"It's looking for a home."
Pada awalnya film ini terasa menarik karena ia punya Nicholas McCarthy, sosok yang pernah
memberikan kita hiburan bernama The Pact,
sebuah horor yang meskipun kurang kuat ketika bercerita tapi cukup mampu dalam
memberikan suasana creepy kepada penontonnya. Namun daya tarik itu seketika
meningkat setelah membaca fakta dibalik asal mula ide film ini dibangun, At the Devil's Door, another messy horror,
but good enough for the creepy.
Seorang wanita muda (Ashley Rickards) dengan penuh keyakinan menuruti permintaan pacar
yang belum lama ini ia kenal, pria yang meminta ia untuk pergi bersamanya
menuju sebuah tempat yang sangat jauh dari keramaian, bertemu dengan seorang
pria misterius, dan kemudian ikut dalam sebuah permainan sederhana menggunakan
gelas plastik. Terlihat sederhana, tapi ada uang tunai sebesar $500 yang dapat
ia peroleh dari permainan itu, asalkan ia bersedia untuk pergi menuju
persimpangan jalan dan kemudian mengucapkan namanya.
Ternyata dengan melakukan hal tersebut wanita tadi
secara tidak langsung telah menjual jiwanya, dan kemudian harus berhadapan
dengan makhluk jahat yang senantiasa menemaninya. Tapi hal buruk tersebut
ternyata tidak berhenti meskipun orang tua gadis tersebut memutuskan untuk
menjual rumah mereka, kekuatan jahat tersebut seolah belum puas dan kini mulai
menghampiri seorang agen real estate bernama Leigh (Catalina Sandino Moreno), serta adiknya Vera (Naya Rivera).
Tidak perlu ragu untuk mengatakan klasik, At the Devil's Door punya segala sesuatu
yang terasa akrab dari sebuah film horor, lagipula dari sinopsis diatas tadi
sesungguhnya tidak ada premis spektakuler yang ditawarkan oleh Nicholas McCarthy di karya terbarunya
ini. Hanya sebuah wawancaranya terkait asal usul lahirnya ide yang lagi-lagi
bermain dengan rumah, masa lalu, dan ketenangan yang membalut misteri sederhana
ini, kisah seorang supir taksi itu yang menjadikan ini menarik, bagaimana
ketika ia menjual jiwanya hanya dengan sebuah permintaan yang disodorkan
kepadanya, mengatakan namanya, dan itu Nicholas
McCarthy kemas hampir serupa dengan apa yang ia berikan di The Pact.
Ya, tidak jauh berbeda, rumah berhantu ditemani dengan
sisi paranormal, yang kemudian ia racik bersama dengan kegelapan yang murung
untuk memberikan penontonnya keresahan serta kegelisahan yang secara
mengejutkan tidak begitu menjengkelkan. Aneh memang, karena tidak perlu
menelisik terlalu jauh disisi lain anda akan dapat melihat cara ia bercerita
yang terasa lemah, ia bahkan terlihat bingung bagaimana membagi fokus pada tiga
karakter yang seolah saling bertarung memperebutkan posisi terdepan itu, terus
memberikan berbagai pertanyaan tanpa disertai informasi yang sama baiknya,
seolah hanya ingin agar penonton paham pada konflik awal, tidak mencoba
berjalan terlalu jauh dengan misteri, dan menikmati rasa bingung itu dengan
permainan creepy yang telah ia set.
Sesuatu yang salah memang, karena dengan begitu kita
menjadi sulit untuk terjebak terlalu dalam bersama karakter dan juga cerita,
tapi Nicholas McCarthy kembali
berhasil menutup minus itu dengan permainan atmosfir yang, well, cukup
menyenangkan. Dia cermat disektor ini, handal dalam membentuk mimpi buruk yang
seadanya itu untuk kemudian dilebarkan menjadi sebuah kisah dangkal penuh kesan
samar yang terus membuat penonton waspada pada terror yang seketika dapat
datang memeluk mereka. Aneh, ia tidak mengganggu sama sekali, tapi petualangan
oktan rendah dengan permainan menebak dan juga suara yang mencoba
menakut-nakuti kita dengan cara yang mungkin terkesan bodoh itu mampu
menciptakan kegelisahan untuk kemudian mengundang senyuman di wajah
penontonnya.
Hal tersebut tidak lepas dari eksekusi cekatan yang
dilakukan Nicholas McCarthy pada
sektor ini, saya suka bagaimana ia menebar suasana creepy dan kemudian menjaga mereka untuk terus hangat di balik
setting dingin yang ia gunakan. Itu yang seolah menjadi pengalih perhatian kita
dari betapa lemahnya script yang ia miliki, sering terasa kaku dan kurang mampu
menciptakan koneksi antara manusia dan supernatural yang sebenarnya dapat
menambah daya tarik bagi imajinasi penontonnya, antara sengaja untuk tampil
efisien atau justru karena malas dan memilih mengandalkan power dari
kegelisahan yang ia ciptakan, keputusan yang terasa menghambat tiga pemeran
utama yang bermain cukup baik itu untuk meraih potensi yang mereka miliki, yang
seperti dilakukan oleh Caity Lotz di The Pact menjadi faktor yang menjadikan
film ini tidak terasa buruk.
Overall, At the
Devil's Door adalah film yang cukup memuaskan. Idenya menarik, dan ketika
ia bangun dengan trik dan permainan plot dan formula yang klasik itu tetap
tidak menjadi masalah, namun keputusan Nicholas
McCarthy yang terus melempar misteri tanpa menyediakan jalan bagi penonton
untuk mencapai solusi yang terasa mengganggu, terlebih dengan cerita sendiri
yang tidak terbangun begitu kuat. Jelas bukan sebuah horor yang menakutkan,
tapi dapat memberikan sedikit rasa puas bagi mereka yang mencari sebuah
petualangan dangkal yang selama satu jam mampu mempermainkan rasa gelisah
mereka.
0 komentar :
Post a Comment