"Some houses are more dead than others."
Seberapa jauh anda coba mencari informasi awal sebelum
menyaksikan film ini, dari tim produksi, sutradara, hingga para pemeran (di
luar Jackie Weaver), anggapan yang pertama kali muncul pada Haunt tidak akan jauh
dari sekedar sebuah film horror standard yang berisikan pengulangan lagi dan lagi
dari berbagai hal yang telah identik dengan film horror, yang celakanya
beberapa kali ia pergunakan dengan baik. Haunt,
super standard horror with some good moments.
Bertahun-tahun yang lalu sebuah keluarga mengalami
sebuah bencana dari rumah yang mereka tinggali. Franklin (Carl Hadra) dan Janet
(Jackie Weaver), pasangan suami istri ini harus menerima fakta dimana
anak-anak mereka meninggal satu per satu, musibah yang mereka yakini
diakibatkan oleh hantu yang mendiami rumah mereka dengan sebuah kotak sebagai
media yang digunakan untuk berbicara dengan orang-orang yang telah mati itu.
Namun kisah kelam itu tidak berhenti sampai disana, hantu tersebut masih
mencoba melakukan hal yang sama kepada penghuni baru.
Mereka adalah Evan
Asher (Harrison Gilbertson) yang bersama keluarganya seolah tidak peduli
dengan reputasi buruk yang dimiliki rumah tersebut, hingga suatu ketika Evan
mulai memperoleh penampakan aneh yang mengganggunya serta saudara kandungnya.
Peristiwa tersebut mempertemukan Evan dengan Samantha Richards (Liana Liberato), tetangga barunya yang bersedia
membantu memecahkan masalah yang dimiliki rumah tersebut. Mereka mencoba
berkomunikasi dengan orang mati, yang celakanya membawa mereka masuk semakin
jauh kedalam bahaya yang lebih besar.
Haunt punya sesuatu yang menyenangkan, dan itu adalah
narasi dari Jacki Weaver yang seolah
menuntun kita untuk melalui kisah kelam dari rumah terkutuk itu, tapi uniknya
hal kisah klasik yang ditulis oleh Andrew Barrer ini ternyata punya hal
menarik lainnya, dan jujur saja itu sebuah kejutan. Ya, kejutan, karena sejak
awal ekspektasi telah dipasang sangat rendah, terlebih dengan kekecewaan yang
diberikan oleh film pertama ketika saya melakukan marathon tiga film horror. Hal menarik itu adalah bagaimana Mac Carter mampu menyuguhkan hal menarik
yang penonton harapkan dari sebuah film horror, momen-momen dimana rasa takut
yang tampil di layar mampu memancarkan energinya.
Haunt adalah film horor yang standard, dan itu benar,
ceritanya terasa biasa, dari masuk kedalam rumah penuh kutukan, terjebak, dan
kemudian mulai iseng untuk memilih bermain-main bersama berbagai kejadian dari
dunia lain yang sesungguhnya dapat diselesaikan secara sederhana: keluar dan
pindah dari rumah tersebut. Mereka yang telah kenyang dengan tipe horor seperti
ini mungkin akan merasa bosan, malah tidak ada intrik yang berlebihan disini
disamping upaya untuk mencoba sedikit kompleks menggunakan beberapa flashback
untuk menjelaskan akar masalah yang terjadi pada rumah tersebut, dan itt belum
menghitung upaya dengan kesan dipaksa pada unsur romance yang seolah ingin
menyuntikkan kehangatan kedalam setting dingin miliknya.
Lantas apa yang menjadikan Haunt tidak jatuh menjadi sebuah horor standard yang membosankan?
Kualitas terror yang ia miliki. Mac
Carter berhasil mengemas hal tersebut dengan cukup menarik, berhasil
memanfaatkan pilihan untuk mengandalkan visual bersama jump scare yang menusuk
kedalam ketenangan, ia cerdik mempermainkan fokus para penontonnya untuk seolah
merasa terlibat didalam cerita. Pesona ini yang selalu menjadi harapan utama
saya ketika menyaksikan sebuah film horor, permainan atmosfir yang meskipun
tidak begitu mengagumkan dan masih berada di level standard namun feel dari
rasa takut dan ketegangan yang ia berikan cukup mampu menangkap dan kemudian membawa
penonton ikut merasakan kehadiran “mereka” yang terbangun dengan cerdik.
Ya, cerdik, Haunt
seperti kombinasi berbagai materi yang sudah sering kita saksikan namun
tersusun kembali didalam sebuah kesatuan yang padat dan efektif. Cerita yang ia
miliki dapat dikatakan juga tidak sangat buruk untuk sekedar menunjang
kesibukan yang dipenuhi situasi dengan kesan bingung dan terkesan amatir yang ia
tawarkan, dialog yang ia punya juga tidak begitu mengganggu dibalik kesan
konyol yang sering muncul, dan itu dilengkapi dengan kinerja dari dua pemeran
utama yang memberikan kecanggungan cinta yang cukup manis mengingat
karakterisasi dari karakter yang mereka mainkan pada dasarnya terasa miskin.
Overall, Haunt
adalah film yang cukup memuaskan. Ini jauh dari kesan memuaskan dalam konteks
cerita, dan punya potensi besar untuk memberikan rasa jengkel pada penonton
yang mengharapkan kualitas mumpuni pada elemen tersebut. Namun bagi penonton
yang mencari horor yang mampu membuat mereka merasa dingin dan waspada, Haunt
akan terasa menghibur, karena berbagai materi standard dari sebuah haunted house itu tampil dalam atmosfir
yang cukup baik untuk memberikan ketegangan bersama teror yang dibentuk dengan
cerdik.
0 komentar :
Post a Comment