"Can you poop on my stomach?"
Ketika selesai menyaksikan film ini ada sebuah
perasaan di mana saya seolah menemukan sebuah koin tanpa pemilik di sebuah
arena bermain, iseng mencoba memasukkan koin tersebut kedalam jackpot machine dan berakhir dengan tiga
gambar yang identik. Seperti hadiah menyenangkan yang datang tanpa diduga,
sebuah hiburan yang disaksikan tanpa sebuah ekspektasi yang tinggi namun ketika
berakhir ia berhasil membuat penonton seolah dihajar habis-habisan karena telah
meremehkannya. Wetlands (Feuchtgebiete),
a sweet wtf coming-of-age with crazy nymphomaniac girl. Oh, pizza. Oh, pizza. (Warning: review contains strong language and image).
Helen Memel (Carla Juri) merupakan wanita berjiwa bebas yang meskipun terus
memegang teguh ucapan sang ibu (Meret
Becker) untuk tidak percaya pada siapapun, disisi lain tetap tidak peduli
dengan salah satu aturan main yang telah ia terima sejak kecil. Helen diajarkan
agar selalu menjaga kebersihan celana dalamnya, karena menurut ibunya alat
kelamin wanita lebih mudah terserang penyakit ketimbang milik para pria. Namun
sikap nakal yang berasal dari kisah kelam perceraian sang ibu dengan ayahnya (Axel Milberg) menyebabkan respon yang
diberikan Helen justru bertolak belakang dari upaya higienis tadi.
Helen mencoba melakukan eksperimen menggunakan area di
sekitar vagina miliknya dengan sebuah toilet super kotor sebagai objeknya,
sebuah ekspresi seksual yang sesungguhnya telah sering ia lakukan bersama
temannya Corinna (Marlen Kruse).
Namun suatu waktu ketika hendak membersihkan tubuhnya menggunakan alat cukur
Helen secara tidak sengaja melukai benda berharga miliknya itu, kecelakaan yang
mengakibatkan ia harus berdiam diri di rumah sakit. Celakanya sikap aktif
miliknya masih hadir, kali ini melalui sex talk tentang berbagai aksi gila lain
yang pernah ia lakukan.
Berlandaskan dari novel dengan judul yang sama karya Charlotte Roche, David Wnendt berhasil menjadikan petualangan yang ia tulis ulang
bersama Claus Falkenberg ini terasa
seperti sebuah pukulan telak pada Lars
von Trier, bagaimana ketika tema nymphomaniac
itu berhasil ia kemas dengan sama provokatif dan beraninya namun tetap mampu
mencapai sasaran yang ingin mereka capai sembari memberikan hiburan yang
menyenangkan. Tidak perlu kelewat serius, tidak perlu memasukkan berbagai
perumpamaan yang terasa rumit, berikan seorang gadis gila yang seolah membenci
dunia dimana ia berada, masukkan pula ia kedalam posisi off untuk kemudian
ditemani dengan berbagai cerita terkait cerita seks yang pernah ia lakukan.
Ya, secara garis besar strukturnya memang sama, namun
teknik bercerita yang memberikan hasil berbeda. Awalnya ini akan terasa seperti
kemasan murahan yang semata-mata hanya ingin mengumbar tubuh seorang gadis
untuk memutar-mutar fantasi penontonnya, hal yang terakhir itu memang terjadi
tapi secara mengejutkan disertai dengan sebuah narasi yang terasa berisi dalam
gerak liar dan ketat yang konsisiten. Ia berubah, dari yang awalnya tampak
hanya berkaitan dengan porno, toilet, dan anal, secara perlahan Wetlands tampil sebagai penggambaran
dari tragedi hidup seorang wanita yang tumbuh jauh dari kebahagiaan. Ini yang
menyenangkan, ketika anda merasakan ada sebuah perubahan arah yang perlahan
juga mengubah penilaiannya anda padanya.
Wetlands seperti sebuah film tentang manusia yang tampil tanpa
rasa takut menggunakan betapa buruknya manusia itu untuk menunjukkan nilai
kemanusiaan itu. Berani, transisi yang ia hadirkan mungkin beberapa terasa
lemah, tapi dengan pendekatan jujur tentang seks yang terasa dinamis itu David Wnendt berhasil mengolah berbagai
pertanyaan-pertanyaan sederhana namun sangat menarik untuk membawa tokoh
anti-hero kita ini terus bergerak maju, terkadang ia bantu dengan beberapa
grafis dan visual yang sanggup klik dengan baik berkat editing yang sangat
mumpuni, dan secara konsisten disertai presisi yang manis tidak pernah berhenti
untuk memberikan berbagai kejutan yang sanggup membuat penontonnya terdiam
tanpa kata.
Tidak berlebihan memang kalimat besar yang tertera pada
poster diatas itu, ini salah satu film yang mampu membuat saya berkata wtf
lebih dari satu kali, bukan hanya di bagian akhir namun hadir di berbagai titik
cerita. Kebebasan tanpa tanggung jawab yang dikemas dengan brutal dan
imajinatif dengan permainan past present yang klik bersama sikap ignorant
disertai sentuhan semangat punk, bersama narasi yang mumpuni Wetlands
akan mengajak anda menertawakan kebodohan karakter tapi disisi lain tanpa
disadari ikut pula menaruh empati dan simpati pada masalah yang ia alami,
merasa dekat dengan karakter karena meskipun terkesan bertele-tele tapi
permasalahan Helen dengan berbagai hal menjijikkan yang ia lakukan itu mampu
dikemas dengan manusiawi.
Itu alasan mengapa
Wetlands terasa impresif sebagai sebuah film coming-of-age, ketika kita diberikan sebuah kisah yang mampu
membuat kita tertawa lepas tapi disisi lain ada pula hal-hal tentang kehidupan
remaja menuju dewasa yang ia hadirkan dengan implisit namun juga sama
menariknya. Seorang gadis dengan kelakuan yang tampak seperti bencana berjalan
beriringan bersama seorang gadis yang luar biasa dalam menghadapi tekanan dalam
hidupnya, ia punya momen lucu, namun ia juga punya rasa perih dalam cerita, ia
mampu menggelitik anda dengan berbagai obsesi yang mengejutkan namun ia juga
mampu membuat anda terdiam sunyi ketika momen serius mencuri sejenak panggung
utama, mereka dikemas dalam dinamika yang offbeat namun mampu menjaga daya
tarik untuk terus stabil hingga akhir.
Namun dibalik teknik bercerita yang berani dan
cenderung sedikit eksperimental itu, alur cerita yang sepintas terlihat seperti
mengalami tabrakan sana-sini meskipun tetap mampu menjabarkan tiap detail
masalah dengan baik, hingga pergerakan kamera yang juga tidak kalah beraninya, Wetlands berhasil tampil kuat karena Carla Juri. Carla Juri menjadikan Helen
seperti seorang kriminal dan putri malang yang harus diselamatkan secara
bersamaan, ia mampu menjadikan tahapan yang dijalani Helen tampil kuat, dari
pengenalan dimana kita membencinya, kekonyolan yang mulai menjadikan kita
tertarik padanya, hingga trauma dan tragedi yang membuat kita menginginkan
sesuatu yang baik menghampirinya. Salah satu aktris dengan kinerja paling
menarik tahun ini.
Overall, Wetlands
(Feuchtgebiete) adalah film yang memuaskan. Wetlands adalah kisah tentang nymphomaniac yang dikemas dengan efektif
dan tajam, melemparkan secara playful dan liar berbagai hal menarik terkait kehidupan
dengan cara bersenang-senang bersama hal-hal buruk yang hadir di dalam
kehidupan itu, menggambarkan obsesi tanpa harus kesulitan dalam menyertakan
sebuah makna berisi yang mumpuni didalamnya, sebuah coming-of-age yang santai, berani, dan tidak canggung serta dikemas
secara bertahap dengan sebuah klimaks diakhir cerita. Oh, pizza.
0 komentar :
Post a Comment