"We're all different on the inside."
Banyak orang masuk dan terperangkap di dalam suatu
masalah bukan disebabkan oleh hal-hal yang berada disekitar mereka, sering kali
justru ketidakmampuan mereka untuk mengendalikan atau mengontrol diri yang
membawa mereka masuk kedalam kegelapan tersebut, tidak mampu menerapkan cara
positif dan kemudian memilih memberikan respon dengan menggunakan kekerasan dan
aksi brutal ketika tekanan yang begitu besar datang menghampiri mereka. Ya, self-management, dan itu diceritakan
oleh film ini dengan menggunakan penjara sebagai arena bermainnya. Starred Up, an intense, sharp, and genuine
drama.
Ia sedang dituntun masuk kedalam penjara, tapi
ekspresi wajah remaja bernama Eric (Jack
O'Connell) seperti tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun. Dari menjalani
pemeriksaan awal, hingga melangkah masuk kedalam sel tunggal akibat status
bahaya yang ia peroleh, pria berusia sembilan belas tahun ini seolah
menunjukkan ia merupakan sebuah bom waktu yang siap membuat ledakan didalam
penjara tersebut. Benar saja, hal pertama yang ia lakukan adalah merakit sebuah
senjata tajam yang kemudian ia simpan di tempat yang sangat aman, melakukan
konfrontasi ketika mengambil makanan, hal yang ia lakukan pula pada penghuni
didepan kamarnya.
Namun ada seorang pria yang mampu membuat Eric diam
tanpa kata. Dia adalah Neville (Ben
Mendelsohn), salah satu penghuni senior di penjara tersebut yang secara
mengejutkan punya hubungan erat dengan Eric, dan juga menjadi penyebab mengapa
Eric bersedia menghadiri kelas terapi yang dipimpin oleh Oliver (Rupert Friend), sebuah kelompok kecil yang berupaya
mengatasi masalah amarah para penghuninya. Alasan yang diberikan oleh Neville
sederhana, karena Eric masih muda sehingga ia punya kesempatan yang jauh lebih
besar untuk keluar dari penjara tersebut. Tapi Eric bukan dad and mommy boy, he’s a beast.
Starred Up merupakan salah satu film di tahun ini yang berhasil
secara berkala memberikan kejutan kepada penontonnya, dengan cara yang nikmat
tentu saja. Ketika ia baru saja dimulai apa yang tergambar dipikiran saya pada
kisah yang ditulis oleh mantan psikoterapis penjara bernama Jonathan Asser ini adalah sebuah upaya
dari pemuda brutal untuk mencari jalan keluar dari penjara. Boom, ia berubah
haluan, dan anehnya masuk kedalam sebuah karakter studi dengan tema utama
terkait anger management yang hadir dalam sebuah transisi manis di tangan sang
sutradara, David Mackenzie. Memang ia
tidak memberikan penonton arah yang berbeda lagi pada tahap selanjutnya, namun
setelah kita terjebak bersama Eric dalam upaya tadi, ledakan baru kembali
muncul, dan itu adalah sebuah drama hubungan antara ayah dan anak yang mampu
menyentuh emosi di balik berbagai hantaman dan pukulan itu.
Ini adalah kemasan komplit yang dibalik segala
kekerasan yang ia sajikan mampu menebar kelembutan pada cerita yang akan
membuat kita jatuh hati padanya. Ada ketegangan yang stabil dan berkualitas,
kekacauan juga selalu bersedia hadir ketika ia diperlukan, tapi ada simpati dan
empati pada karakter anti-hero yang
seolah punya segudang akal ini, dari penggunaan sikat gigi dibagian awal yang
dalam seketika langsung menciptakan nada pada cerita, hingga benda sederhana
seperti baby oil. Ada kepedihan yang
berhasil ia pancarkan pada masalah yang ia hadapi, secara natural membawa kita
untuk ikut bermain bersama harapan dan juga paranoia yang menghantuinya,
kompleksitas yang mampu untuk konsisten tampil menarik, hal yang kemudian
seperti menciptakan ruang bagi elemen disekitarnya untuk masuk dan menjalankan
tugas mereka.
Ya, kekuatan utama dari Starred Up adalah pesona dari karakter utama, Eric Love, yang dimainkan dengan sangat baik oleh Jack O'Connell (meskipun tidak begitu
mengejutkan jika anda pernah menyaksikan Skins), salah satu performa terbaik di
tahun ini, ada intensitas seperti Bronson
yang tetap mampu tampil simpatik. Eric adalah alasan mengapa penonton bersedia
untuk masuk lebih dalam pada cerita, ia seperti menjadi sutradara yang
digunakan oleh David Mackenzie untuk
mengatur setting tempat ia akan bermain-main, dari rasa waspada di bagian awal,
ada pula isu perpecahan ras yang lahir akibat sikap arogan, rasa curiga pada penjaga
penjara (that penis moment, effing lol),
ia bahkan mampu menciptakan chemistry
heartbreaking terkait father-son relationship yang juga disokong oleh
penampilan mumpuni dari Ben Mendelsohn.
Hal menarik tadi yang menjadi alasan mengapa disamping
cara berjalan yang klasik itu film ini berhasil tampil memukau, karena ia punya
elemen-elemen yang juga tampil memukau didalamnya, berawal dari karakter dan
kemudian mulai menyebar kedalam cerita. Bukan hanya itu sebenarnya, alasan
lainnya adalah karena Starred Up juga
berhasil memberikan dinamika cerita yang mengasyikkan, dan itu di kontrol
dengan baik oleh David Mackenzie. Ada
kekerasan yang total seolah tidak punya belas kasihan disini, tapi uniknya
mereka tidak menghadirkan kesan eksploitatif yang berlebihan, begitupula dengan
gambar-gambar segar yang dibalik keterbatasan ruang yang ia hadapi tidak pernah
membiarkan penonton merasakan momen statis yang monoton, berhasil menjadikan
hal-hal keji seperti pelecehan hingga rasa takut itu ibarat pertarungan api dan
air, ia bisa meledak kapan saja dibalik atmosfir dingin yang mendominasi
cerita.
Dengan berbagai kelebihan yang disebutkan diatas tidak
lantas menandakan bahwa Starred Up
merupakan sebuah drama yang berat dan segmented, justru sebaliknya ini
merupakan sebuah petualangan sempit yang mampu membuat penonton
bersenang-senang dengan cara yang ringan bersama dominasi aksi brutal
didalamnya. Memang ada kompleksitas, penuh sesak, tapi mereka sangat mudah
diraih dan dirasakan, dan fungsi mereka bukan untuk menyibukkan penontonnya,
hanya datang, beri kontribusi positif, dan tinggal. Seperti marathon, selalu
ada hal baru yang hadir dan memajukan cerita tanpa pernah merusak irama yang
sudah tercipta, ia menakutkan tapi sesekali juga terasa menyedihkan, David Mackenzie sangat piawai dalam
mengolah materi yang ia miliki untuk menciptakan drama yang efektif dalam
kuantitas dan kualitas yang kuat.
Overall, Starred
Up adalah film yang memuaskan. Sebuah kemasan komplit yang membawa
penontonnya terus tersenyum ketika mereka berpindah dari satu tahap ke tahap
yang lain, kisah tentang remaja tidak terkendali yang dikendalikan dengan baik
oleh David Mackenzie, ia keras dan
intens tanpa terkesan eksploitatif yang berlebihan, ia menyentuh emosi tanpa
dramatisasi yang overdo, ia punya kompleksitas yang berkualitas tanpa
menjadikan penonton merasa rumit ketika menikmatinya, dibungkus bersama
kualitas akting yang memukau dari Jack
O'Connell, so far ini adalah salah satu film paling memikat tahun ini.
0 komentar :
Post a Comment