Mungkin manusia akan lebih mudah untuk berteman dengan
kebahagiaan dalam hidupnya andai saja ada pilihan delete dimana kita dapat
menghapus berbagai kenangan kelam yang tidak kita inginkan secara permanen,
karena terkadang peristiwa hitam itu yang kerap menjadi momok “menjengkelkan”.
Film ini berupaya membawa hal tadi dengan menciptakan kombinasi antara horror,
thriller, dan juga crime, Deliver Us from
Evil, a flat mash-up between crime and exorcism.
Seorang veteran di NYPD bernama Sersan Ralph Sarchie (Eric Bana) terpaksa harus sering meninggalkan
putrinya, Christina (Lulu Wilson),
dan istrinya, Jen Sarchie (Olivia Munn),
karena tuntutan pekerjaannya untuk menyelesaikan berbagai kasus kriminal. Pria
yang oleh rekannya Butler (Joel McHale)
dijuluki sebagai “radar” ini pada akhirnya mulai kehilangan kontrol pada
dirinya pada sebuah kasus yang berawal di kebun binatang, kasus yang membawa
sebuah masalah besar kedalam hidupnya.
Sumbernya adalah seorang wanita yang dengan tingkah
seperti sedang kerasukan membuat kehebohan dengan mencoba membunuh anak
laki-lakinya. Namun masalahnya ternyata tidak sederhana karena apa yang terjadi
pada wanita tersebut punya kaitan dengan peristiwa yang menimpa pasukan Amerika
pada operasi di sebuah goa di Irak,
membawa Ralph menuju seorang prajurit yang ikut serta dalam operasi tersebut
bernama Santino (Sean Harris), serta
bantuan dari seorang pastor, Mendoza
(Edgar Ramirez).
Jika anda datang dengan harapan utama untuk
memperoleh sebuah film horror yang mampu menakut-nakuti anda, maka bersiaplah
untuk kecewa karena Deliver Us from Evil
memang punya kemampuan namun tidak mampu melakukan hal itu. Sangat jauh malah,
kita tahu ada iblis di tengah cerita sebagai fokus utama masalah yang
diciptakan oleh sutradara Scott
Derrickson bersama dengan Paul Harris
Boardman, tapi bagaimana cara ia berjalan menuju titik akhir exorcism yang
telah di set sejak awal itu tidak punya kesan horror yang kuat, sering
terputus-putus dan melompat sesuka hati lengkap dengan perputaran yang monoton.
Imo Deliver Us
from Evil lebih layak disebut sebagai sebuah film thriller dengan balutan
crime lewat aksi prosedurial polisi yang meminjam topeng horror sebagai jualan
utama tidak lupa dengan pernyataan “berdasarkan kisah nyata”. Akan menjadi
sebuah kekecewaan bagi mereka yang punya ekspektasi untuk ditakuti-takuti oleh Scott Derrickson dengan cara yang sama
sederhana seperti yang ia lakukan di Sinister,
meskipun disini ia masih mampu bermain-main dengan baik bersama atmosfir tenang
yang kemudian disusul oleh jump scare yang tidak begitu buruk. Masalahnya ia
tidak mampu melakukan hal yang sama pada cerita, narasi penuh ambisi yang harus
berakhir menjadi satu kesatuan yang berantakan.
Campur aduk, kekuatan iblis memang menjadi dasar utama
tapi disamping itu hadir pula beberapa konflik kecil yang celakanya tidak mampu
disatukan dengan baik. Terkesan dipaksakan, kasar, tindakan kriminal yang
dimaksudkan untuk membawa penonton masuk kedalam masalah utama tidak dibentuk
dengan menarik, sedikit sentuhan drama dengan unsur keluarga di dalamnya juga
terkesan asal tempel dan mematikan potensinya, padahal ia dapat memberikan
pengaruh yang cukup besar. Andai Scott
Derrickson mau untuk menjadikan salah satu diantara mereka menjadi untuk
memiliki kekuatan yang sedikit saja lebih besar ini dapat menjadi sebuah film
crime, atau thriller, atau horror yang menarik.
Yap, atau, bukan ketiganya dalam kuantitas dan peran
yang sama besar. Hasilnya tidak ada yang outstanding disini, anda sudah tahu
dengan tema exorcism akan hadir
konflik dan sebuah resolusi dengan formula yang sama, dan dalam perjalanan
menuju bagian akhir anda akan ditemani dengan perputaran penuh sesak dalam
susunan yang cukup berantakan. Ambisi besar tadi menyebabkan tiap elemen cerita
tidak punya kesempatan untuk memperkuat perannya, kerasukan setan, gangguan
yang diperoleh dari stres pasca trauma, berbagai ide menarik itu terkubur mati
dalam alur yang seolah tidak peduli bahwa mereka gagal memberikan suguhan yang
mumpuni untuk menjadikan penonton merasa peduli.
Tidak begitu menjadi masalah dengan materi yang
standard dan terkesan “murahan”, tapi cara ia dibentuk dengan sama murahannya
jelas terasa menjengkelkan. Kesannya ini hanya jualan momen jump scare, tanpa
urgensi, tidak ada obsesi dan rasa takut pada karakter dari apa yang terjadi
disekitarnya, penonton lebih sering dibuat menunggu bersama dengan karakter dan
itu menjengkelkan ketika ia hadir bersama dinamika yang monoton serta durasi
yang besar, 118 menit. Hasilnya sekuat apapun Eric Bana, Edgar Ramirez, dan Olivia
Munn membentuk karakter mereka tidak adanya treat yang baik kepada penonton
yang terkesan terus dipaksa takut dengan kejutan bersama musik yang keras,
semua terasa kaku dan palsu.
Overall, Deliver
Us from Evil adalah film yang kurang memuaskan. Ambisi yang ia miliki
sangat besar, tapi sejak awal Scott
Derrickson tidak mampu untuk mempertahankan identitas utama film ini
sebagai film horror, dan ketika berbagai elemen cerita lain mulai menjalankan
peran mereka dalam sebuah kesatuan yang juga tersusun dengan kurang baik,
berbagai hal klise itu tidak mampu tampil menyenangkan dan menjadikan Deliver
Us from Evil sebagai sebuah mash-up yang monoton dan membosankan.
Salam kenal, tulisannya bagus bisa jadi referensi belajar nulis ane yg nyoba review film dan gadget di http://leonardfresly.blogspot.com/
ReplyDeleteSalam kenal juga. Thanks. :)
Delete