“We're doing a
sequel!”
Dua tahun lalu
The Muppets tidak mampu masuk kedalam list the best di kategori genre yang saya
punya, bukan berarti mereka buruk namun karena unsur komedi, family, dan
musical yang Kermit dan rekan-rekannya miliki kala itu punya keseimbangan yang
baik sehingga menjadikan tidak ada satupun dari tiga bagian tadi yang terasa
outstanding. Penerusnya ini kembali hadir dengan rasa yang sama, Muppets Most Wanted, the studio wants more, while
they wait for Tom Hanks to make Toy Story 4!
Setelah pesta
yang mereka lakukan di Hollywood
Boulevard, Kermit the Frog (Steve
Whitmire), Fozzie Bear (Eric Jacobson), Miss Piggy, Scooter (David Rudman),
Walter (Peter Linz), dan Rowlf the
Dog (Bill Barretta) seketika sadar bahwa keberhasilan mereka mendapatkan kembali
teater jelas menjadi akhir dari misi mereka. Tidak ingin terpisahkan kembali The
Muppets kemudian memutuskan untuk tidak berhenti melakukan pertunjukan,
meneriman penawaran dari pria bernama Dominic
Badguy (Ricky Gervais) untuk membawa The
Muppets tour keliling Eropa. Namun rasa ragu yang dimiliki Kermit sejak
awal ternyata benar, seperti namanya Dominic ternyata bukan orang baik.
Dominic ternyata
hendak memanfaatkan perjalanan dari Berlin, Madrid, hingga Dublin untuk menemukan
sebuah harta karun, sebuah rencana yang telah ia susun dengan matang bersama Constantine (Matt Vogel), doppelganger
Kermit yang berhasil lolos dari senjata milik Ivan (Stanley Tucci), penjaga penjara Gulag 38B yang berisikan Jemaine
Clement, Josh Groban, Tom Hiddleston, Ray Liotta, Danny Trejo, dan berada
dibawah komando Nadya (Tina Fey), menciptakan
kasus bagi inspektur Interpol Jean Pierre
Napoleon (Ty Burrell) dan Sam Eagle,
serta merusak The Muppets dari dalam dengan menyamar menjadi Kermit.
Di buka dengan
lagu berjudul We're Doing a Sequel yang
kembali ditulis oleh Bret McKenzie, penonton
seperti sudah dituntun melalui sebuah cara yang terhitung jenaka untuk dengan rela
menurunkan ekspektasi awal mereka. Beberapa orang mungkin akan menilainya
sebagai sebuah ironi ketika sekumpulan boneka terkenal itu seperti dimanfaatkan
tanpa sebuah semangat untuk dapat menjadi lebih baik dari pendahulunya tiga
tahun lalu, namun seiring cerita berjalan harus diakui bahwa keputusan James Bobin dalam menempatkan warning
diawal tadi merupakan sebuah keputusan yang sangat cerdik meskipun memang
terkesan pemalas.
Ya, pemalas,
kesannya James Bobin tidak ingin
pusing untuk memikirkan bagaimana lagi cara untuk menciptakan arena
bersenang-senang bagi The Muppets, karena
intinya mereka hanya ingin membuat sebuah sekuel. Tapi ada alasan untuk itu,
karena kualitas dari materi yang mereka miliki merupakan sebuah downgrade skala
kecil dari pendahulunya. Disini sangat terasa dampak dari hilangnya Jason Segel pada bagian tim produksi, tidak
ada materi-materi satir dengan level cerdas yang mengisi cerita, hal yang
menjadikan The Muppets terasa menarik, dan itu belum menghitung kemampuannya
bersama Amy Adams kala itu untuk
menjadi duo lead yang ikut berperan merubah karakter non-human menjadi bernyawa.
Itu minus Muppets Most Wanted, merubah karakter
manusia menjadi kartun, dan kurang mampu menyuntikkan nyawa kedalam masalah
para karakter non-human. Fokus penonton juga berpotensi untuk secara perlahan
teralihkan, dari awalnya mengamati perjalanan dan gejolak The Muppets kemudian mulai diselingi dengan aksi menantikan siapa
lagi cameo terkenal yang muncul dilayar. Banyak, sangat banyak, dari Lady Gaga dan Celine Dion yang menyanyi, Saoirse
Ronan, Christoph Waltz, dan Salma
Hayek yang menari, hingga Chloƫ Grace
Moretz yang hanya melemparkan sebuah benda, meskipun kembali menjadi ironi
harus diakui hal tersebut menawarkan kenikmatan tersendiri.
Tapi dibalik
kekurangan yang sesungguhnya tidak hadir dalam kuantitas yang begitu ekstrim, Muppets Most Wanted juga menuai nilai
positif dari keputusannya di awal tadi. Ini ringan, lebih ringan jika
dibandingkan dengan The Muppets,
petualangan punya alur yang terasa lebih lepas karena tidak ada beban berat pada
konflik yang mereka ciptakan. Cerita yang biasa-biasa saja tadi juga mampu ditutupi
dengan manis oleh narasi gerak cepat yang uniknya tidak pernah longgar pada hal
fokus, liar tapi tersusun rapi, cerita satu arah tadi memberikan banyak ruang
bagi James Bobin untuk memanfaatkan
potensi karakter yang ia punya, lagu dan tarian dengan slapstick konyol dan bodoh
ditemani dengan pesona dari kisah persahabatan.
Dan seperti
disebutkan sebelumnya, para karakter manusia sukses menjadi objek yang menarik
dibalik keterbatasan yang mereka punya dalam karakterisasi. Ricky Gervais bermain dengan baik
menggunakan sarkasme, Tina
Fey juga mampu
memanfaatkan momen yang ia miliki untuk memberikan komedi efektif. Yang cukup disayangkan
adalah Ty Burrell, potensi karakter
miliknya merupakan yang terbesar namun waktu yang ia miliki terhitung minim
sehingga tema caper yang dibawa terasa kurang kuat. Sedangkan sosok-sosok
senior di bagian pengisi suara memberikan ketukan yang menarik bagi para
boneka, jajaran cameo lainnya juga
tidak berhenti membuat sibuk penontonnya.
Overall, Muppets Most Wanted adalah film yang
cukup memuaskan. Menerapkan strategi yang merupakan kebalikan dari pendahulunya
tiga tahun lalu, Muppets Most Wanted
tetap berhasil memberikan sebuah petualangan ringan penuh irama menyenangkan berkat
keseimbangan yang ia ciptakan dalam aksi mondar-mandir di Eropa bersama alur liar yang tertata dengan baik itu, menyatukan
materi yang sedikit dewasa tanpa harus kehilangan pesona yang mampu menjadikan
penonton muda bergembira. Goodnight, Danny Trejo.
0 komentar :
Post a Comment