Tidak seperti drama, romance, horror, hingga action
yang cukup mudah untuk dinikmati, genre musical termasuk kelas yang lebih
khusus dengan tuntutan yang sedikit lebih besar bagi penonton untuk bisa
menikmati mereka. Feel yang terpenting, gimana ketika masalah pada cerita dapat
disampaikan bukan cuma dengan dialog tapi juga kombinasi lirik dan irama.
Masalahnya disini adalah Walking on
Sunshine tidak punya hal penting tersebut.
Sebuah resor di pantai Italia membuat wanita Inggris
bernama Maddie (Annabel Scholey)
jatuh cinta kepada pria Italia bernama Raf
(Giulio Berruti). Mereka memutuskan untuk menikah, tapi kedatangan adiknya
yang bernama Taylor (Hannah Arterton)
membawa masalah bagi Maddie. Taylor merupakan kekasih Raf, tiga tahun lalu, dan
meskipun mereka berusaha untuk menjaga rahasia itu masih tampak rasa suka satu
sama lain diantara mereka. Semua juga semakin kacau dengan kedatangan mantan
pacar Maddie, Doug (Greg Wise).
Walking on Sunshine adalah lelucon klise tanpa nyawa. Ini kayak melihat
kumpulan dari berbagai boneka yang dengan penuh semangat berusaha menunjukkan
kemampuan mereka tapi celakanya hadir dalam level yang amatir. Masalah terbesar
Walking on Sunshine ada di plot,
dengan mudah terlihat tambal sulam, random dan canggung, terasa sangat-sangat
tipis, dan ini menjadi masalah karena seperti yang saya sebutkan diawal tadi
kamu harus mampu untuk merasa seolah terlibat dengan karakter dan masalahnya
untuk kemudian dapat menilai apa yang mereka berikan sebagai sesuatu yang
nikmat. Dari awal saja Max Giwa dan Dania Pasquini sudah gagal, dan itu
berlanjut hingga akhir.
Ketika penonton sudah kesulitan untuk dapat klik
dengan karakter, apa yang dihadirkan selanjutnya punya potensi yang semakin
besar untuk menjadi sebuah kegagalan. Tidak hanya berlaku di musical memang,
tapi karena jualan yang ada disini pada dasarnya bukan mengandalkan dramatisasi
dengan terciptanya masalah yang begitu dalam tapi sebatas menaruh semua itu
pada kemampuan menyanyi dan menari, tidak adanya feel tadi membuat lagu-lagu
dari era 80-an seperti Whitney Houston,
Cher, Roxette terlihat seperti hambar, kaku, dan tanpa energi. Hanya dua
lagu yang menarik, itupun dibagian awal, Venus
milik Bananarama, serta lagu Madonna yang berjudul Holiday.
Apa ini memang mengerikan? Mungkin iya, karena cerita
yang ditulis Joshua St Johnson juga
pada dasarnya sudah terlihat mencoba menggunakan formula yang sama dengan Mamma Mia!. Pesta pernikahan dan
ditemani dengan masalah pada cinta, dan sayangnya dari sana tidak ada sesuatu
yang segar dan berbeda, pemalas, menggabungkan sedikit unsur Glee yang disini sayangnya tidak
ditemani dengan alur yang baik, sama miskinnya dengan kualitas vokal yang
uniknya justru memberikan sesuatu yang aneh, yang kurang bisa menyanyi
dibiarkan mendominasi, sedangkan penyanyi seperti seorang Leona Lewis harus terbuang percuma.
Kualitas akting juga sama saja, kekurangan chemistry,
karakter-karakter kelihatan seperti hidup di negeri dongeng, konsisten tampak
kosong dan kekurangan emosi. Tidak ada motivasi yang kuat disini, dan itu
menjengkelkan karena untuk dibandingkan dengan Sunshine on Leith saja film ini
masih jauh kalah rumitnya. Acak dan tipis, Walking
on Sunshine adalah film pemalas yang dengan berani memilih untuk berharap
pada nyanyian dan tarian agar dapat menutup minus pada cerita yang mereka
punya. Sayangnya itu tidak berhasil dan menjadikan mereka sebagai lelucon
kosong yang tidak menyenangkan.
0 komentar :
Post a Comment