Menyaksikan film ini seperti sedang mengupas sebuah
bawang dimana kita tahu bahwa kita mungkin akan menerima kehadiran rasa pedih
yang kemudian akan membuat kita waspada, namun semakin banyak kulit yang kita
kupas, semakin besar pula rasa pedih atau perih yang kita peroleh. Film ini
menerapkan konsep tadi kedalam sebuah petualangan manis yang mengeksplorasi
pahit dari sebuah kehancuran, Han
Gong-Ju, an engaging and poignant composed rage drama.
Gadis muda bernama Han
Gong-ju (Chun Woo-hee) mungkin merupakan satu dari sekian banyak pelajar
yang menjadi korban sekolah yang hanya ingin menjaga image mereka, ketika ia
dipaksa untuk pindah dari sekolah lamanya setelah mengalami sebuah peristiwa
mengerikan dan telah menjadi skandal di lingkungan tempat ia tinggal. Ia bahkan
harus menjauh dari kedua orangtuanya, yang pada faktanya seperti tidak
bersemangat lagi untuk memberikan kasih mereka kepada Gong-ju, dan lebih memilih menikmati kehidupan mereka, meskipun
pada akhirnya ia mendapatkan pertolongan dari seorang guru di sekolah lamanya,
sosok yang kemudian berhasil menyelamatkan masa depan Gong-ju untuk sementara.
Ya, sementara. Bukan masalah sekolah baru dimana ia
berhasil masuk dengan mudah berkat bantuan sang guru, bukan pula tempat tinggal
yang juga telah disediakan oleh guru tadi yang sempat mengundang tanda tanya
dari ibunya Ms. Lee (Lee Yeong-lan),
bukan pula masalah dari lingkungan barunya, dimana ia bahkan menjadi idola baru
dari sebuah grup accapella yang dipimpin oleh Eun-hee (Jung In-sun), namun perempuan yang selalu berlatih
berenang ini masih terus dibayangi rasa cemas dengan kasusnya yang masih
berjalan itu, kegelisahan yang diciptakan tekanan dari masa lalu yang kelam
itu.
Jika anda bertanya hal apa saja yang identik dengan Korea Selatan, maka jawaban yang akan
saya berikan bukan hanya sebatas musik K-pop
yang menjadi wabah di berbagai belahan dunia itu, drama-drama mereka yang mudah
mengundang air mata, bukan pula produk elektronik serta gesekan dengan tetangga
mereka di utara. Suicide rate, angka
aksi bunuh diri, Korea Selatan sangat tinggi di masalah ini dan menempati
posisi kedua di dunia. Alasannya sederhana dimana perkembangan trend yang
begitu pesat ikut memberikan dampak yang sangat besar pada tekanan hidup yang
kini begitu tinggi di negeri ginseng tersebut, sistem dimana mereka selalu
ingin bergerak maju menciptakan kehancuran yang besar ketika apa yang mereka
inginkan tidak tercapai, ketika apa yang membuat mereka yakini akan memberikan
kebahagiaan tidak berhasil mereka miliki.
Tekanan hidup yang sangat tinggi tadi coba dikupas
oleh Lee Su-jin dalam debutnya ini,
dan manisnya seperti yang disebutkan di awal tadi ia bentuk seperti mengupas
bawang, mengajak penonton untuk secara bertahap mengupas satu persatu masalah
yang dihadapi oleh karakter utama, ledakan-ledakan kecil disuntikkan untuk
mewarnai susunan cerita dalam struktur yang menggabungkan past dan present,
sebuah petualangan komplit yang tidak pernah berhenti membuat penontonnya sibuk
bersama cerita. Ya, sibuk, pada sisi cerita dan juga emosi, dari rasa bingung
yang akan muncul dengan mudahnya kita seperti dibuat terus terjaga sembari
bertanya-tanya oleh Lee Su-jin,
bergerak liar namun tetap dituntun sehingga berbagai informasi kecil yang ia
sebar itu tidak menjadikan proses merajut cerita yang penonton lakukan terasa
rumit, malah sebaliknya jadi terasa menyenangkan.
Unik memang, ibarat present sebagai titik nol kita
diajak untuk berjalan bersama dua cerita, flashback
yang sebut saja dimulai dari titik minus tiga dengan destinasi titik nol
tadi, dan satu laju memajukan present story untuk secara perlahan mencapai
kehancuran yang sangat besar dibagian akhir itu. Seperti menyaksikan versi
sederhana dari The Broken Circle
Breakdown, dengan masalah yang berbeda namun memiliki kompleksitas emosi
yang sama, bagaimana kisah yang diambil dari tragedi Miryang di tahun 2004 lalu
itu seperti di set agar membawa penonton menghabiskan waktu dalam sebuah
tahapan bersama hal-hal kecil yang bahkan sesekali ia warnai dengan sedikit humor
didalamnya, namun dengan pendekatan yang hati-hati serta percaya diri ia terus
menjaga sesuatu yang mengerikan terkait konflik utama bermain-main secara
perlahan di pikiran penontonnya.
Nah itu mengapa dibalik gerak mondar-mandir yang ia
terapkan ketika bertemu dengan garis akhir Han
Gong-ju sukses meninggalkan kesan mengerikan yang sangat kuat, karena kita
seperti terlibat didalam cerita, dari awalnya hanya sebatas simpati, kemudian
muncul empati, hingga rasa emosi pada lingkungan sekitar yang sesungguhnya juga
menjadi sebuah kritik sosial yang ingin
ia sampaikan. Ini adalah sebuah kehancuran yang menyayat hati tanpa sekalipun
terasa mencoba mengemis air mata penontonnya, studi karakter yang menampar
dengan sangat keras keadilan dari sistem yang berlaku dengan menggunakan aksi
mengamati sebuah perjuangan keras seorang gadis untuk mencoba mengatasi sendiri
kejahatan yang menimpanya tanpa harus mengikut sertakan dramatisasi yang
berlebihan didalamnya.
Ya, sangat efektif dan efisien, sasaran yang ingin ia
raih mungkin para penonton yang berada dalam kondisi siap menggunakan
sensitifitas mereka, karena bersama gambar dan suara yang digunakan dengan baik
itu ia bergerak sedikit demi sedikit, konsisten untuk tampil bijak dalam
menggunakan materi yang sangat kompleks itu, dari keadilan, persahabatan,
hingga gejolak batin yang menjadi fokus utama. Hal lain yang saya suka adalah
selain kinerja yang kuat dari Chun
Woo-hee dalam mempermainkan emosi penonton, Han Gong-ju tidak tampak berupaya membuat anda kasihan dengannya,
tapi merasa peduli dengan posisi tak berdaya dari masalah yang ia hadapi,
bersama rasa sakit dan takut yang terus ia rasakan masuk kedalam sebuah
eksplorasi yang dieksekusi dengan cerdas sehingga terasa manis dibalik
kehancuran yang mencekam itu.
Overall, Han
Gong-ju adalah film yang memuaskan. Sebuah kemasan komplit yang tidak mau
tampil berlebihan, tampil sederhana untuk memberikan petualangan intens yang
menyenangkan, membuat penontonnya sesekali tersenyum dan tertawa canggung,
namun terus membuat mereka waspada pada rasa sakit yang mampu membuat mereka
terdiam tanpa kata, sebuah eksplorasi yang cerdas dan percaya diri dari sebuah
kehancuran yang akan sulit untuk dilupakan.
Ini film alur cerianya lambat ya,,
ReplyDeleteRasanya malah bosen aja,,
Han Gong Ju .. Film Bagus .. Sangat cerdas .. Salutt buat yg Terlibat didalamnya ..
ReplyDeleteIni emang bener bener rekomen banget untuk sebuah plot cerita.
ReplyDeleteMemang terasa agak bingung di awal..tapi memang untuk film yg diangkat dari kisah nyata, film ini bagus banget. Kerasa banget feel ceritanya..
Ini emang bener bener rekomen banget untuk sebuah plot cerita.
ReplyDeleteMemang terasa agak bingung di awal..tapi memang untuk film yg diangkat dari kisah nyata, film ini bagus banget. Kerasa banget feel ceritanya..