"I don't want your money, I wanted your wife"
Bukankah ketika berada diatas lautan biru yang luas dan indah bersama jutaan mahkluk cantik dibawahnya, kamu ingin segera memakai peralatan renang, menjatuhkan diri dan menyelam untuk menikmatinya lebih dekat. Tapi ada juga mereka yang memilih untuk mengapung di air laut untuk melihat kecantikan itu dari jarak jauh, seperti yang dilakukan oleh The Two Faces of January, thriller yang mengapung.
Kita punya Chester
(Viggo Mortenssen) dan Collette
(Kirsten Dunst), seorang con-artis dan juga istrinya yang datang ke Athena untuk menikmati keindahan sejarah
yang dimiliki kota itu. Mereka bertemu dengan orang Amerika yang kini telah
menjadi pemandu wisata, Rydal (Oscar
Isaac), orang baru yang ternyata justru menjadi penyelamat bagi mereka
ketika masalah besar dan berbahaya yang Chester tinggalkan dibelakang
sebelumnya kini datang untuk mengejarnya.
Film sejak awal udah terasa lucu sebenarnya, saat kamu
melihat poster yang ia tampilkan kamu akan melihat tiga nama film yang
tercantum disana, Tinker Tailor Soldier
Spy, The Talented Mr. Ripley, dan juga Drive,
kelihatan banget bagaimana film yang ditulis oleh Hossein Amini dari novel milik Patricia Highsmith dengan judul yang
sama ini berupaya keras supaya image awal mereka sebagai thriller sesegera
mungkin langsung mencengkeram penonton. Untungnya itu berhasil, dengan gaya
kuno mereka mampu menggoda penonton secara bertahap dengan konflik yang
diberikan secara sedikit demi sedikit dengan adu strategi antar karakter
didalamnya.
Saya suka dengan apa yang dilakukan oleh Hossein Amini ketika film ini mulai, ada
kesan ambigu yang selalu mampu menjadikan sebuah film thriller terasa menarik,
karakter yang menjadi hancur bukan karena mereka jahat secara frontal, tapi
karena mereka melakukan hal yang buruk, dan dengan narasi yang terbilang cukup rapi dan tajam, serta sinematografi yang oke itu mereka diputar untuk melakukan hal
klasik, mencari tempat aman untuk menyelamatkan diri mereka. Dan kamu akan
semakin merasa tertarik ketika The Two
Faces of January seperti tidak takut untuk bermain-main dengan waktu,
mempermainkan mood dengan berbagai tikungan pada plot yang standard itu.
Tapi kenapa diawal tadi saya menyebut ini sebuah
thriller yang mengapung, karena semua kenikmatan potensial dari bagian awal
sebuah thriller tadi ternyata tidak berhasil membawa penonton untuk ikut
tenggelam jauh lebih dalam. Ketegangan, keresahan, dan rasa penasaran pada apa
yang akan terjadi selanjutnya itu seperti ikut menghilang pula ketika perlahan
ia mulai mengurai cerita, apa yang mereka lakukan selanjutnya bahkan bisa saja
tidak terasa menarik lagi bagi beberapa penonton karena sejak awal meskipun
ditunjang dengan kualitas akting yang baik dari Mortensen dan Isaac (Kirsten Dunst seperti lost in Greece),
daya tarik karakter mereka itu tidak pernah kuat.
The Two Faces of January harus rela menerima akibat dari sikapnya yang seolah
bermain-main dan terus menggoda penontonnya untuk terus menebak apa yang akan
ia berikan, seperti menjanjikan sesuatu yang lebih asyik di paruh kedua tapi
ternyata hanya sebatas topeng untuk menutupi pilihan mereka yang seolah ragu untuk mengambil resiko yang terlalu jauh ketika bercerita. Flirting ia berhasil,
foreplay ia juga berhasil, tapi ketika kisah sampai di garis finish klimaks yang ia berikan kurang berhasil memukul kita dengan keras.
0 komentar :
Post a Comment