Setiap penonton pasti punya persepsi yang berbeda, dan
bagi saya menonton film itu adalah hiburan dimana kita datang, duduk, kemudian
terjebak dalam cerita, dan pulang dengan rasa kesal atau gembira. Sederhana,
tidak penting dia memakai konsep menemukan jawaban dari pertanyaan atau justru
meninggalkan pertanyaan itu dengan pertanyaan baru lainnya, karena yang
terakhir tadi justru lebih sering membekas di hati. Contohnya? Holy Motors, seni eksperimental yang
abstrak serta berdiri di antara art house dan mainstream, love it or hate it. Under the Skin juga begitu, hipnotis
yang manis.
Dalam wujud wanita muda dengan rupa femme fatale,
sesosok alien (Scarlett Johansson)
yang jarang berbicara mulai berpetualang di alam terbuka Skotlandia melakukan
sebuah aksi yang unik. Dia menghabiskan waktu secara selektif mencari dan
kemudian merayu para pria lajang, menikmati mereka, kemudian membunuh mereka,
aksi yang ia lakukan dibawa pantauan alien lain dalam wujud lelaki pengendara
sepeda motor. Namun ketika ia ketemu pria dengan cacat neurofibromatosis, alien
itu mulai merasa sensasi dan efek yang menganggunya.
Under the Skin ini membuat tuntutan yang sangat besar
sebenarnya untuk calon penonton, mereka harus sedang didalam kondisi yang baik
dengan mood atau suasana hati yang sangat segar, lalu rela untuk tidak
memberikan perlawanan besar dan siap untuk bersikap sabar karena mereka akan
dihipnotis kedalam sebuah dunia yang bermain-main dengan misteri dan petunjuk
ambigu. Keindahan visual yang stylish dikelilingi setting sunyi, dengan mantera
yang kuat Jonathan Glazer berhasil
membentuk cerita yang terinspirasi dari novel karya Michel Faber itu jadi satu petualangan aneh dan abstrak yang
menyenangkan.
Hal diawal tadi itu penting banget, karena Under the Skin dengan berani memilih
hanya mengandalkan bagaimana penonton terombang-ambing bersama Scarlett Johansson yang kebanyakan
mengandalkan ekspresi wajah dan gerak tubuh untuk mempertahankan sisi daya
tarik misteri cerita. Under the Skin
menarik karena setelah terjebak rasa penasaran kita itu perlahan akan semakin
besar ketika cerita sendiri berjalan dengan lambat, mondar-mandir tampak seolah
membuang-buang waktu tapi asyiknya tidak membosankan kelas ekstrim sih karena
ada petunjuk atau clue yang satu per satu masuk kedalam penonton dan membuat
kita mulai melakukan intepretasi liar dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak
kalah liar juga.
Itu dia yang kenapa Under the Skin menarik, Jonathan
Glazer melakukan apa yang Leos Carax
lakukan di Holy Motors, tidak mau
sampai detail hanya sebatas merangsang pikiran penontonnya dengan petualangan
random dan abstrak yang murni cuma berputar-putar pada satu pertanyaan utama:
being a human. Membingungkan, bahkan kadang-kadang punya thrill menegangkan
dengan sedikit sentuhan horror yang cukup menakutkan, dengan percaya diri
memberikan kombinasi antara narasi, gambar, dan suara yang berpadu dengan baik
untuk merekayasa hal sederhana menjadi petualangan tentang manusia yang
bijaksana dan mampu membuat penonton sesekali menahan nafas mereka.
Ini sangat jelas segmented, tapi mereka yang termasuk
dalam penonton yang menjadi sasaran dari Jonathan
Glazer akan memperoleh salah satu hal mengasyikkan (dalam level tinggi)
dari menonton film: sensasi. Abstrak, eksperimental, ambigu, moody, haunting, hypnotic,
statis dan sering berlama-lama serta mondar-mandir, Under the Skin akan memanjakan mata tapi juga membuat pikiran
penonton yang sejak awal sudah terbuka untuk ikut pula sibuk terombang-ambing
mencari makna yang sebenarnya sederhana, menjadi manusia. Dan itu semua belum
menghitung penampilan Scarlett Johansson,
yang berlawanan dengan Samantha,pasif dan kekurangan empati dan emosi tapi dengan tatapan mata konsisten
menenggelamkan penontonnya didalam cerita. Manis.
film konyol...
ReplyDeletetetapi kutonton sampai selesai
Film konyol? -_-
DeleteReviewnya udah panjang lebar ngebahas kelebihan2 film ini loh..
malah dibilang konyol.. -_-
Jangan begitu ah. Coba lihat lagi kalimat paling pertama di review. :)
DeleteKonyol.....?! Tapi ada scene yg musti diputar ulang/pause :D
DeleteAnton Hy: Hmmm. I know. :)
Deletereview beyond of black rainbow dong :))
DeleteAku nonton under the skin dan bingung banget, ini film tentang apa... akhirnya aku nyasar di sini, baca review sambil nonton.. aslii, musiknya lebih horor dari backsound film horor yg dibarengin teriak2 histeris.. bikin mikir abis nih film
ReplyDelete