"I like your dolls."
Apakah anda sebelumnya memang tahu bahwa
akan ada film dengan judul Annabelle yang rilis di bioskop? Atau justru anda
tahu ketika sedang membeli tiket dan melihat poster bergambarkan boneka yang
bisa dibilang menjadi salah satu andalan sutradara bernama James Wan? Aneh memang, meskipun menyandang status sebagai saudara,
spin-off, ataupun prekuel dari The
Conjuring, namun hype yang film ini hasilkan tidak begitu besar. Upaya
setengah hati? Atau hanya memanfaatkan daya jual sang boneka yang memang masih
besar itu? Annabelle, an undynamic horror
with useless main weapon.
John Gordon (Ward Horton) dan istrinya, Mia
Gordon (Annabelle Wallis) mungkin bisa dikatakan sebagai pasangan yang aneh
jika tidak ingin disebut unik. Mia meminta sebuah boneka antik yang telah lama
ia inginkan sebagai hadiah menjelang kelahiran anak perempuan mereka, Leah, dan
John dengan senang hati memenuhi permintaan istrinya tersebut. Masalahnya
adalah boneka tersebut bukannya patung plastik berukuran kecil dengan tampang
menarik yang manis dan cantik layaknya Barbie
dan putri-putri di kartun Disney,
melainkan sebuah boneka dengan ekspresi yang mengerikan.
Berawal dari ekspresi, boneka bernama Annabelle itu mulai membawa hal-hal
mengerikan bagi keluarga Gordon. Sebuah peristiwa terkait tetangga mereka yang
merupakan pemuja setan menjadi penyebabnya, dimana ada sesuatu yang tetangga
mereka itu tinggalkan didalam Annabelle, sebuah kutukan. John memang telah
membuang Annabelle ke tong sampah
atas permintaan Mia, namun ketika mereka telah berada di apartement baru Mia
dan John harus kembali bertemu dengan Annabelle, karena ternyata boneka dengan
senyuman dan mata yang creepy itu belum mendapatkan apa yang inginkan dari Mia
dan John.
Saya sepakat dengan mereka yang mengatakan bahwa horor
merupakan salah satu genre yang penuh intrik ketika ia dibangun. Sulit untuk
menemukan sesuatu yang murni baru dari genre ini, cerita yang familiar dari
rumah hantu hingga kerasukan setan, momen-momen mengejutkan yang diawali dengan
ketenangan, bunyi-bunyi serta sosok-sosok aneh yang seolah malu-malu untuk
menunjukkan wujudnya, mereka terasa sempit, dan pada dasarnya para filmmaker di
genre horor mayoritas melakukan daur ulang dengan sedikit modifikasi kecil yang
bahkan terasa implisit pada karya terbaru mereka, serta memanfaatkan formula
klasik yang masih menjadi kegemaran penontonnya. Ya, kegemaran, penonton
datang, takut-takuti mereka dengan menggunakan elemen-elemen tadi, mereka
takut, filmmaker berhasil.
Hal tersebut yang menjadi masalah dari Annabelle, bukan hanya skala kecil tapi
dalam kuantitas yang besar dan merusak. Semuanya ada, dari suasana tenang yang
creepy, istri yang lemah, pengusiran setan, hingga aksi bermain hide and seek, tapi ketimbang duduk
nyaman dan merasa terombang-ambing bersama cerita dengan terus memasang mode
waspada, waktu justru sering saya habiskan untuk mencoba merasa terlibat
didalam cerita. Apakah hal tersebut penting? Ya, itu sebuah trik ketika anda
mendapatkan film horor yang sudah sangat lemah dari segi cerita. Bukan
mengatakan ia harus tidak klasik dan basi, tapi cara John R. Leonetti menggunakan kisah yang ditulis oleh Gary Dauberman untuk menarik masuk
penonton kedalam cerita tidak halus, anda tahu ada boneka mengerikan, anda tahu
ia akan menghantui karakter manusia, dan anda tahu bencana akan tiba di akhir
cerita, cukup sampai disitu.
Yap, tentu saja kita akan dengan mudahnya memasang
ekspektasi pada boneka tersebut, yang juga menjadi alasan lahirnya rasa kecewa
ketika pada akhirnya kita tahu bahwa ia tidak lebih seperti tempelan tanpa guna
dan tanpa makna. Annabelle adalah
alasan utama penonton datang ke teater, Annabelle
adalah senjata utama, tapi disini ia hanya duduk manis tanpa pernah menebar
sensasi yang mumpuni, menyibukkan kita dengan berbagai hal-hal aneh yang
terjadi pada karakter lain, bahkan hanya sebatas menebak dan menanti apakah ia
akan mengedipkan matanya. Ini yang terasa sangat mengecewakan, karena ketika
tahu cerita tidak lebih dari mix-up dari berbagai materi klasik film horor,
kemudian gagal terjebak didalam atmosfir cerita, harapan terakhir terletak pada
Annabelle itu sendiri yang sayangnya
juga tidak mampu memberikan terror yang menarik.
Tidak mengharapkan ia bergerak untuk kemudian membunuh
layaknya Chucky, ini bahkan lebih
terasa seperti permainan psikologis, tapi mengapa menciptakan sebuah film
khusus bagi karakter yang mereka harapkan dapat menjadi ikonik tapi tidak
menaruh upaya menjadikan karakter itu tampak menarik sebagai prioritas utama?
Dramatisasi yang terlalu over, kejutan-kejutan yang terlalu murahan dan tidak
efektif, closeup berantakan, sensasi yang miskin, ini adalah kemasan yang
dipaksakan eksistensinya, lebih sebagai ajang uji coba sembari memanfaatkan
kesuksesan The Conjuring tahun lalu, copy paste sana-sini dengan sedikit
modifikasi, kemudian taruh sebuah boneka sebagai fokus utama yang akan
mengalihkan atensi penonton dari betapa kasar dan tidak menariknya alur cerita
yang ia sajikan.
Apakah Annabelle
tidak punya hal positif? Sepuluh menit pertama ia menarik, dan sebuah scene
dengan menggunakan elevator itu harus diakui berhasil memberikan paranoia baru
yang kuat, selebihnya adalah petualangan ibarat sebuah mobil yang bermasalah di
sistem pembakaran, terkadang ia berjalan, berhenti, berjalan lagi, dan berhenti
lagi, terasa kasar dan tidak mengalir untuk memanfaatkan permainan suasana yang
ia punya, tidak mampu menggenggam kuat atensi penonton dan menjauhkan mereka
dari rasa monoton, dan celakanya itu hadir dalam penceritaan yang seperti
mencoba untuk terbakar secara perlahan. Hal positif lainnya mungkin penampilan
cukup mumpuni dari Annabelle Wallis,
yang memang faktanya tidak punya saingan yang mumpuni dalam mendominasi cerita
setelah Annabelle yang menjadi senjata utama ditempatkan sebagai rest area bagi
penonton setelah disibukkan dengan berbagai masalah yang menimpa Mia.
Overall, Annabelle
adalah film yang tidak memuaskan. Bukan sesuatu yang salah mencoba
memanfaatkan kesempatan yang tersedia setelah The Conjuring yang sukses itu, tapi bukan berarti itu hanya sebatas
melemparkan sebuah boneka dengan tampang menakutkan untuk menghibur penontonnya
bersama berbagai elemen klasik yang dibentuk tidak dinamis dan terasa setengah hati sehingga tidak
memberikan sensasi yang menarik akibat eksekusi yang terasa sangat kasar itu.
Jangan heran ketika telah merasa bosan selama satu jam lebih anda mungkin akan merasa
tertipu setelah tahu Annabelle
ternyata adalah boneka yang berperan sebagai “boneka” pemanis dalam cerita. Before The Conjuring might be a better title.
0 komentar :
Post a Comment