"The only way out is within."
Semoga saja kamu belum bosan dengan kedatangan
film-film young adult terbaru yang membawa tema dystopia, tema yang mengandalkan perjuangan karakter muda untuk
menciptakan perubahan yang kini telah identik dengan The Hunger Games. The Maze
Runner hadir untuk menyemarakkan film-film sci-fi post-apocalyptic, yang meskipun belum mampu menjadi sebuah game changer untuk mencuri posisi
puncak, at least ia mampu menjalankan tugas utamanya.
Ketika terbangun seorang remaja pria bernama Thaomas (Dylan O'Brien) mendapati
dirinya telah berada di pusat sebuah labirin berukuran raksasa. Ia tidak tahu
penyebab mengapa ia bisa berada disana, hal serupa yang juga dialami oleh
anak-anak lainnya yang telah terlebih dahulu menghuni The Glade, seperti Newt
(Thomas Sangster Brodie), Gally (Will Poulter), Minho (Ki Hong Lee), Alby (Aml
Ameen) dan Chuck (Blake Cooper),
yang selama ini berusaha untuk mencari jalan keluar dari blok-blok beton yang
dapat melakukan konfigurasi ulang tanpa peringatan itu.
Jika harus menilai film ini dengan membandingkan apa
yang ia berikan bersama apa yang novelnya (yang jujur saja benar-benar kuat hanya sampai di premis saja) berikan hasilnya adalah cukup memuaskan. Cerita yang ditulis ulang oleh Noah
Oppenheim itu memang berhasil digunakan oleh Wes Ball untuk menciptakan sebuah perjuangan untuk keluar dari
penjara skala besar ini konsisten terasa menarik di awal, upaya bertahan hidup
dengan dikelilingi lingkungan penuh misteri yang tidak bersahabat dan mematikan
yang dipenuhi dengan rasa putus asa dari karakternya yang mondar-mandir dalam
gerak cepat yang sesekali berhasil menebar ketegangan bagi penontonnya, dan
yang terpenting ia berhasil membangun pondasi masalah secara garis besar.
Nah, itu dia tugas utama film ini yang sebenarnya
punya peran cukup besar pada kecilnya antusiasme saya padanya, The Maze Runner seperti sebuah
perkenalan penonton pada masalah dan karakter, karena setelah sinopsis lewat mayoritas yang akan kita
dapatkan hanyalah ketakutan dan kebingungan yang secara terus menerus menemani
karakter, dimana hasilnya kemudian akan dibawa menuju The Scorch Trials. Itu kenapa tadi saya sebut film ini berhasil
menjalankan tugasnya, kita tahu masalah utama, kita kenal karakternya, kita
dapat merasakan ketakutan dari mereka dengan kualitas yang tidak begitu buruk,
begitupula dengan rasa bingung yang semakin akrab di wajah mereka, mereka semua
digunakan untuk membangun misteri yang berisikan perkelahian, adu argument,
perputaran plot dengan berbagai intrik.
Jadi jangan heran kalau film ini nantinya akan terasa
hit or miss, karena jika kamu belum membaca novelnya kamu akan mudah menilai
ini sebagai petualangan yang stuck dengan karakter yang buang-buang waktu,
bahkan ia sempat kacau di babak pertama sebelum masuk ke babak akhir yang
dinantikan itu, didominasi pertanyaan siapa dan mengapa dengan sedikit drama
dan lelucon yang disusun menggunakan formula yang familiar (cukup bosan untuk
menggunakan kalimat itu). Tapi ada satu hal yang menjadikan film ini tidak
mampu membuat tugasnya diawal tadi itu terlaksana dengan hasil pada point
tertinggi, karakter yang kurang menarik dan cenderung hambar.
Ketika ia punya tugas untuk mengenalkan, ketika ia
punya kewajiban untuk membuat penonton tertarik dengan apa yang akan terjadi
selanjutnya, ia justru tidak punya karakter dengan pesona yang kuat.
Karakternya banyak yang tampil datar, tidak ada perkembangan yang baik sejak ia
dimulai, bersama dengan bahaya kematian kita juga ikut dikenalkan dengan
tentang Thomas hingga Teresa Agnes (Kaya
Scodelario), yang anehnya perlahan-lahan mulai tampak kurang menarik, sulit
untuk merasakan empati dan emosi dari mereka, jadinya sensasinya itu juga
perlahan hilang dari penonton walaupun kita diberikan berbagai action sequence
yang terbilang cukup seru.
Berimbang memang, The
Maze Runner berhasil meletakkan dasar untuk sekuel (info terakhir sudah pre-production), menghibur dengan adegan
aksi yang ditemani visual yang menarik, tapi sejak awal hingga akhir ia tidak
pernah memberikan penonton sensasi yang menantang dari petualangan penuh intrik
dan rasa bingung diantara karakternya itu, terasa tenang yang akan membuat
beberapa penonton merasa mereka seperti kebingungan, stuck, dan mencoba
membuang-buang waktu. Tidak memukau, tapi cukup menghibur.
0 komentar :
Post a Comment