Sebenarnya orang tua tidak pernah mengharapkan
anak-anak mereka untuk membalas semua kasih sayang yang mereka berikan ketika
anaknya masih dalam proses bertumbuh dan belum bisa hidup mandiri, namun ada
sebuah sistem yang tidak dapat dihindari, sebuah pertukaran peran dimana ketika
orang tua telah memasuki usia senja maka selanjutnya kehidupan mereka akan
menjadi tanggung jawab anak-anaknya. Ini tahapan krusial, masa dimana anda
dapat melihat cinta yang sesungguhnya dalam keluarga, dari rasa frustasi hingga
sikap sabar. Nebraska, in one word: bittersweet.
Seorang pria dengan rambut putih hampir botak berusia
seventy-something melintasi jalan bebas hambatan, dan kemudian di berhentikan
oleh seorang polisi, dan berakhir dengan dijemput oleh anaknya di kantor
polisi. Woody Grant (Bruce Dern) nama
pria itu, lelaki keras kepala yang berupaya untuk menempuh ratusan miles dari
rumahnya di Billings, Montana, menuju
Lincoln, Nebraska, untuk mendapatkan
hadiah undian bernilai satu juta dollar dari surat yang ia terima. Tekad lelaki
yang tidak ingin hadiahnya di transfer karena merasa tidak aman ini sudah
sangat kuat, bahkan telah menyebabkan istrinya, Kate Grant (June Squibb) merasa super jengkel.
Nebraska ibarat sebuah kue pai dengan tampilan kurang menarik
namun ternyata memiliki rasa yang mampu membuat lidah anda berdansa ria. Bukan
berarti tampilan black and white yang ia gunakan serta merta tidak memberikan
sedikitpun nilai positif pada nilai keseluruhan, keputusan tersebut bahkan
menjadikan masalah kelam yang dibawa karakter dapat dengan mudah tersampaikan
kepada penonton, namun nada pesimis pada film hitam putih merupakan salah satu
hal yang sulit ditampik kehadirannya. Itu yang saya
rasakan, bahkan di bagian awal ada sedikit ragu pada konflik yang diusung, terlebih bagi mereka yang telah paham dan familiar dengan style Alexander Payne seperti pada About Schmidt, Sideways, dan The Descendants.
Benar, familiar, bahkan tidak perlu waktu lama sejak
ia dimulai akan sangat mudah untuk memberikan label daur ulang kepada Nebraska. Ya, Alexander Payne kembali menghampiri penontonnya masih dengan
formula yang menjadi kegemarannya, sebuah konflik yang super sederhana,
bermain-main diantara drama dan komedi yang seperti tidak punya batasan yang
jelas, kemudian di isi dengan berbagai materi canggung, pergerakan minim pada
narasi yang akan menjadikan beberapa menilainya sebagai sesuatu yang
bertele-tele, namun ditemani dengan humor-humor yang ketika muncul selalu mampu
memberikan sengatan menyenangkan ia sanggup mengubah hal-hal tadi menjadi
proses mengamati yang penuh dengan pesona.
Ya, pesona, sebuah hal krusial dari sebuah studi
karakter. Tidak hanya satu, namun dalam luas yang sama besar kali ini kita akan
dihadapkan pada dua objek yang diberikan pada kita untuk diamati, kembali
dengan kombinasi tua dan muda, masih bertumpu sepenuhnya pada dialog, dan lalu
dengan cara yang tenang serta cenderung sedikit datar secara perlahan
melemparkan point-point kecil untuk mengungkapkan pesan terkait cinta dan
keluarga yang punya power besar. Ini yang selalu menjadikan film Alexander Payne tampak menarik,
sekalipun kali ini ia mempercayakan script kepada Bob Nelson, Payne kembali mampu menggambarkan sebuah kompleksitas
dengan menggunakan sesuatu yang ringan dan sederhana.
Awalnya ini akan tampak tidak begitu penting, hanya
seorang tua keras kepala yang terus bersikukuh untuk meraih apa yang ia
inginkan, tapi dari sana dengan cara yang cermat serta struktur yang rapi
kemudian terurai berbagai hal menarik lain yang mayoritas hadir dengan nada
satir dalam warna depresif yang cenderung sedikit sentimental. Mereka yang
terus menarik atensi penontonnya dan kemudian bercampur dengan rasa simpati,
kita seperti dibawa masuk kedalam lapisan demi lapisan dimana pada setiap level
selalu dipertemukan dengan isu-isu yang menarik, dari ego, frustasi, marah,
rasa putus asa, hingga rasa cemburu dan sikap serakah yang disuntikkan lewat
karakter pendukung.
Namun bukankah hal-hal tadi merupakan sesuatu yang
sudah begitu umum? Nah, disini kelebihan dari Nebraska, kita seperti menyaksikan eksplorasi terhadap polemik dari
manusia yang digambarkan oleh para manusia, bukan karakter fiktif. Ada nyawa
yang elegan dari kekayaan karakter yang dimiliki Alexander Payne, yang dengan cara cerdas terus menekankan fokus
pada karakter dan dialog, sehingga kisah yang sebenarnya ingin menggambarkan
evolusi pertukaran peran dalam keluarga dimana manusia yang akan kembali
bertingkah seperti anak kecil ketika sudah lanjut usia itu tidak pernah
kehilangan cengkeraman walaupun terus tampil tenang, terlebih dengan dinamika
cerita yang mumpuni, suka dan duka sama-sama menarik.
Semua kelebihan tadi berhasil hadir juga berkat
kinerja divisi akting yang memikat. Bruce
Dern ditempatkan di posisi terdepan cerita, dari segi dialog mungkin terasa
minim, namun ia sukses menggambarkan situasi yang dihadapi Woody lewat ekspresi
yang bukan hanya membuat kita mengerti apa yang ia hadapi namun juga menjadikan
ia selalu tampil mencolok, walaupun sebenarnya Will Forte punya peran yang lebih besar. Ya, Dern sebagai pusat,
dan Forte yang mewarnai sekelilingnya, terus berteman dengan dilemma pada tema
keluarga yang sangat mudah untuk dimengerti. Chemistry keduanya juga sangat
kuat. Selain itu ada June Squibb yang
tidak pernah gagal mencuri atensi setiap kali ia muncul dengan wajah masam dan
sikap cerewetnya.
Overall, Nebraska
adalah film yang memuaskan. Nebraska
berhasil mengemas kembali berbagai isu familiar dengan tema keluarga menjadi
kumpulan materi observasi yang menarik, punya tampilan yang sederhana namun
selalu tampil tajam dibalik pesona lembut dan kecerdasan yang tidak pernah
absen ia berikan. Terkadang ia terasa konyol, terkadang ia lucu, terkadang ia
mampu menyentuh emosi, dalam warna monokrom mereka berkombinasi untuk menjadi
sebuah karya yang menciptakan standard baru bagi seorang Alexander Payne. Bittersweet.
0 komentar :
Post a Comment