Ia mungkin masih kalah populer jika harus dibandingkan
dengan Doraemon di negeri asalnya Jepang, namun detektif yang selalu
berupaya memecahkan masalah disekitarnya yang kebanyakan berasal dari detektif
konyol bernama Kogoro Mouri dengan
prosedur tipikal Sherlock Holmes ini
punya fanbase kuat yang selalu terpesona dengan kerumitan yang ia berikan, dan
kemudian tersenyum sederhana ketika semua masalah itu terpecahkan. Film ini
berhasil memberikan hal tersebut dalam kuantitas dan kualitas yang pas, Detective Conan: Dimensional Sniper.
Conan Edogawa (Minami
Takayama) dan anggota
kelompok detektif ciliknya, Ai Haibara
(Megumi Hayashibara), Genta Kojima (Wataru Takagi), Mitsuhiko Tsuburaya (Ikue
Ohtani), Ayumi Yoshida (Yukiko Iwai), bersama Professor Hiroshi Agasa (Kenichi Ogata) serta wanita pujaannya, Ran Mouri (Wakana Yamazaki), sedang
menghadiri acara peresmian Bell Tree
Tower. Namun ketika sedang asyik menikmati pemandangan dari ketinggian
situasi panik mendadak mengisi ruangan ketika seorang pria tewas setelah
ditembak oleh seorang sniper, hal
yang memaksa Conan langsung bergerak mengejar pelaku dimana ia kemudian bertemu
dengan Masumi Sera (Noriko Hidaka).
Dari kerja sama dengan kepolisian serta FBI, penembak misterius tersebut diduga
merupakan seorang mantan anggota SEAL
bernama Timothy Hunter (Kazuya Nakai).
Namun dengan semakin banyaknya pihak yang terlibat semakin banyak pula
nama-nama yang diduga menjadi pelaku, ditambah dengan kemunculan mahasiswa
misterius bernama Subaru Okiya, dan
semakin kacau ketika Masumi Sera ikut
menjadi sasaran, hal yang semakin menekan Conan untuk memecahkan kasus yang
hanya meninggalkan sebuah peluru AK-11
serta sebuah dadu sebagai petunjuk.
Kisah yang ditulis oleh Kazunari Kouchi ini bukan hanya berhasil dibangun dengan baik oleh Kobun Shizuno, namun juga tepat sasaran.
Ya, tepat sasaran, ia tentu saja punya niat untuk memiliki perkembangan dari
kisah sebelumnya, tapi disisi lain ia juga paham apa yang menjadikan Conan
menarik dan apa yang penonton cari dari Conan, dari kisah rumit yang
berputar-putar dan mampu membuat penonton berpikir dan terlibat, lalu
dikombinasi bersama aksi high school detective bernama Shinichi Kudo yang tubuhnya mengecil akibat racun APTX 4869 itu bersama dengan peralatan
dan aksi canggihnya, serta sedikit bumbu asmara super implisit yang melibatkan Ran Mouri.
Datang tanpa ingat history film-film terdahulu Conan mana saja yang telah saya
ditonton, hanya mengandalkan rasa kagum ketika dahulu membaca aksinya lewat
komik, saya mendapatkan apa yang saya inginkan. Masih bermain-main dengan kasus
pembunuhan, perjuangan yang kental dengan unsur thriller itu mampu dengan baik
membungkus misteri serta menciptakan tahapan dalam proses pengungkapan. Tidak
kuat memang, alur cerita juga sebenarnya tidak begitu kuat, namun kebenaran itu
berhasil disembunyikan dengan cermat sehingga penonton terjebak dan ikut
bingung dan menebak bersama, salah satu yang menjadi hal mengasyikkan serta
ciri khas Conan.
Seimbang memang, dari segi cerita tidak special, namun
dampak negatif berhasil di minimalisir dengan cara bercerita yang cekatan dari Kobun Shizuno. Ketika anda telah
tenggelam dalam kerumitan investigasi penuh intrik dan gimmick dengan karakterisasi lemah itu ia kemudian dengan cepat
menyambungnya bersama aksi pengejaran dengan tensi tinggi, menempatkan Conan
seolah menjadi superhero dengan melakukan hal-hal impossible dengan ukuran
tubuh mungilnya itu, masih dilengkapi dengan kacamata super canggihnya yang
merupakan nenek moyang google glass, kita dibawa berseluncur keliling kota
dengan lincahnya menggunakan skateboard, hingga menyaksikan aksi menendang bola
dengan menggunakan kekuatan dari sepatunya.
Apakah ini istimewa? Tidak, tapi memenuhi ekspektasi
dengan sangat kuat, apa yang ia sajikan mungkin tidak membawa sebuah revolusi
baru yang super besar, masih bermain-main dengan formula dan materi yang
menjadi andalannya, tapi cara ia disatukan berhasil memberikan hiburan yang
diharapkan oleh penontonnya, bersenang-senang bersama sebuah kerumitan sembari
menyaksikan tokoh favorit mereka berputar-putar bebas dengan teknologi
miliknya. Kemudahan akses yang tercipta bagi penonton untuk masuk dan terlibat
dalam cerita menjadi alasan mudahnya film ini untuk dinikmati penonton remaja
dan juga dewasa, sehingga keberhasilan ia meraup ¥ 4 Milyar tidak menjadi sesuatu yang aneh, karena Conan memberikan apa yang penonton
inginkan dari seorang Conan.
Overall, Detective
Conan: Dimensional Sniper (Meitantei Conan Ijigen no Sniper) adalah film yang cukup memuaskan. Hadir sebuah
dilema, saya ingin sesuatu yang lebih besar dari ini, tapi film berakhir ada
senyum puas yang dihasilkan kekacauan hampir dua jam yang baru saja saya
saksikan. Rumit, bahkan berpotensi besar untuk membingungkan, tapi
karakterisasi yang seadanya, cerita yang tidak begitu standout, kelemahan tadi
termaafkan karena keberhasilannya menghadirkan dinamika cerita yang cekatan
untuk menciptakan ruang bagi penontonnya agar terlibat dalam sensasi aksi yang
dilakukan tokoh animasi favorit mereka ini.
0 komentar :
Post a Comment