“Growing up just isn't everybody's thing”
Ada yang bilang tingkat kedewasaan seseorang itu tidak sepenuhnya tergantung dengan umur mereka, bahkan beberapa diantara kita pasti pernah tanpa sadar telah melakukan tindakan dan penyesalan bodoh yang sebenarnya bisa saja dihindari jika kamu berpikir lebih matang sebelum bertindak. Laggies ingin membawa kita untuk berusaha menyaksikan mengapa menjadi dewasa itu tidaklah mudah, bersama seorang wanita yang kehidupannya dipenuhi rasa ragu-ragu. Stop lagging and start living.
Saat menghadiri acara reuni high school, wanita
berusia 28 tahun bernama Megan (Keira
Knightley) tiba-tiba seperti merasa ditampar ketika ia melihat mantan
sahabat. Banyak dari mereka telah sukses, dan mulai muncul pertanyaan apa yang
ia lakukan selama ini dalam kehidupannya. Suatu ketika pertanyaan itu membuat
ledakan besar ketika pacarnya Anthony
(Mark Webber) melamar Megan. Megan panik dan berusaha melarikan diri
sejenak dari kehidupannya. Sayangnya ia bertemu dengan orang yang kurang tepat,
Annika (Chloƫ Moretz), remaja yang
akrab dengan alcohol, dan Craig (Sam
Rockwell), ayah tunggal Annika.
Jujur saja kondisi yang dialami oleh Megan pernah
terjadi didalam kehidupan saya, tentu saja tidak sama jauhnya dengan apa yang
ia alami, hanya sebatas garis besar masalahnya saja. Saya pernah memperoleh
pertanyaan yang sama ketika menghadiri acara reuni high school saya, dan meskipun kala itu saya sudah punya pekerjaan
yang cukup baik namun ketika melihat teman yang memiliki pekerjaan yang jauh
lebih besar saya mulai merasa apa yang saya lakukan selama ini kurang hebat.
Dan jika hanya bermain di masalah dasar tadi sangat yakin Laggies akan terasa
menarik, terlebih karena masalah utamanya itu cukup mudah untuk meraih atensi
penonton yang at least pasti punya masalah dalam kehidupan mereka, rasa
ragu-ragu kemudian tindakan bodoh, hingga akhirnya merasa menyesal.
Tapi yang jadi masalah adalah dari cerita yang ditulis
oleh Andrea Seigel sampai cara sang
sutradara Lynn Shelton (Your Sister's Sister) mengembangkan
cerita itu, Laggies terasa kurang
berani untuk bergerak menjadi lebih besar. Ini terlalu hati-hati, terlalu
bermain aman, sebuah film tentang keraguan tapi juga tampil dengan rasa ragu
dari orang-orang dibalik layar, mereka seperti murni mengandalkan keunikan
cerita dan kemampuan aktor untuk menjadikan Laggies
berhasil memberikan jawaban atas pertanyaan utama tadi. Memang menarik sih,
beberapa emosi juga hadir dengan kapasitas yang tepat, tapi daya tarik ketika
sedang mengamati mereka dibagian awal tadi juga lama-lama ikut menghilang,
campur aduk antara masalah dan berjalan meraih kesuksesan kurang mampu
konsisten tampil menarik.
Kamu mungkin akan mengerti berbagai resiko dari
kesalahan yang karakter lakukan, tapi sampai akhir ini hanya sebatas
menertawakan kegagalan pada karakter, bukannya justru menjadikan perjuangan
mereka tampak berarti di bagian akhir. Beberapa lelucon memang harus diakui
bekerja dengan baik, mereka berhasil menggelitik meskipun terasa canggung, tapi
mereka juga ditemani dengan cerita yang naik dan turun dengan sensasi yang
kurang menyenangkan, cerita memang dijaga berada di jalur yang tepat tapi
sering terasa tambal sulam dengan beberapa pengulangan yang mengganggu, dan itu
semakin kacau jika kamu sejak awal sudah sadar kalau apa yang mereka miliki di
sektor cerita sebenarnya tidak ada yang istimewa, standard dan predictable, dan
kemudian kurang berhasil dibuat untuk terus tampil menarik.
Laggies bisa saja menjadi sebuah hiburan menertawakan karakter
yang dilengkapi berbagai kekacauan dalam hidupnya itu yang tetap berhasil
menghantarkan pesan kuat terkait kehidupan sosial, terutama pada isu menjadi
dewasa tadi. Tapi sayangnya awal yang menjanjikan kurang berhasil dipoles
dengan baik, dan meskipun tidak pernah jatuh menjadi membosankan terasa sulit
untuk benar-benar mengagumi konsep menjadi dewasa yang dibawa oleh film ini, ia menarik tapi juga menjengkelkan, hal
yang seperti menghalangi para aktor untuk bersinar, Keira Knightley dan Chloƫ
Moretz yang tampil aman, hingga Sam
Rockwell yang mengingatkan saya pada The
Way Way Back, ia pemeran pendukung tapi ia sering menjadikan karakternya
sebagai sosok yang paling menarik didalam cerita.
0 komentar :
Post a Comment