"Look into my eyes so you know what it's like."
Komunikasi adalah salah satu kunci utama bagi
pertumbuhan manusia sebagai makhluk sosial. Ya, kita perlu interaksi dengan
orang lain disekitar kita karena mereka punya sesuatu yang dapat membantu kita
untuk semakin mempermudah proses berubah kearah yang semakin positif. Peran dari dua
hal tersebut yang coba digambarkan oleh film ini, Short Term 12, silently haunting.
Seperti nama yang ia miliki, Short Term 12 adalah
sebuah rumah yang menjadi fasilitas bagi para remaja yang sedang berada dalam
krisis dan gejolak kehidupan. Tujuan utama mereka datang kesana adalah untuk
berjuang selama kurang lebih satu tahun agar dapat kembali ke sisi indah
kehidupan mereka, serta keluar dari
permasalahan yang selama ini menghantui. Mereka berada dibawah bimbingan
beberapa orang dewasa yang berperan sebagai mentor, Grace (Brie Larson), Mason (John Gallagher Jr), dan Nate (Rami Malek).
Suatu ketika Short Term menyambut seorang remaja
perempuan bernama Jayden (Kaitlyn Dever),
disaat yang hampir bersamaan dengan persiapan seorang anak bernama Marcus (Keith Stanfield) untuk keluar
dari komunitas tersebut. Tapi dibalik sikap tenang dan cuek yang ia tunjukkan
Jayden ternyata masuk kedalam Short Term 12 karena dinilai memiliki sikap yang
berbahaya oleh ayahnya yang tidak sanggup menangani hal sikap tersebut.
Menyaksikan Short
Term 12 seperti menikmati perpaduan tiga elemen yang sesungguhnya cukup
sulit untuk dikombinasi: menghibur, menghancurkan, inspiratif. Ini adalah
sebuah rollercoaster emosional yang
bergerak dengan tenang. Ya, aneh, dengan cara diam-diam dia menghipnotis
penonton untuk masuk kedalam konsep yang ingin ia sampaikan, membuka mata dan
pikiran anda terkait permasalahan utama, dan setelah semua tercapai ia kemudian
menghadirkan sihir yang menghancurkan tanpa terkesan overdo, tidak sentimental,
klise apalagi murahan.
Ya, materi gelap itu diolah dengan cara yang hangat.
Tanpa melodrama, tanpa naik dan turunnya dinamika cerita yang begitu besar, ini
justru terasa menyakitkan ketika kita melihat kehancuran dalam ketenangan. Aksi
eksplorasi dan mengamati sisi emosional dari manusia dalam lingkup yang luas,
bergerak bersama karakter dengan fokus pada konflik batin, proses sakit dan
pemulihan bersama sentuhan trauma masa lalu, kecemasan, hingga isu sosial.
Mereka dibentuk kedalam beberapa plot yang ditangani dengan baik, terasa
natural, fokus, namun tidak terasa memaksa.
Tidak memaksa, penonton dibiarkan dengan bebas ikut
hanyut mengalir bersama cerita. Destin
Cretton tampak mencoba membiarkan kisah yang ia bangun berdasarkan cerita
pendek dengan judul yang sama ini untuk bekerja mengandalkan sisi sensitifitas
dan respon dari penonton di baris terdepan. Ia seperti ingin menjadikan agar Short Term 12 dapat hidup dalam
kompleksitas pada sisi emosi dan empati yang kemudian dibalut bersama poin
kehidupan yang disimpan terselubung, ketimbang menghadirkan sistem pengungkapan
jawaban atas pertanyaan.
Short Term 12 adalah observasi yang manusiawi. Dengan rasa hormat Destin Cretton membentuk arena bagi
anak-anak yang berjuang mencari ketulusan dan ingin dihargai dari sistem yang
telah melecehkan mereka, dimana dengan sangat mudah penonton ditarik masuk
kedalam cerita kemudian diajak untuk memahami tanpa harus menghakimi. Dengan
menggunakan beberapa plot yang disusun dalam struktur cerita yang padat, anda
akan menemukan optimisme dalam kepedihan menyayat hati, harapan dibalik
kehancuran, serta poin-poin kecil lain yang disampaikan tanpa terkesan
menggurui.
Kekuatan lain yang dimiliki Short Term 12 terletak pada performa yang diberikan divisi akting. Brie Larson bersinar terang,
menghadirkan penggambaran kasih sayang dengan cara yang tulus, jujur, dan
natural, namun mampu untuk terus mencengkeram atensi sehingga proses
pengungkapan yang berlandaskan rasa frustasi itu terasa indah. Bintang lainnya
adalah para aktor muda, Kevin Hernandez
yang menjadi sosok menjengkelkan, Alex
Calloway menjadikan kebiasaannya terasa memorable, Keith Stanfield punya aksi rap yang menyayat hati, dan Kaitlyn Dever yang sukses menghadirkan
kerapuhan lewat dengan cara yang tenang.
Overall, Short
Term 12 adalah film yang memuaskan. Sebuah observasi yang terasa manusiawi
dan penuh rasa hormat, dengan cara yang modern sukses menyuntikkan peran dari
komunikasi dan interaksi kedalam penggambaran dari proses yang berisikan
perjuangan penuh kegigihan dari karakter yang telah hancur untuk mengatasi
permasalahan yang mereka alami, dan kembali menemukan kenikmatan yang ditawarkan
dunia.
nice review,
ReplyDeletefilm ini bikin saya i'm i love with Brie Larson..bener2 talenta yang harus diliat di masa mendatang,
penampilannya disini kuat tapi rapuh di dalam, natural banget- mengingatkan saya sama JLaw di Winter's Bone
Setuju banget mirip dengan JLaw di Winters Bone, tenang tapi terus mencuri atensi. :)
Delete