“What doesn’t kill you makes you richer.”
Uang memang hanya memiliki bentuk fisik berupa
lembaran kertas, tapi tahukah anda dibalik tampilan sederhana tersebut uang
memegang salah satu peran yang sangat penting dalam eksistensi manusia. Yap,
money rule the world, ia bisa menghancurkan semua dinding pembatas yang
menjadikan sesuatu tampak mustahil, bahkan dapat membuat manusia normal yang
waras menjadi kehilangan kendali dan bersedia melakukan hal-hal gila dengan
taruhan nyawa. Isu tersebut yang coba ditawarkan oleh film ini dengan cara
bersenang-senang, Cheap Thrill,
sebuah sirkus gila sederhana yang efektif, liar, intens, dan rapi.
Uang menjadi masalah terbaru bagi Craig (Pat Healy), seorang pria yang bekerja sebagai montir,
memiliki seorang istri bernama Audrey
(Amanda Fuller), dan seorang anak berusia 15 bulan. Mereka terancam digusur
dari tempat kontrakan yang mereka huni, dan Craig harus melunasi tunggakan
sebesar $4500 dalam tempo waktu 7 hari. Segala sesuatu seperti tidak berjalan
dengan baik bagi Craig pada hari itu, ketimbang mencoba meminta kenaikan gaji
ia justru malah harus kehilangan pekerjaan tersebut. Tekanan yang berat, Craig
memutuskan untuk melepas penat di sebuah bar, dan kemudian bertemu dengan Vince (Ethan Embry), teman lamanya.
Mendengar masalah yang dialami sahabatnya, Vince berupaya
membantu, namun uniknya hadir bantuan yang jauh lebih besar. Ia adalah Colin (David Koechner), pria kaya yang
sedang bersantai di sudut ruangan sembari merayakan ulang tahun istrinya, Violet (Sara Paxton). Sedang ingin
bersenang-senang, Colin bersedia membayar Craig dan Vince jika mereka mau
melakukan apa yang ia minta, kesempatan yang langsung dimanfaatkan oleh dua
sahabat itu untuk mempertahankan kehidupan mereka. Celakanya permainan itu
perlahan semakin bertumbuh kearah yang ektrim dan liar, dari hanya sekedar
memukul bokong dan mendapatkan tamparan, kemudian harus melibatkan darah dan
tubuh mereka.
Tidak ada harapan yang begitu tinggi sejak awal pada
film yang menjadi debut dari E.L. Katz
sebagai sutradara ini, bahkan diawal sempat muncul rasa kurang begitu yakin
pada cerita yang ditulis oleh Trent Haaga
dan David Chirchirillo, berpotensi
monoton dalam gerak lambat di ruang cerita yang kala itu masih sangat sempit.
Namun ada yang hal menarik disini, ketika ia sedang mencoba membangun pondasi
baik dari cerita dan juga karakter kita sebagai penonton seperti merasakan
sebuah bisikan yang mungkin berbunyi “stay
with me, stay with me”, seolah ia menjanjikan sesuatu yang menarik telah
menanti kita. Dan benar, setelah perkenalan itu selesai Cheap Thrills akan membawa anda kedalam sebuah kekacauan sederhana
yang intens.
Bukan hanya intens, namun dibalik materi klasik yang
juga terasa predictable itu kita akan memperoleh kejutan demi kejutan yang
terus mempertahankan nyawa dari konflik sederhana yang dangkal itu. Sangat suka
pada cara E.L. Katz menerapkan
pendekatan dalam upaya menggambarkan isu yang usung, pertama ia membangun
konsep yang berhasil tampil matang, kemudian ia menyuntikkan unsur fun dipenuhi
dengan kekerasan demi kekerasan yang eksploitatif tanpa harus menjadi sebuah
gore murahan bersama dark comedy yang juga bekerja dengan baik, kemudian di
tahap akhir ia tinggal memetik hasil dari kombinasi dua tahapan awal tadi yang
sukses menghadirkan sebuah hubungan sebab akibat terkait harta dan manusia.
Hal tersebut yang kemudian menjadikan Cheap Thrill terasa tidak semurah judul
yang ia usung, karena ada sebuah observasi menarik di dalam sirkus gila penuh
thrill klasik yang mumpuni miliknya. Sebuah komentar sosial tunggal yang akan
menggelitik penontonnya lewat sebuah pertanyaan, seberapa jauh anda akan
berkorban demi uang? Pertanyaan tersebut digambarkan dan juga akan berputar di
pikiran penontonnya, terus dibalut dengan nafas depresif, kita akan bertemu
dengan karakter putus asa yang dengan instan dikuasai nafsu dan obsesi sehingga
menjadi serakah, kehilangan kontrol dan menjadi buta sehingga menghancurkan
batasan integritas yang mereka punya untuk bersedia melakukan hal konyol,
bodoh, dan gila.
Masalah terkait moral tersebut dikemas juga dengan confident
yang kuat, sehingga materi-materi familiar yang ia gunakan tetap mampu
menyajikan sebuah hiburan yang bukan hanya menyenangkan berkat penggunaan
komedi yang bekerja dengan baik, namun juga menjadi sebuah kisah yang
provokatif dalam bentuk tajam dengan mengandalkan dilema dan cobaan yang
dikemas dengan cerdas, penuh ketegangan yang energik dan efektif tanpa harus terkesan terlalu liar dan
mengganggu. Sepertinya Cheap Thrill
akan menjadi bagian dari PnM Award
tahun depan, karena untuk ukuran sebuah debut sebagai sutradara apa yang
dilakukan oleh E.L. Katz terasa
sangat baik, tidak megah, bahkan hanya bermain-main di hal klasik dan dangkal,
namun ia mampu melakukan sebuah hal sulit dengan rapi, menyatukan isu serius
dalam sebuah komedi lucu yang juga dibalut dengan thrill menyenangkan.
Divisi akting juga layak mendapatkan apresiasi.
Chemistry diantara mereka memang tidak kuat, namun masing-masing mampu
menjadikan karakter miliknya menebar sebuah misteri yang menarik. Yang terlemah
adalah Ethan Embry, karena perannya
memang hanya sebatas membantu Craig tanpa mengusung konflik pribadi. Craig
sendiri berhasil dibentuk oleh Pat Healy
dengan baik, kita dapat merasakan obsesi dan tekanan yang ia hadapi, dan David Koechner yang seperti menjadi MC
selain mampu membuka jalan bagi cerita juga berhasil menyajikan sebuah misteri
dari seorang sosiopat gila lengkap dengan komedi hitamnya. Yang menarik disini
justru Sara Paxton, selalu tampak
tenang namun sorot matanya yang penuh emosi dan sesekali menebar ancaman itu
membuat kita sebagai penonton merasa seolah ikut berada didalam pesta tersebut.
Overall, Cheap
Thrill adalah film yang memuaskan. Ini seperti mengamati sebuah isu serius
yang sudah sangat umum terkait moral, manusia, dan uang dengan cara yang
menyenangkan, dipenuhi dengan komedi yang mumpuni dalam cerita yang bergerak
dengan dinamika dan tensi yang selalu terasa pas. Tidak megah, namun Cheap
Thrill berhasil menyajikan sebuah pesta sederhana yang gila dan juga mencapai
misi utamanya dengan efektif.
0 komentar :
Post a Comment