“You make one mistake, the whole world comes crushing
down around you.”
No matter what
the situation is, you can make it good. Bukankah kalimat tadi memberikan kesan yang sangat positif, seolah
menjadi penggambaran lain dari bagaimana semua masalah yang tercipta
sesungguhnya punya jalan keluar yang juga telah eksis dan menanti kita untuk
menemukannya. Tapi tekanan terkadang yang menjadikan kalimat tersebut tidak
semudah yang kita bayangkan, air berubah menjadi api, yang waras dapat menjadi
gila. Penggabungan dua teori tersebut yang dihadirkan secara sederhana oleh
film ini, Locke, bold and smart
experimental character study about human vs trouble. The power of storytelling,
Buried in a car.
Dibalik gerak penuh kontrol dan terkendali ditengah
gelapnya malam yang ia tunjukkan ketika melintasi jalanan M6, mobil BMW X5 berwarna
silver itu ternyata berisikan seorang pria yang sedang berada dalam kondisi
jauh dari kesan penuh kontrol. Ivan Locke
(Tom Hardy), baru pulang dari proyek konstruksi dimana ia bertugas sebagai
site manager, dalam gerak tenang mulai memacu mobilnya menuju London, sebuah perjalanan yang terhitung
cukup jauh jika menilik posisinya yang sedang berada di Birmingham. Misi utama Locke adalah untuk memenuhi salah satu
tanggung jawabnya kepada wanita bernama Bethan
(Olivia Colman), yang celakanya malam itu tidak menjadi satu-satunya
masalah bagi Locke.
Locke ternyata pergi tanpa memberi kabar kepada
pimpinannya, Gareth (Ben Daniels),
padahal saat pagi pada hari berikutnya akan diadakan salah satu penuangan beton
terbesar dalam sejarah Eropa, acara yang berada dibawah kendali Locke. Hal
tersebut menjadikan ia meminta bantuan kepada bawahannya, Donal (Andrew Scott), yang sayangnya juga membawa masalah. Tidak
hanya itu, Locke juga tidak dapat memenuhi janjinya untuk pulang dan
menyaksikan pertandingan sepakbola bersama keduanya anaknya, Sean dan Eddie (Tom Holland), mengundang curiga
dari istrinya Katrina (Ruth Wilson),
yang kemudian harus menemukan fakta memilukan dari alasan kepergian Locke hanya
melalui panggilan telepon.
Sulit untuk tidak mengikutsertakan hal ini, Locke pada faktanya bukanlah sebuah
sajian revolusioner di ranah drama thriller dalam ruang gerak terbatas dengan
bertumpu pada kinerja one-man show. Ryan
Reynolds pernah terjebak dalam ruang yang jauh lebih sempit di Buried, Colin Farrell juga pernah merasa
kesal ketika ia harus berteman dengan telepon umum di Phone Booth, namun Locke berhasil menghadirkan sebuah evolusi yang
segar pada tipe film eksperimental ini, tipe yang tidak dapat dipungkiri punya
tingkat kesulitan yang jauh lebih tinggi untuk dapat terus hidup hingga akhir.
Konsep sederhana, ruang yang sempit, berpotensi besar untuk menghadirkan kesan
penceritaan yang stuck, penceritaan yang monoton, nilai minus yang tidak
dimiliki Locke, seperti ada jalan
setelah jalan, membuka lapisan demi lapisan secara perlahan dan rapi.
Nah, alur penceritaan yang terus mengalir ini menjadi
salah satu penyebab mengapa berbagai masalah yang variatif dan terkesan saling
tumpang tindih itu pada akhirnya tidak tampil menjengkelkan. Boom, hadir
ledakan, belum selesai ia menjalankan tugas untuk memperkeruh pikiran dan
kejiwaan dari karakter kita akan diajak berpindah lagi untuk masuk kedalam
masalah lain, and boom, kembali hadir ledakan, belum juga selesai kemudian akan
berpindah lagi kedalam masalah lainnya, dan seterusnya. Seperti ada metode yang
digunakan oleh Knight untuk mengembangkan plot, akan terkesan standard dalam
bentuk tulisan tapi ada sebuah cengkeraman yang memikat di dalam layar,
menghipnotis dengan kisah yang terkadang menyayat hati, humor-humor super
implisit yang bekerja dengan baik, hingga emosi sederhana yang kuat dan terasa
lembut.
Kunci dari film seperti tentu saja apakah ia mampu
menjadikan penontonnya merasa seolah ikut terlibat bersama karakter, dan itu
membutuhkan usaha dari dua arah, film dan juga penontonnya. Bukan sebuah
pemandangan yang mengherankan ketika ada yang walkout dari film seperti ini, karena Locke memang tidak akan memberikan sebuah jawaban atas pertanyaan,
hanya aksi mengamati dari kumpulan personal problems yang dapat menjadi cermin
berisikan berbagai point-point sederhana dan familiar yang menarik. Ini mungkin
terkesan sedikit tajam dan akan menjadi spoiler, hanya ada Locke di dalam layar, dan sepanjang film latar yang digunakan hanya
kabin mobil, so persiapkan diri anda sebelumnya, and with all due respect coba untuk menjauh jika anda ingin
thriller penuh warna dan tidak ingin menjadi sasaran tembak dari penonton
lainnya yang kesal dengan ocehan kesal yang bisa saja menghampiri anda.
Tidak dapat dipungkiri ini segmented, bermain di satu
warna walaupun ada gerak cekatan yang coba diberikan oleh Steven Knight pada elemen visual didalamnya. Ada sinematografi yang
efektif, berhasil menjadikan perhatian penonton sama sibuknya dengan keluar
masuknya permasalahan dari dalam mobil itu, tidak ada kesan statis sehingga
jauh dari tampilan datar dan monoton, hal yang juga hadir pada score. Memberi
ruang hangat yang menarik simpati, dari ketika cengkeraman itu hadir di awal,
menyatu dengan kekacauan psikologis karakter, bermain-main dengan rasa bingung
yang mengasyikkan dalam pergerakan cepat, dilema pada psikologis itu berhasil
di kunci hingga akhir, dan ketika tugasnya telah selesai dan misi utama
tercapai penonton akan merasa belum mau berpisah dengan keintiman yang telah
mereka bangun dengan Locke, tanpa
sadar pada fakta mereka telah ditemani dialog yang didominasi oleh beton berkat
kedalaman script yang mumpuni.
Dan faktor kesuksesan Locke lainnya adalah, Tom Hardy. Memang ada beberapa aktor
Inggris lainnya yang juga memberikan kinerja mumpuni pada interaksi yang mereka
bangun via telepon, namun fokus pada karakter sentral tidak terpecah berkat
kinerja Hardy yang terasa simpatik. Keadaan sulit dengan keputusan sulit itu
dibentuk olehnya tanpa dramatisasi yang berlebihan, kompleksitas moral di kontrol
dengan baik, dan pergulatan emosi yang ia hadapi dibalik tekanan yang hadir secara konsisten juga terasa mumpuni dalam kemasan yang sederhana. Efektif dan
kuat, percakapan juga terasa hidup dengan transisi yang halus, dari ayah yang
mencintai anaknya, sosok pemimpin yang mampu memberikan komando, kesabaran
sebagai bawahan, sikap tenang ketika menghadapi wanita yang dipenuhi kepanikan,
hingga pengakuan dosa yang penuh percaya diri. Script harus berterima kasih
pada Tom Hardy, dan Tom Hardy harus
berterimakasih pada script. Simbiosis yang manis.
Overall, Locke
adalah film yang memuaskan. Mungkin akan ada yang mengatakan saya gila, namun
kelemahan terbesar Locke adalah
durasinya yang terasa terlalu singkat. Ini seharusnya sedikit lebih panjang
lagi, karena ada perasaan belum tuntas yang hadir meskipun anda salah satu yang
tidak mengharapkan jawaban di akhir cerita. Konsep sederhana, mengurung seorang
pria untuk bertarung dengan permasalahan dan menjaga dirinya tetap berada di
jalur yang benar ini dibentuk dengan terampil dan cekatan oleh Steven Knight, visual yang hidup, script
yang kokoh dengan fokus yang terjaga, thrill yang memikat dalam tampilan
tenang, intimitas yang mumpuni, dan itu dilengkapi oleh kinerja Tom Hardy yang mampu menghadirkan pesona
berkualitas. Studi karakter yang mengasyikkan. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment