan sensasi tepat guna
yang terus mengalir dengan mulus hingga akhir.
Tapi Keanu
Reeves adalah bintang utamanya. Pria berusia 50 tahun ini juga menjadi
salah satu faktor yang menjadikan John Wick
terasa mengejutkan, karena ekspektasi penonton pada penampilan Neo belakangan ini sudah mulai tidak
begitu besar. Dapat dikatakan Keanu
Reeves beruntung kali ini, ia mendapatkan karakter yang seperti menjadi
sebuah nostalgia bukan hanya bagi dirinya namun juga penonton, karena John Wick punya pesona yang dimiliki
oleh The Matrix, ada kesan elegan dan
badass yang sama besarnya. Para aktor lainnya juga tidak bisa di lupakan begitu
saja, seperti Alfie Allen, Willem Dafoe,
dan Michael Nyqvist, kapasitas mereka dalam cerita memang sanagat minim,
beberapa bahkan ada yang hanya sebatas sebagai tempelan, tapi mereka punya
peran penting dalam membentuk sosok menakutkan dari seorang John Wick.
Overall, John
Wick adalah film yang memuaskan. John Wick berhasil memberikan sebuah
hiburan yang besar dari materi-materi sederhana yang ia bawa, pada akhirnya
memang tidak terasa megah namun dengan eksekusi yang terkendali, berani, total,
serta cermat dalam membentuk berbagai keunikan yang dimiliki ia tidak akan
pernah berhenti membuat penonton terkejut sembari tersenyum dengan sensasi yang
ia hadirkan, membentuk kembali hal-hal standard dari sebuah revenge thriller
menjadi sebuah petualangan yang segar dan menyenangkan bersama karakter utama
yang mempesona, memberikan salah satu hiburan action terbaik di tahun ini
0 komentar :
Post a Comment