"If I find you, you're dead."
Salah satu film
thriller terbaru dari Korea Selatan ini mungkin berhasil melakukan segala hal
penting pada teknik pemasaran sebuah film, dari premis yang menjanjikan dengan
pertarungan perfect killer melawan completely mad girl, hingga berbagai poster
yang ia berikan juga tampak menarik dan berhasil meningkatkan rasa penasaran.
Tapi sayangnya keputusan untuk tidak ingin terikat terlalu kuat pada genre
utama yang ia usung memberikan boomerang pada film ini. Monster (Monseuteo), an awkward awkward thriller.
Pria bernama Ik-Sang (Kim Roe-Ha) diberikan perintah
oleh atasannya untuk mendapatkan kembali sebuah ponsel yang berisikan video
berbahaya, video penyerangan pada seorang wanita muda yang berpotensi merusak
bisnis yang mereka jalankan. Namun ketimbang menyelesaikan tugas tersebut
seorang diri, Ik-Sang lebih memilih meminta bantuan kepada Tae-Soo (Lee Min-Ki), pria yang dapat menyelesaikan masalah hanya
dalam hitungan detik. Tae-Soo adalah seorang pembunuh berdarah dingin yang
tidak takut untuk bertindak brutal karena ia piawai dalam menghilangkan
jejaknya.
Tapi ternyata tugas
tersebut tidak mudah, target yang ia datangi ternyata tidak memiliki apa yang
ia cari, hal yang menjadi penyebab keputusannya untuk menyandera seorang anak
kecil bernama Na-Ri (Ahn Seo-Hyun).
Celakanya Na-Ri akhirnya membawa masalah baru bagi Tae-Soo, karena aksi yang ia
lakukan memunculkan salah paham yang melibatkan wanita muda bernama Eun-Jung (Kim Bo-Ra), yang juga menjadi
titik awal kemarahan luar biasa dari kakak perempuan Eun-Jung, Bok-Soon (Kim Go-Eun), psycho bitch, wanita dengan tampang
bahagia yang dalam seketika dapat berubah menjadi monster buas yang mematikan.
Cerita yang ditulis
oleh sang sutradara, Hwang In-ho, ini
pada dasarnya tidak rumit, sangat sederhana malah, menggunakan formula revenge thriller dengan perputaran
masalah yang juga sama sederhananya. Tapi jika ada pertanyaan film apa saja di
tahun ini yang mampu menyusahkan saya ketika menonton mereka, ini adalah salah
satunya. Di sektor cerita ia cukup aman, tapi pada warna yang mereka tampilkan
ini sangat jauh dari kesan aman dan nyaman. Bukan hanya thriller ternyata, Monster juga menarik masuk komedi untuk
menjadi bagian darinya, dan celakanya itu hadir dalam kuantitas yang sangat
besar, kualitas yang mereka tampilkan juga tidak kalah baiknya sehingga tidak
layak di kategorikan sebagai pemanis belaka.
Keputusan tersebut
tentu saja menarik, asalkan mereka dapat di satukan dengan tepat dan menarik,
dan sayangnya Hwang In-ho tidak
berhasil melakukan itu. Dari cerita yang gelap, kita kemudian diajak berjalan
bersama karakter yang penuh tawa, masuk lagi kedalam kegelapan, kemudian
bermain kembali bersama humor yang jumlahnya banyak itu sehingga tertawa lagi,
terus menerus mereka berkombinasi dalam alur yang tidak halus, terasa kasar,
terasa canggung, bahkan kerap kali stuck. Hal tersebut yang mengejutkan, sangat
mengejutkan malah, karena dengan segala ekspektasi yang ia bangun dan kemudian
mendapati ini merupakan thriller yang bertarung dengan komedi. Sekali lagi, tidak
salah, asalkan mereka di bangun dengan mumpuni.
Ketimbang sibuk
mengurai cerita, film ini terlihat lebih sibuk mempermainkan karakternya untuk
mempermainkan penontonnya. Sayangnya meskipun disokong dengan visual penuh gaya
sekalipun terasa sangat sulit untuk merasakan pesona dari cerita dan juga
karakter, mereka kurang hidup, kurang imajinatif, seperti boneka, sehingga
kesan menakutkan yang mereka pancarkan tidak pernah muncul dalam totalitas yang
meyakinkan. Hal penting ini seperti kurang dijaga oleh Hwang In-ho, yang lantas menjadikan kreatifitas yang coba ia
tunjukkan dari mencoba melebur dua genre sekaligus itu berakhir kikuk dan
datar, tidak punya pergeseran nada dan warna cerita yang pas, tidak punya daya
magis yang mampu menjadikan kekerasan dan humor yang ia suntikkan memberikan
kontribusi pada cerita dan juga karakter.
Sulit untuk mengatakan
penonton dengan tipe seperti apa yang akan menyukai film ini, karena setelah
mengetahui fakta di awal tadi saya sempat memutar “perlakuan” saya pada film
ini, dan tetap saja itu tidak klik. Fokus yang lemah menjadi masalah lain,
narasi bergerak lambat seolah ingin memberikan penceritaan yang dingin tapi punch yang ia punya tidak dijaga dengan
baik, begitu pula dengan mondar-mandir yang perlahan mulai terasa melelahkan
terlebih dengan power yang juga sama lemahnya pada motivasi yang dibawa oleh
karakter. Studi karakter? Itu juga kurang kuat, penyebabnya ya itu tadi, karena
karakter tidak dibekali dengan karakterisasi dan setting yang dapat menunjang
ia untuk memancarkan masalah dan sinar yang ia miliki.
Dari divisi akting
mungkin tidak tampil begitu menjengkelkan seperti hal-hal teknis tadi, terlebih
dengan fakta mereka tidak dibekali dengan materi yang benar-benar kuat, apa
yang mereka tampilkan masih dapat dimaafkan. Lee Min-Ki mampu memanfaatkan dengan cukup baik karakter miliknya,
tampilan dingin yang ia berikan cukup oke, meskipun pada akhirnya ia tidak
dapat berdiri kuat ketika harus bertarung dengan Kim Go-eun. Kim Go-eun
sendiri terhitung berhasil menjadikan
karakternya tampil menarik ketika ia masih bermain-main bersama komedi dan
kekonyolan mental miliknya itu, tapi sayangnya tidak konsisten, perlahan kita
mulai merasa jenuh dan lelah dengan segala perilakunya itu.
Overall, Monster (Monseuteo) adalah film yang
kurang memuaskan. Ambisi yang ia bawa terhitung cukup besar, mencoba
menggabungkan komedi dan thriller tanpa harus terikat terlalu kuat di
masing-masing genre. Tapi kombinasi yang ia hasilkan tidak halus, keduanya
bukan bekerja sama tapi malah saling menghancurkan, terasa canggung, offbeat, tidak rapi, dan jauh dari kesan
unik, dan meskipun cerita tetap mampu mengurai cerita hingga mencapai konklusi
namun perjalanan menuju bagian akhir kurang berhasil ia isi dengan hal-hal yang
menyenangkan, baik itu dari cerita dan juga karakter.
min entah kenapa aku gerasa gaya tulisannya dan cara penulisanya sama salah satu web\blog yang aku baca tentang riviewnya tolong di perhatikan. akun ini murni bukan bajakan
ReplyDeleteYaampun ini film terabsurd yg pernah ku tonton. Sempet pengen nnton sblm KEG masuk dunia drama tpi byk baca reviewnya kurang memuaskan. Tpi karena penasaran sama KEG disini baru sekarang nnton. Aktingnya supeeeer, sayangnya komedinya absurd.
ReplyDeletePas nnton drama Ddeokkebi diawal2 smpet iritasi sama karakter JET, mungkin karna blm pernah liat KEG akting sprti itu. Tpi mungkin kalo sblmnya aku nnton movie ini, aku gak bakal gtu kali ya, soalnya JET udh lahir disini
Betul, yang membuat akting KGE di Cheese in the Trap terasa impresif sementara di Goblin terasa biasa salah satunya karena film ini. :)
DeleteWajib buat ditonton
ReplyDelete