"Some roads you shouldn't go down because maps
used to say there'd be dragons there. Now they don't, but that don't mean the
dragons aren't there."
Hype yang ia ciptakan memang tidak begitu besar, namun
sejak tahun lalu Fargo telah menjadi bagian dari rorypnm’s most anticipated
tv-series. Yap, Fargo yang itu,
black-comedy crime pemenang Oscar
tahun 1996, menjadi basic dari jagoan terbaru FX ini. Enam episode pertama berada dibawah kendali sosok
berpengalaman yang telah bermain-main di berbagai tv-series seperti Californication, It's Always Sunny in
Philadelphia, Parks and Recreation, The Office, Scrubs, 30 Rock, hingga Breaking Bad, dengan cerita disusun oleh
novelis yang pernah berkontribusi di Bones,
serta yang terpenting ikut melibatkan Coen
Brothers, baik di bagian produksi hingga writing credit. So, is it that great? Not yet, but the first
impression is absolutely impressive. It’ll be easy to love "Fargo" if
you already love "Fargo".
Cerita yang ditawarkan disini sebenarnya tidak keluar
secara frontal dari apa yang pernah hadir hampir dua dekade lalu, dicanangkan
untuk menjadi sebuah antologi layaknya True
Detective dengan berisikan pertumpahan tindak kekejaman yang berawal dari Bimidji, sebuah kota di Minnesota, pada
tahun 2006. Karakter yang hadir juga masih menerapkan tipe yang sama, ada pria
psikopat yang layak diberikan label sebagai seorang pembunuh bayaran bernama Lorne Malvo (Billy Bob Thornton), ada
pula pria lemah dalam diri Lester Nygaard
(Martin Freeman), hingga seorang polisi wanita yang cerdik dan semangat
bernama Molly Solverson (Allison Tolman).
Secara garis besar ini memang sama, namun apa yang menjadikan Fargo terasa
impresif adalah ketika Noah Hawley mampu menciptakan daya tariknya tersendiri
tanpa melukai sisi eksentrik yang telah melekat dari sumber bahannya itu.
Same taste in
different fresh package. Film itu
dengan cerdik berhasil diperluas tanpa menghadirkan kesan sebagai sebuah upaya
untuk menjadi pengganti. Humor dan drama kembali melakukan perkawinan yang
mumpuni, misteri bersama violence juga tidak pernah luput memberikan kejutan
secara konsisten, mereka bersatu dalam pergerakan cerita dengan sedikit
sentuhan absurd yang terstruktur, dan berbagai isu yang bertumpu pada moral
disampaikan secara implisit tanpa mencoba tampil bergaya filosofis dengan alur
prosedurial yang menjadikan penceritaan sangat jauh dari kesan berat dan keruh.
Yap, ini ringan, sangat santai tapi tetap berisi, sebuah kombinasi yang cukup
sulit untuk dilakukan, menghadirkan perputaran penuh liku-liku yang
menyenangkan tanpa melupakan point yang ia bawa, dan itu dikemas dengan
sentuhan sinematik yang baik dan solid.
Unik memang, ini lembut, dan itu eksis dalam alur yang
walaupun berisikan kekerasan tetap menawarkan suasana yang tampil halus ketika penontonnya
mengamati studi karakter yang ia tampilkan. Puppy
becomes a monster, sisi sensitif dari jiwa setiap manusia dengan percaya
diri yang kurang kokoh dimanipulasi ketika tekanan menghantui, dan membuka
pintu masuk bagi bencana. Hanya dengan menggunakan permainan kalimat dalam
percakapan santai Lorne Malvo dapat
merubah arah berpikir milik Lester
Nygaard, seorang salesman yang sudah bosan dengan tekanan dari sang istri
yang kerap membanding-bandingkan dirinya dengan saudara prianya yang lebih
sukses. Kualitas yang sama juga hadir dibanyak dialog, seperti yang dimiliki
oleh Molly Solverson ketika ia
menyelidiki kasus.
Naskah berkualitas, cerita yang kuat dan terarah, sisi
lain yang menarik dari Fargo adalah
karakter. Kinerja mereka memuaskan, tidak hanya main cast namun juga beberapa
peran kecil, dan mengingat ada unsur studi karakter didalamnya kemampuan mereka
untuk menciptakan daya tarik bagi karakter untuk diamati dapat dikatakan memuaskan.
Martin Freeman tampil ekspresif,
gerak tubuh dan aksennya juga aman, sama halnya dengan Allison Tolman yang mampu membangun kepribadian menarik bagi Molly.
Tapi kuncinya tentu saja Billy Bob
Thornton, tenang dalam sebuah pengamatan yang gelap dan mencekam tidak
pernah gagal menjerat atensi. Aksi mereka juga ditangkap dengan sinematografi
sederhana yang baik dalam membentuk atmosfir, serta bantuan musik yang efektif
dibalik kesan biasa yang ia berikan.
0 komentar :
Post a Comment