"Dare to care."
Selain penampilan memikatnya di Bridesmaids, saya lebih mengenal sosok Kristen Wiig sebagai aktor Saturday
Night Live dimana ia selalu konsisten menarik dan memberikan ia enam
nominasi Emmy secara berturut-turut. Selain itu? Tidak ada yang besar, lebih
kepada film-film dengan kategori cukup seperti Paul dan Friends with Kids,
serta jagoan pengisi suara dari Despicable
Me, How to Train Your Dragon, hingga Her.
Hateship Loveship menambah daftar
cukup tadi, drama yang gagal dalam upaya menjadi besar dari materi sederhana.
Seorang pria bernama Mr. McCauley (Nick Nolte) menginginkan seseorang untuk mengawasi
cucunya, Sabitha (Hailee Steinfeld),
yang harus berhadapan dengan masalah setelah meninggalnya sang ibu dan sang
ayah, Ken (Guy Pearce), yang masih
ketergantungan obat. Wanita pemalu bernama Johanna
(Kristin Wiig) masuk kedalam ruang yang tersedia itu namun celakanya ia
justru harus menjadi korban kejahilan Sabitha dan temannya Edith (Sami Gayle) yang membantuk set up sehingga Johanna terjebak
didalam perasaannya.
Ada pesona yang menarik sebenarnya dari cerita yang
ditulis oleh Mark Poirier dan
kemudian diarahkan oleh Liza Johnson,
meskipun diawal mungkin akan terasa sedikit canggung tapi karakterisasi pada
karakter terlebih pada tokoh utama terasa sangat baik. Luas cakupan masalah
dengan hubungan sebab akibat juga terbentuk dengan baik terlebih karena
ceritanya sendiri memang sangat sederhana, plus mereka dibangun dengan
intensitas yang dapat dikatakan cukup longgar. Tapi kisah yang berawal dari
ketidaksengajaan ini pada akhirnya tidak mampu mencapai kemungkinan terbaik
yang dapat mereka raih.
Sejak awal Hateship
Loveship seperti berusaha untuk tidak hanya menjadi drama komedi biasa, Liza Johnson ingin sebuah dramatisasi
dengan aksi mengamati yang sedikit serius meskipun tetap diselingi dengan
komedi. Menarik memang, berputar dengan cerita yang ambigu bersama karakter
yang dihinggapi sikap delusional mereka, rasa terkejut bahkan hadir karena pada
awalnya saya berharap sebuah komedi ringan dari film ini, tapi perlahan ia
malah berubah menjadi studi karakter kelas ringan. Masalahnya adalah ketika
semua ide miliknya sudah terbentuk, Liza
Johnson tidak mampu menata mereka dengan baik dan menjadi sebuah kombinasi
yang menarik.
Saya seperti terjebak mencari jalan keluar, bukannya
justru semakin intim dan merasa masuk lebih dalam di tiap konflik yang ada.
Ketika plot tadi mulai masuk kedalam tahapan mengurai semua mulai terasa rumit,
memang sih tidak kelas berat tapi ada pertanyaan mengapa dan kenapa akibat tahap
akhir yang seolah dikebut dengan berbagai lompatan yang cukup mengganggu. Mark Poirier dan Liza Johnson kurang cermat dalam menyusun strategi, banyak masalah
potensial yang mereka punya tidak dapat digali lebih dalam sehingga sesuatu
yang emosional itu tidak pernah muncul hingga akhir.
Pada dasarnya Hateship
Loveship berada di kategori baik, di script bahkan cara ia diarahkan.
Sayangnya itu hanya muncul di bagian membangun, karena ketika masuk ke dalam
proses mengurai tampak kesulitan hadir akibat materi gemuk yang ia punya. Masih
ada senyum meskipun cerita sering tampil canggung, dan masih ada pula performa
yang cukup baik dari Kristen Wiig,
tapi jika di kemudian hari saya mendengar kembali nama Hateship Loveship mungkin yang terlintas di pikiran saya bukan
segala aksi set up itu, hanya satu, that mirror scene.
0 komentar :
Post a Comment