"I'll kill him no matter what it takes."
Pertama, ini adalah remake dari film Perancis Point Blank (2010), dan itu merupakan
sebuah hal yang menarik karena cukup jarang mendengar Korea melakukan remake,
sisi sebaliknya yang lebih sering terjadi. Menarik memang, Point Blank, fast
pace, boom-boom-boom, tapi hey jangan bilang anda tidak tahu film Korea, harus ada
drama didalamnya, dan itu yang menjadi masalah film ini. The Target (Pyojeok), just another okay thriller and action movie from
Korea. Too greedy.
Mantan tentara bayaran bernama Baek Yeo-hoon (Ryoo Seung-Ryong) sebenarnya berniat untuk
meninggalkan pekerjaannya sekarang, dan kembali kedalam kehidupan normal
bersama adik laki-lakinya Baek Sung-hoon
(Jin Goo) yang memiliki sebuah penyakit saraf. Sayangnya niat itu
sirna ketika Yeo-hoon ditembak oleh dua pria tidak dikenal didalam sebuah
bangunan, kemudian terlibat dalam aksi kejar dan saling tembak yang membuatnya
harus berakhir di ranjang rumah sakit dan berada dibawah pengawasan dua detektif,
Young-joo (Kim Sung-Ryoung) dan Soo-jin (Jo Eun-ji) dengan tuduhan kasus
pembunuhan.
Tapi itu baru permulaan, karena Yeo-hoon juga
menciptakan masalah baru disekitarnya, dari perebutan kasus yang melibatkan Chief Detective bernama Song Gi-cheol (Yoo Jun-sang), serta
masalah yang lebih besar dengan dokter muda bernama Lee Tae-joon (Lee Jin-Wook) sebagai korban. Ketika mengambil cuti
untuk mengurus istrinya Jung Hee-joo (Jo
Yeo-jeong) yang sedang hamil, Tae-joon mendapatkan pukulan yang membuatnya
pingsan, dan ketika terbangun ia menemukan sang istri telah diculik, hanya
sebuah ponsel yang menginstruksikannya untuk membawa seseorang sebagai tebusan
sang istri, Baek Yeo-hoon.
Film dengan genre action dan thriller memang sedang
mengalami perkembangan yang positif di ranah perfilman Korea, sedikit mulai mengalihkan persepsi para penonton
internasional yang selama ini lebih mengenal mereka sebatas sebagai jagoan
drama yang menguras air mata. Tapi itu masih berada di konteks kuantitas, dari
sisi kualitas masih sangat sedikit dari mereka yang benar-benar mampu
mengundang kata "wow" untuk datang menemani, mayoritas masih sebatas
"good" bahkan hanya "okay". Masalahnya dimana? Karena
mereka masih sangat setia untuk menjadikan unsur drama yang bertugas
mempermainkan perasaan penonton untuk memiliki kontribusi yang sama besarnya
dengan tema utama, tidak peduli itu comedy bahkan thriller penuh suspense sekalipun.
Hal itu tadi yang menyebabkan film ini akhirnya hanya
bergabung dengan rekan-rekannya sesama pengusung thriller seperti The Five, Hwayi: A Monster Boy, hingga Cold Eyes/ Stakeout, just an okay movie.
Kerangka utama yang digunakan masih sama dengan Point Blank, dari alur umum
pada cerita yang ditulis oleh Jo
Seong-geol dan Jeon Cheol-hong,
hingga bagaimana sinopsis tadi diterjemahkan oleh sang sutradara, Yoon Hong-seung. Yang menjadi pembeda
disini hanya karakter yang dibentuk sedikit berbeda, seperti memang telah di
set untuk membuka ruang bermain bagi unsur drama untuk masuk dan menemani
ketegangan gerak cepat yang menjadi jualan utamanya.
Apakah berhasil? Ya, pada adegan aksi dan drama, dan
itu hanya ada di bagian awal. Ini oktan tinggi, diawal saja kita dapat
merasakan mereka seperti tidak mau banyak membuang waktu dengan memilih
penggambaran dasar cerita yang dibentuk dengan cepat dan efisien. Ada kesan
menjanjikan dari pembukaan yang kencang itu, tapi ini dia masalahnya ketika
drama dipaksa masuk kedalam sebuah film thriller
yang telah dicanangkan untuk menyajikan suspense tinggi ala Bourne, canggung, dan itu semakin kacau
ketika Yoon Hong-seung tidak mampu
menciptakan keseimbangan yang mumpuni, bukan hanya pada cerita tapi juga pada
bagaimana ia menempatkan hal-hal menarik dari cerita itu. Semua dibuang di
paruh pertama, dan harus diakui itu menyenangkan, tapi paruh kedua?
Tidak membosankan, tapi The Target seperti seorang pelari marathon yang tidak tahu
menyimpan energinya sehingga mulai kehilangan nafas ketika masuk ke bagian
showdown menuju garis finish. Dari karakterisasi yang diawal terasa kurang kuat,
intimitas penonton pada karakter dan juga masalah mulai tergerus, rasa nikmat
dari adegan aksi yang mereka sajikan juga mulai terasa standard, penyebabnya
karena tidak ada keterlibatan kita didalam masalah mereka. Mereka terus fokus
pada adegan aksi dengan alur yang mumpuni sembari memperkuat dramatisasi,
sayangnya tidak semua berhasil, dan akhirnya ketimbang menjadi sebuah tim yang
bekerja sama mereka tampak seperti individu yang terseret-seret dan saling
tolong untuk mencapai titik akhir.
Ini mungkin akan bekerja pada penonton yang murni
terjerat pada sisi action yang ia tawarkan, karena disisi lain ada drama yang
terasa terpecah dan sedikit berlebihan yang menguras daya tarik rekannya itu.
Script yang menjadi masalah utama, tidak berimbang dan perlahan berantakan, dan
meskipun terus bergerak cepat tidak ada semangat yang terpancar darinya,
beberapa karakter non-minor seperti Tae-joon misalnya bahkan tampak sebagai
tempelan yang tidak punya tugas lain untuk dilakukan, dan jujur saja itu
menjengkelkan karena ia menjadi tombak utama dari drama di dalam cerita.
Terlalu banyak alur besar karena The
Target mencoba tampil kompleks sehingga tidak ada point utama yang terasa outstanding, ia terlalu rakus ingin
memukau di semua bagian.
Kinerja divisi akting mungkin sedikit menyelamatkan
film ini. Ini film pertama dimana atensi saya pada Ryoo Seung-Ryong tidak begitu kuat, bukan berarti ia tampil buruk
karena ada intensitas bagus yang ia berikan, tapi kesempatan ia untuk menjadi
"leader" dalam cerita tidak pernah muncul sejak awal. Karena rakus
tadi banyak karakter yang saling rebut panggung utama, dan mereka berimbang,
dari Kim Sung-ryung yang tampil baik
bahkan nomor satu jika berbicara rasa peduli penonton pada karakter, Yoo Jun-sang dan Lee Jin-wook yang tidak mampu menjalankan tugas sebagai penebar
sisi hitam dan putih cerita, hingga Jo
Yeo-jeong yang karakternya tampak seperti boneka dan tidak mampu memberi
kesan kehilangan.
Overall, The
Target (Pyojeok) adalah film yang cukup memuaskan. Andai saja penulis dan
sutradara berani untuk sedikit mengesampingkan unsur drama dan fokus pada sisi
action dan thriller, ini dapat tampil lebih memikat. Point Blank memorable karena ia punya alur kecil dan tampil
efisien, dan The Target tidak mampu
menyamai itu, ia tampil bagus di paruh pertama, dari drama dengan simpati dan
empati serta adegan aksi, setelah itu kita seperti berganti halaman baru dengan
rasa yang sebaliknya. Terlalu rakus sehingga tidak ada yang outstanding.
0 komentar :
Post a Comment