"She hit the road. The road hit back."
Melissa McCarthy ternyata masih belum bosan berperan sebagai wanita
menjengkelkan, setelah mencuri identitas Jason
Bateman di Identity Thief,
kemudian menjadi rekan yang menyusahkan Sandra
Bullock di The Heat, kali kini
Melissa kembali membuat kekacauan yang sayangnya justru menciptakan jalur
rollercoaster baru pada filmography
wanita yang pernah bertarung di ajang Oscar
ini.
Baju biru bertuliskan “Mahalo” miliknya seperti sebuah tameng bagi Tammy (Melissa McCarthy) atas berbagai masalah yang menghampirinya.
Wanita ini kehilangan pekerjaannya setelah dipecat Keith (Ben Falcone), dan karena suaminya yang selingkuh ia tidak
lagi memiliki sumber keuangan. Celakanya ia bertemu dengan sang nenek, Pearl (Susan Sarandon), yang berencana
kabur dari permintaan anak perempuannya, Deb
(Allison Janney). Mereka berdua mulai terjebak dalam perjalanan bersama
yang ternyata juga tidak jauh dari masalah dan kesulitan.
Masalah, perjalanan, masalah, perjalanan, Tammy adalah versi lain dari Identity Thief. Sulit dipungkiri, dari
kualitas mereka sama, dari cara Ben
Falcone memperlakukan karakter utama juga tidak jauh dari formula yang
memang sudah lekat dengan seorang Melissa
McCarthy. Tetap agresif memang tapi sayangnya kali ini semua terasa sedikit
berlebihan kadarnya, step by step proyek pribadi pasangan suami istri ini mulai
terasa campur aduk tanpa disertai arah yang menarik, mencoba menggabungkan
berbagai hal tapi tidak berhasil membuat alur yang menarik untuk mengakomodasi
ide-ide yang mereka punya.
Ini berwarna, bahkan ada sedikit bagian karakter studi
didalamnya, mencoba lucu dengan aksi shameless yang sudah identik, terkadang ia
bermain sedikit melankolis dengan rasa satir, dan pelengkapnya beberapa bagian
yang seperti ingin menyampaikan komentar sosial serta menjadi sedikit
melodrama. Yang menjadi penghalang adalah perjalanan berputar-putar itu tidak
menawarkan sesuatu yang menarik, sesuatu yang bisa menjadikan ia sedikit
berbeda dengan film-film lain yang sudah lebih dahulu menggunakan formula yang
sama itu. Semakin jauh ia berjalan semakin dalam pula Tammy terjebak kedalam
perangkap film komedi.
Titik terlemah Tammy
adalah tidak mampunya Ben Falcone
menyeimbangkan apa yang ia punya. Pemalas, bisa dikatakan seperti itu, seperti
sebuah perjudian untuk murni mengandalkan Melissa
McCarthy sebagai jualan utama, berhasil atau tidaknya ya tergantung gimana
kinerja Melissa McCarthy itu sendiri. Film komedi seperti ini yang sering
banget mengecewakan, alur episodik dengan kesibukan yang disengaja, dan ketika
komedi penuh aksi konyol yang “lembek” dan drama kaku itu mulai terasa biasa,
menjemukan, apalagi Tammy sering
memilih untuk berjalan dengan kecepatan yang varitif, terkadang cepat,
terkadang lambat.
Tentu saja Tammy
punya hal yang kita sebut potensi, apalagi ada Melissa McCarthy dan Susan
Sarandon yang tampak menyenangkan untuk ditonton, tapi dengan status yang
tidak segar narasi yang longgar tanpa disertai dengan alur yang kuat, chemistry dan alur yang kaku, serta
kreatifitas yang dangkal, Tammy tidak berhasil menjadi sebuah kekacauan yang
menyenangkan, hanya sebuah kekacauan yang kacau.
0 komentar :
Post a Comment