"People say I’m a Marshmallow.”
Saya memang bukan seorang die-hard Veronica Mars fan atau yang lebih
dikenal dengan panggilan Marshmallow,
tapi ketika film ini dimulai dengan sebuah kalimat “I need your help, Veronica,” kemudian hadir montase singkat, dan
ditutup oleh kalimat populer lainnya, “People
say I’m a Marshmallow,” that’s it, hadir senyuman yang seolah yakin bahwa
adaptasi dari tv-series ini akan memberikan kisah detektif yang padat, solid,
dan menghibur. Thank you Kickstarter
campaign, Veronica Mars is Veronica Mars.
Veronica Mars
(Kristen Bell) kini telah keluar dari Neptune, California, tinggal di New York dan sedang menunggu panggilan
dari di sebuah perusahaan terkenal tempat ia melamar setelah menyelesaikan
sekolah hukumnya. Namun sebuah tragedi terkait pembunuhan mantan teman
sekolahnya yang menyeret masuk mantan kekasihnya, Logan Echolls (Jason Dohring), kedalam list hitam yang kemudian
memaksa Veronica untuk kembali ke Neptune, dan meninggalkan sementara
kekasihnya Piz (Chris Lowell). Tujuan
Veronica adalah untuk membantu memecahkan misteri pembunuhan tersebut sebagai
pembuktian bahwa Logan tidak bersalah.
Melepas rindu dengan ayah tercintanya, Keith Mars (Enrico Colantoni), dan juga
dua sahabatnya, Cindy "Mac"
Mackenzie (Tina Majorino) dan Wallace
Fennel (Percy Daggs III), naluri tajam yang masih dimiliki oleh Veronica
kembali bekerja dengan cepat. Veronica merasa ada yang aneh dan tidak benar
dari semua teori yang telah tercipta terkait insiden Carrie Bishop tersebut, masuk kedalam acara reuni yang ia benci dan
kemudian menarik mundur penyelidikannya hingga sembilan tahun kebelakang, aksi
yang ikut melibatkan Gia Goodman (Krysten
Ritter) hingga sahabat Logan yang bernama Dick Casablancas (Ryan Hansen) di dalamnya.
Pertanyaan utama yang muncul pada film adaptasi dari
sebuah tv-series adalah sejauh mana ia akan bermain-main dengan materi gemuk
yang ia punya. Aksi membentuk kembali bukan suatu pekerjaan yang mudah, ketika
cerita harus tetap memegang ciri khas dari karakter yang telah lebih dahulu
eksis namun disisi lain tanpa menciptakan kesan kaku ataupun bergerak terlalu
jauh yang berpotensi menghancurkan, ia juga harus mampu membawa dan menyajikan
kembali “feel” itu kepada penonton, dan mengemas mereka kedalam sebuah kemasan
yang menyenangkan. Rob Thomas
berhasil menghadirkan hal-hal tadi pada proyek yang menjadi impian para fans Veronica ini, lembut dan tajam dengan
warna-warni cerita yang hangat.
Sejak montase berdurasi dua menit yang bekerja sangat
efektif untuk membentuk dasar bagi penonton yang masih awam dengan ceritanya,
dan juga membuka kembali memori lampau bagi mereka yang pernah menonton
series-nya, atensi sudah tercuri dari film yang pada awalnya sempat mengalami
kekurangan dana namun sukses menemukan kembali nafas mereka setelah memperoleh
$5,7 juta dari donasi yang terkumpul selama satu bulan melalui website Kickstarter ini. ada narasi dalam gerak
yang cekatan namun uniknya selalu diselimuti dengan nada tenang, misteri yang
terus mengalir dengan perputaran sebab akibat yang sederhana menciptakan
berbagai sub plot yang juga punya daya tarik seperti kisah cinta yang punya
pesona sekalipun hanya tampil sepintas, namun di lain sisi ia tidak mencuri
fokus dari plot utama. Rapi.
Yap, rapi, Veronica
Mars terasa padat mungkin banyak diakibatkan oleh keputusan dari Rob Thomas yang memilih untuk memegang
dengan teguh konsep yang pernah ia hadirkan di versi televisi dalam tahapan
mengurai cerita yang ia susun bersama Diane
Ruggiero itu. Tidak akan menjadi sesuatu yang mengherankan pula jika ada
yang menyebut film ini ibarat sebuah nostalgia atau reuni, karena dengan inti
yang sama Rob Thomas memberikan
sebuah evolusi yang sederhana dan tepat pada cerita dan juga karakter, tetap
bertumpu pada komedi dan drama khas remaja bersama misteri gelap penuh
kesombongan karismatik yang tertata dengan matang bersama sentuhan komikal yang
efektif, mereka dibentuk dengan kedalaman yang terasa pas sehingga setiap ruang
dalam cerita berhasil dengan dimanfaatkan dengan baik dan menjauhkan kesan
bertele-tele yang kerap hadir dari film sejenis ini.
Jika dirangkum secara sederhana Veronica Mars adalah film yang dibuat dengan cinta. Dari sutradara,
aktor, hingga cerita, tampak totalitas yang mumpuni dari mereka untuk dapat
membayar kepercayaan yang telah diberikan oleh para penggemarnya. Tidak ada
yang baru disini, karakter yang licik, protagonist penuh rasa ingin tahu hingga
hadirnya polisi korup, namun cara mereka ditampilkan itu yang menjadikan
penonton tertanam dalam cerita. Ada rasa berharga yang kuat dengan em-osi yang
memikat pada keseluruhan isi film yang sejak awal hingga akhir seolah sengaja
untuk memilih tetap fokus pada misteri kecil, keputusan yang menghadirkan
sebuah rasa terus digantung pada cerita tanpa mau mencoba tampil sedikit liar
dengan melakukan eksplorasi yang lebih jauh.
Keputusan untuk tampil ringan dengan penerapan
template yang sudah familiar itu pula yang menjadikan Veronica Mars tidak menjadi sebuah film segmented sekalipun sedari
awal ia telah menyandang status sebagai “pesta kecil” bagi para Marshmallow. Semua itu berkat cara Rob Thomas membentuk tahapan penceritaan
yang bersih, dari pengenalan yang kuat, skenario yang tajam dan juga tidak
begitu rumit, menyuntikkan kehangatan bersama gelak tawa dan dialog cerdas, dan
disatukan dalam sebuah alur yang mengalir lembut sehingga mempersempit jarak
antara penonton dengan karakter dan menjadikan mereka dengan mudah berteman
dengan segala macam materi didalam cerita. Ini mungkin akan tampak seperti
bertemu dengan orang asing yang sangat bersahabat bagi mereka yang belum pernah
menyaksikan series-nya.
Kinerja para aktor juga kuat. Tampil dengan totalitas
yang besar, ada sinar dari performa yang diberikan Kristen Bell. Kita akan melihat Veronica versi dewasa dalam
dirinya, namun ketika ia mulai beraksi lebih jauh akan hadir senyuman ketika berbagai
hal yang menjadikan ia tampak menarik sebelumnya kembali hadir namun dalam
kemasan yang tidak sampai merusak pesona versi dewasanya. Chemistry yang ia
bangun dengan karakter lain sesungguhnya juga kurang megah, namun ada interaksi
yang menarik terkait cinta dengan Jason
Dohring, serta hubungan ayah dan anak yang hangat bersama Enrico Colantoni. Karakter lain punya
ruang yang sangat terbatas, namun mayoritas dari mereka mampu memanfaatkan
kesempatan untuk bermain bersama dialog tajam yang mereka peroleh.
Overall, Veronica
Mars adalah film yang memuaskan. Sebuah kemasan lama yang berhasil
dihidupkan kembali dengan cara yang segar tanpa melukai apa yang pernah
diciptakan pendahulunya. Ada misteri sederhana yang menarik lengkap dengan
momen mendebarkan yang terbentuk dalam alur cerita yang terus mengalir dengan
lembut, gerak cekatan dalam nada tenang bersama dialog dan humor yang cerdas
serta tajam. Padat, solid, dan menghibur. I
need you more, Veronica.
0 komentar :
Post a Comment