"Racers should race, cops should eat donuts."
Mayoritas dari kita pasti pernah mengalami hal ini,
ketika sedang mengemudi dengan santai dan penuh rasa tenang secara tiba-tiba
muncul beberapa kendaraan dari belakang yang melewati kita dengan akselerasi
dalam gerakan kencang disertai deru yang menggebu. Ada dua opsi sebenarnya,
pertama kita akan menganggap aksi berani mereka tersebut sebagai sesuatu yang
keren, namun bisa pula menjadi jengkel dan menilai bahwa tindakan tersebut
merupakan sesuatu yang berbahaya bahkan menjurus tolol. Film ini seperti
bermain diantara dua opsi tadi, Need for
Speed, full of unnecessary and stupid things, but still quietly fun adventure.
Setelah kematian sang ayah, Tobey Marshall (Aaron Paul), pria yang dianggap sebagai manusia
tercepat di New York mengalami masalah keuangan yang menjadikan eksistensi dari
Motors Marshall, bengkel yang ia kelola bersama empat sahabatnya, Benny (Scott Mescudi), Joe (Ramón Rodríguez), Little Pete Coleman (Harrison Gilbertson),
dan Finn (Rami Malek) menjadi
terancam. Namun untungnya mereka selamat berkat bantuan Dino Brewster (Dominic Cooper), seorang entrepreneur modifikasi,
yang juga menjadi rival Tobey, dalam lintasan dan juga dalam kisah asmara yang
melibatkan Anita Coleman (Dakota Johnson),
saudara perempuan Pete.
Pemintaan Dino berhasil dipenuhi oleh Tobey dan
timnya, Ford Mustang Shelby GT500
mereka bangun, namun masalah lain muncul. Dino kesal dengan sikap Tobey,
memberikan sebuah tantangan dengan tawaran menggiurkan, yang celakanya justru
membawa bencana pada mereka, dari kecelakaan hingga mendekam di penjara. Tobey
berniat membalaskan dendamnya pada Dino, memilih ajang De Leon yang dikelola oleh DJ
Monarch (Michael Keaton) sebagai arena, melakukan semua upaya yang tersedia
dari rela berada dibawah kontrol Julia
Maddo (Imogen Poots), hingga melintasi USA dalam waktu 45 jam.
Dengan tema yang serupa memang sedikit sulit untuk
menampik bahwa tidak ada gambaran dari Fast
& Furious di kepala pada calon penontonnya. Jika anda merupakan salah
satu dari mereka sebaiknya segera hapus hal tersebut, karena Need for Speed sendiri pada faktanya
masih bingung ingin menjadi seperti apa. Mobil super, adu balap dengan
kecepatan tinggi, drift dan aksi ekstrim lainnya, tidak dapat dipungkiri
kombinasi diantara mereka mampu menyuntikkan unsur fun dari sebuah film balap
mobil yang menjadi harapan utama, namun selain tidak adanya totalitas hanya
elemen ini yang mampu dikemas dalam level yang cukup mumpuni, hal yang tidak
terjadi di bagian lain.
Jika anda merupakan penonton yang menonton Need for Speed hanya ingin mendapatkan
aksi balapan yang mengasyikkan, maka anda dapat berhenti membaca tulisan ini
tepat pada kalimat ini, karena elemen tersebut mampu dikemas dengan cukup baik,
dan anda akan mendapatkan apa yang menjadi ekspektasi utama. Namun bagi mereka
yang tidak hanya sebatas mengharapkan hal tersebut, maka bersiaplah kecewa,
karena Scott Waugh kurang mampu mengendalikan beberapa elemen penting lainnya.
Cerita yang ditulis oleh George Gatins dan
John Gatins tentu saja dapat
dimaklumi mengandung hal-hal bodoh, tapi bukannya hal-hal bodoh dapat dikemas dengan cara yang sedikit lebih menarik?
Nah, ini yang menjengkelkan, terlalu loyo, kurang
berimbang. Tidak ada pondasi cerita yang kuat, tidak ada karakterisasi yang
mumpuni sehingga menjadikan kita sebagai penonton menganggap karakter dan
masalah mereka itu sebagai sesuatu yang penting, Need for Speed justru banyak bermain bersama basa-basi dengan
hal-hal kurang penting yang seperti dipaksa untuk memperpanjang perjalanan
hingga menciptakan durasi 130 menit. Pada akhirnya perlahan ini film kehilangan
energi, adegan aksi yang diawal mampu membuat penonton seolah menjadi bagian
dari balapan juga perlahan kehilangan daya tariknya ketika durasi yang ia
miliki perlahan terasa terlalu singkat, dan semakin suram karena kita sudah
tahu bagaimana kisah predictable seperti ini akan berakhir.
Masalah semakin berlanjut karena sejak awal hanya
energi dari scene balapan yang mampu mengalihkan perhatian kita, sehingga
ketika ia hilang, masalah kecil lain yang pada awalnya cukup terlindungi
eksistensinya satu persatu muncul dan mulai mengganggu. Mulai terlihat dengan
jelas bahwa narasi kerap terputus, lelucon mulai terasa sulit untuk dinikmati,
dan ketika kita telah berhasil mengesampingkan logika pada berbagai hal bodoh
dan kurang masuk akal kemudian hadir dialog-dialog canggung yang mengambil alih
peran dalam menggerus rasa nyaman. Pada akhirnya ini lebih terasa seperti
sebuah tour dengan mobil sebagai fokusnya, ketimbang sebuah sebuah aksi balas
dendam dengan menggunakan balapan serta karakter dan konflik sebagai fokus
utama.
Dari divisi akting mungkin hanya Imogen Poots yang berhasil selamat dari materi miskin yang ia
miliki, ia kerap kali mampu menghadirkan pesona bahkan mempertahankan nyawa
cerita dengan aksen British miliknya
yang manis itu. Aaron Paul adalah
sosok utama yang resmi menambah daftar minus pada filmography miliknya. Ia
layak mendapatkan dukungan materi yang lebih baik sehingga tidak hanya
mengandalkan ekspresi yang justru terasa dipaksakan, karena ia punya kemampuan
akting, ia tampil baik di Smashed,
dan tentu saja Breaking Bad.
Sedangkan Michael Keaton seperti
sosok diantara hitam dan putih, terkadang penjelasan yang ia berikan tampil
menjengkelkan namun ada pula yang mampu menyuntikkan unsur fun.
Overall, Need
for Speed adalah film yang cukup memuaskan. Ya, cukup memuaskan, karena
seperti yang disebutkan pada awal paragraph lima tadi film ini sangat
bergantung pada ekspektasi awal para penontonnya. Jika anda pernah memainkan Need for Speed maka akan ada sebuah
senyuman, alasannya adalah karena hal-hal random seperti inilah yang menjadikan
game tersebut menjadi mengasyikkan dan sangat terkenal. Sayangnya Scott Waugh kurang mampu membentuk
kombinasi antara hal tersebut dengan elemen-elemen pembentuk sebuah film, seperti cerita,
karakter, dan dialog, semua lemah. Ya, bodoh, kurang menyenangkan, cukup menghibur.
Nice Review Bro :) Yup ..Popcorn Movie...semoga disekuelnya (jika ada) bisa lebih berkembang lagi dalam porsi plot dan casting :D
ReplyDeleteSama, saya juga berharap ada sekuel, meskipun memang cukup sulit.
DeleteThanks. :)