Film yang terasa menggantung saat ia selesai itu tidak
selamanya buruk, seperti tidak meninggalkan jawaban yang lantas membuat
penonton bebas menilai hasilnya sesuai dengan keinginan mereka. Tapi film dari
creator salah satu tv series paling menarik sekarang ini, Mad Men, tidak meninggalkan kesan seperti yang disebutkan tadi, ia
punya materi yang menarik, tapi sayang sekali tidak terbangun dengan cara yang
sama menariknya. Are You Here?
Ben Baker (Zach
Galifianakis) adalah
seorang pria pendiam yang baru saja kehilangan ayahnya yang meninggal dunia.
Bersama sahabat karibnya, Steve Dallas
(Owen Wilson), Ben memutuskan untuk pergi ke kampung halaman mereka di Pennsylvania, membawa serta masalah yang
mereka hadapi. Disana mereka telah ditunggu oleh Ben Terri (Amy Poehler), wanita yang juga sedang memiliki masalah
pada pernikahannya, wanita karir yang juga punya hubungan yang kurang begitu
baik dengan kakaknya, Ben.
Seperti yang saya sebutkan diatas tadi kalau melihat
materi yang dimiliki sebenarnya film ini dapat dikatakan tidak berada di kelompok
yang begitu buruk. Ini seperti menggabungkan persahabatan, keluarga, dan juga
sedikit bumbu cinta didalamnya dalam bentuk berbagai masalah yang menimpa tiap
karakter. Dan uniknya mereka terasa menarik, bukan karena faktor dari para
aktor yang sudah familiar itu, tapi apa yang ingin Matthew Weiner sampaikan disini dapat ditangkap dengan mudahnya,
seperti meneliti keluarga yang jadi kacau setelah ditinggal orang tua, dan
semakin menarik ketika ia memanfaatkan permainan sudut pandang dalam bercerita.
Masalahnya adalah ini terlalu besar, jadinya semua
yang ia berikan terkesan gantung dan tidak tergali dengan baik. Setiap masalah
seperti hanya dikupas setengah dari seharusnya, dan Matthew Weiner kurang cermat disini, hasilnya eksplorasi dari
berbagai isu-isu standard yang tetap terasa menarik karena awalnya tampak
dijanjikan sebagai sesuatu yang rumit itu seperti setengah masak karena mereka
dibentuk dengan cara yang kurang efektif. Ceroboh mungkin lebih tepatnya,
karena Matthew Weiner seperti terlalu
asyik untuk memperdalam konflik seperti yang ia lakukan di tv series tapi tidak
mampu menyiasati agar cerita yang ia punya berhasil fit dalam satu penceritaan
yang padat.
Itu yang mengecewakan bagi saya, saat saya mulai
tertarik dengan karakter-karakter yang mencoba untuk memulihkan diri mereka,
saya kemudian harus mendapati rasa dimana mereka mulai stuck dan tidak
berkembang. Ini bisa saja tampil lebih menarik andaikan ceritanya dijabarkan
dengan cekatan, mengambil point-point penting tanpa harus menjelaskan mereka
sampai terlalu dalam, sehingga alur ceritanya mengalir bukannya terputus seolah
seperti gabungan dari beberapa episode sebuah sitcom, apalagi jika melihat
materi yang ia punya pada dasarnya tidak buruk, dan juga para pemeran utama
yang memainkan peran yang sudah menjadi hafalan mereka.
Ini jelas sebuah persembahan yang kurang memikat dari
seorang Matthew Weiner, dan itu
akibat ambisinya yang terlalu bersemangat untuk menjadikan cerita gemuk
miliknya itu mampu masuk kedalam durasi yang tidak kalah gemuknya. Cerita yang
ia miliki sebenarnya menarik, masih mengambil basis karakter untuk
mengeksplorasi isu-isu yang sudah familiar, tapi eksekusinya itu yang jelek,
tidak efektif, kurang cermat, sehingga cerita tidak menyatu dengan baik dan
terasa terlalu lama, dan hal terakhir itu yang akan mudah banget memberikan rasa
jengkel.
0 komentar :
Post a Comment